MUTIARA KEHIDUPAN

header ads

Sikapmu Menentukan Kesuksesanmu

Teruslah belajar, bukan hanya untuk meningkatkan kemampuan teknis, tapi agar bisa memiliki sikap yang lebih baik.

Jalan-jalan di kota Teknologi Shenzen, China

Perjalanan ke kota Teknologi Shenzen, China, 1 Mei 2019 dalam rangka Shenzen International Pet Fair.

Launching buku Menggali Berlian di Surabaya

Buku Menggali Berlian di Kebun Sendiri karya Bambang Suharno diluncurkan di acara Grand City Convex Surabaya, di tengah acara pameran internasional Indolivestock Expo.

Meraih sukses

Jika sukses harus diraih dengan kerja keras banting tulang siang malam, itu namanya sukses dengan mesin manual. Anda perlu belajar meraih sukses dengan mekanisme sukses otomatis (Suksesmatic.com).

Pengalaman Naik Kereta TGV di Perancis

Perjalanan ke Rennes Perancis dalam rangka menghadiri pameran internasional, naik kereta TGV dari Paris ke Rennes.

Antara Rambo dan Jenderal Soedirman

Tahun 1980-an, film Rambo yang dibintangi oleh Sylvester Stalone sangat terkenal dan laris manis di berbagai negara. Karena laris, film ini dibuat sekuel, Rambo 1,2 ,3, kalau nggak salah sampai 4. Tokoh ini digambarkan sebagai veteran perang Vietnam yang kecewa dengan negerinya sendiri yang tidak menghargai para prajurit yang telah menyabung nyawa di belantara perang Vietnam yang kejam. Di perang ini, AS boleh dibilang dipermalukan oleh musuh bebuyutannya saat itu yakni Uni Soviet.

Soempah Pemoeda. Satu Bahasa, Bahasa Indonesia

Hari ini 27 Oktober adalah Hari Blogger Nasional. Besok 28 Oktober adalah Hari Soempah Pemoeda.
Saya ingat satu hal tentang sumpah pemuda. Pada tahun 2003 di pameran International Poultry Expo (IPE) di Atlanta Georgia USA, saya bertemu seorang wartawan Poultry International yang pernah ke beberapa kali berkunjung ke kota penting di Indonesia antara lain Jakarta, Surabaya, Makasar, Jogya, Bali.

Dia mengaku sangat terkesan dengan Indonesia
. Dia bilang begini:

"Negara Anda sangat luar biasa. Sangat luas, berpulau-pulau, punya aneka ragam budaya, memiliki ratusan Bahasa Daerah , tapi mampu menyepakati satu Bahasa, Bahasa Indonesia. Banyak negara harus perang saudara karena ribut soal Bahasa. Tapi Indonesia bisa menyepakati satu bahasa."

Sebelumnya saya ingat sumpah pemuda tapi merasa bahwa sumpah yang ketiga itu kurang keren, biasa saja. yang hebat adalah yang pertama dan kedua, Berbangsa satu, Bangsa Indonesia, bertanah air satu Tanah air Indonesia. Sedangkan yang ketiga, "Menjunjung tinggi Bahasa Persatuan, Bahasa Indonesia", sepertinya biasa saja.

Sungguh Aneh Dr Marwah Daud Ibrahim

Sungguh Aneh Dr Marwah Daud Ibrahim. Seorang pakar, cendekiawan, aktivis dengan pergaulan yang luasm, tiba-tiba muncul di media sebagai sosok yang aneh, Ketua Yayasan yang didirikan Dimas Kanjeng Taat Pribadi.

Saya pernah ketemu di kantor ICMI daerah Warung Buncit Jakarta Selatan beberapa tahun lalu secara tidak sengaja, dan berkenalan. Ia waktu itu sedang sibuk dengan kegiatan training untuk generasi muda masa depan, sebuah kegiatan yang patut diacungi jempol.

Tapi tentang Yayasan Dimas Kanjeng? Hmmm sungguh bertolak belakang dengan citra yang selama ini terbentuk di publik.
Dalam beberapa wawancara di TV ia berusaha mengaitkan kepintaran Dimas kanjeng dengan ilmu lintas dimensi yang konon kini menjadi kajian ilmiah di berbagai negara. Sayangnya penjelasan itu sangat kurang memuaskan. Publik tetap melihat Dimas Kanjeng bukanlah orang yang layak dibela oleh orang sekelas Marwah Daud Ibrahim. Mudah-mudahan Bu Marwah segera menyadarinya.

Beruntung dengan Ilmu Langit


Segala sesuatu di dunia ini terjadi karena keberuntungan “atas izin Tuhan”

Jika kita bekerja keras dan berhasil meraih target, kita mengatakan bahwa kita berhasil alias sukses. Jika kita bekerja biasa saja tapi mendapatkan suatu prestasi yang luar biasa, kita mengatakan itu faktor keberuntungan. Jika kita lahir keluarga kaya raya, itu disebut keberuntungan.
Apakah yang anda capai hari itu sebuah keberhasilan atau keberuntungan? Percayakah Anda pada faktor keberuntungan? Arvan Pradhiansyah , penulis buku The 7 Law of Happiness, baru-baru ini mendiskusikan perihal keberuntungan dan kesuksesan di radio Smart FM Jakarta, dengan kajian yang cukup menarik.
Ia mengatakan, ada tiga cara pandang (paradigma) manusia  mengenai keberuntungan. Ketiga paradigma ini dapat menggambarkan evolusi pemikiran manusia mengenai keberuntungan itu sendiri.
Paradigma tingkat pertama mengatakan, semua terjadi karena keberuntungan. Orang yang menganut paradigma ini percaya bahwa yang membuat sukses bukanlah usaha tetapi keberuntungan. Bukankah ada banyak sekali orang yang yang mendapatkan kekayaan karena terlahir sebagai anak orang kaya? Bukankah banyak orang yang sukses karena mereka cantik, tampan, pandai, terkenal dan termasyhur? Bukankah kepopuleran seringkali membuat orang lupa pada kualitas individu yang sesungguhnya?
Intinya adalah semua hal di dunia ini terjadi karena keberuntungan. “Paradigma ini tidak sepenuhnya salah, namun mengandung bahaya yang cukup besar. Orang yang percaya pada paradigma ini pasti tidak suka bekerja keras. Ini pada gilirannya hanya akan memperburuk pencapaian mereka,” kata Arvan.
Paradigma kedua adalah paradigma yang tidak percaya pada keberuntungan. Ini terbalik dari paradigma pertama. Penganut paradigma ini percaya bahwa keberuntungan itu berada di tangan mereka sendiri dan bisa diciptakan dengan usaha dan kerja keras.
Paradigma kedua percaya bahwa di dunia ini berlaku hukum sebab akibat.  Mereka yang rajin dan bekerja keras akan beroleh kesuksesan, sebaliknya orang-orang yang malas akan menemui kegagalan. Orang Amerika mengatakan, jika Anda miskin, itu salah Anda sendiri, pasti Anda malas bekerja. Ini pertanda bahwa mereka menganut paradigma kedua. Kepercayaan ini tentu saja membuat orang-orang ini berjuang keras untuk mencapai keberhasilan. Tak heran kalau mereka benar-benar mencapai apa yang mereka perjuangkan. Mereka percaya keberuntungan sepenuhnya ada di tangan mereka sendiri.
Apakah ini adalah paradigma yang terbaik yang dapat membuat kita benar-benar sukses? Sukses sejati, menurut Arvan, bukanlah karena paradigma ini. Ada paradigma yang lebih tinggi dan lebih indah lagi daripada ini. Yaitu paradigma ketiga yang berbunyi: segala sesuatu di dunia ini terjadi karena keberuntungan “atas izin Tuhan”. Saya sengaja pakai tanda kutip karena kalimat aslinya yang disusun Arvan sama persis dengan paradigma yang pertama.
Saya menyebut paradigma ketiga ini sebagai evolusi pemikiran dari paradigma pertama.Mereka yang menganut paradigma ketiga adalah orang-orang yang berusaha dan bekerja keras untuk mencapai keberhasilan. Tetapi mereka juga percaya bahwa “sebab” tidak selalu berkorelasi langsung dengan “akibat”. Antara sebab dan akibat ada satu kekuatan yang sungguh dahsyat. Kekuatan inilah yang disebut dengan: izin Tuhan.
Bukankah segala sesuatu di dunia ini terjadi karena izin Tuhan? Bukankah banyak upaya yang keras mengalami kegagalan – bukan karena kurangnya usaha – tetapi karena Tuhan memang belum mengizinkannya? Bukankah bahkan tidak ada jaminan bahwa kue yang sedang kita pegang bisa masuk ke dalam mulut kita dengan selamat tanpa izin Tuhan?
Orang yang memiliki cara pandang kelompok ketiga inilah yang terbaik dalam menyikapi kehidupan. Bekerja dan berusaha sebaik mungkin adalah kewajiban manusia, jika sudah berhasil namun Tuhan mengambilnya, itu kehendakNya yang mungkin menjadi rahasia yang akan terbuka di kemudian hari.
Dengan paradigma ketiga ini kita akan terus bekerja keras untuk mencapai keberhasilan, tetapi kita terhindar dari rasa angkuh, sombong dan membanggakan diri. Kita akan sadar bahwa segala sesuatu terjadi karena rahmat Tuhan .
Sebagaimana pembukaan UUD 1945 yang menyebutkan Kemerdekaan Republik Indonesia itu “Atas Berkat Rakhmat Allah yang Maha Kuasa”. Ini menunjukkan bahwa para pendiri negeri ini tidak angkuh dengan mengatakan kemerdekaan hanya semata-mata karena kerja keras para pejuang kemerdekaan.
Jadi, paradigma ketiga ini adalah paradigma keberuntungan yang benar, yang tidak hanya berdasar pada ilmu logika, tapi juga berdasarkan pada “ilmu langit”. Dengan cara berpikir seperti ini maka hidup manusia akan menjadi lebih bahagia. Sementara paradigma kedua bisa membuat orang sukses sekaligus mudah membuat orang frustasi, karena mereka memandang segala hal adalah semata-mata karena manusia.
Bekerja keras adalah kewajiban kita , hasilnya adalah atas izin Tuhan. Apapun keputusan Tuhan, itulah yang terbaik.***

Berkunjung ke Pameran Agribisnis di Bangkok

deretan orang VIP di opening ceremony Sima ASEAN
Thailand tampaknya akan semakin mantap memposisikan diri sebagai negara
di salah satu sudut kota
nomor satu di bidang pertanian se kawasan ASEAN. Buktinya, pameran agribisnis internasional bernama SIMA ASEAN yang diselenggarakan oleh event organizer asal Perancis tidak mengambil lokasi di Indonesia sebagai negara terbesar se kawasan Asia Tenggara, melainkan di Thailand.

Saya diundang untuk berkunjung ke pameran SIMA ASEAN mewakili majalah Infovet . Pameran berlangsung Kamis sampai Sabtu 8-10 September 2016. Ini adalah ketiga kalinya saya ke Bangkok untuk mengunjungi pameran. Pertama,  saya pernah mengunjungi pameran peternakan terbesar se asia yang namanya VIV (penyelenggaranya adalah event organizer asal Belanda bekerjasama dengan Thailand). Kedua,  saya berkunjung ke pameran ILDEX (International Livestock and Dairy Industry Expo) tahun 2012 . Penyelenggara ILDEX masih satu group dengan VIV, namun skala pamerannya tidak sebesar VIV. Kedua pameran tersebut sudah cukup dikenal oleh masyarakat peternakan di Indonesia, sehingga saat pameran berlangsung saya banyak bertemu dengan orang Indonesia.

Sementara itu SIMA ASEAN yang berlangsung tahun ini adalah baru yang kedua kalinya diselenggarakan. Tak heran jika masyarakat Indonesia belum begitu banyak yang tahu. Di negara asalnya Perancis, SIMA adalah salah satu pameran agribisnis terbesar di dunia.

Berbeda dengan VIV dan Ildex yang menampilkan industri peternakan, Sima ASEAN lebih memfokuskan ke Industri peralatan dan mesin pertanian, mulai dari traktor, peralatan pembenihan, peralatan budidaya, peralatan breeding, alat ransportasi pertanian, alat pemerah susu, teknologi laboratorium serta sejumlah penemuan baru di bidang pertanian.

Menteri Eko Sandjojo Yang Saya Kenal

Eko Putro Sandjojo
"Mas,  benarkah Eko Sandjojo yang jadi Menteri Menteri PDT (Pembangunan Daerah Tertinggal) Desa dan Transmigrasi, itu yang dulu bosnya Sierad Group?" tanya seorang eksekutif perusahaan perunggasan di tengah-tengah acara Indolivestock Expo di Jakarta Convention Center 27-19 Juli lalu.

Hari itu, 27 Juli 2016, saat acara pameran peternakan internasional di JCC baru dibuka, kabar tentang reshuffle kabinet bersliweran di media sosial dan di perbincangan antar para pengunjung dan peserta pameran. Ada tiga pertanyaan penting yang banyak bermunculan. Pertama adalah tentang sosok Eko Putro Sandjojo sebagaimana pertanyaan di awal artikel ini. Kedua, kenapa Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman kok masih bertahan (hehehe maaf pak menteri Amran, memang banyak pihak di industri peternakan yang menganggap Menteri Pertanian layak ikut di-reshuffle). Ketiga, kenapa Prof Muladno yang dikenal publik sebagai Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan yang berkarakter baik dan kompeten justru diberhentikan.

Eko Sandjojo bagi masyarakat perunggasan adalah tokoh yang tidak asing. Ia dikenal publik perunggasan sejak mulai berkarir di PT Indonesia Farming (Indofarm) di tahun 1990, kemudian menjadi eksekutif di Subur Group, sebuah perusahaan perunggasan terintegrasi yang melejit di era 1990an.  Berikutnya ketika terjadi krisis ekonomi 1998, ia pindah menjadi eksekutif di Sierad Group. Sempat menjadi Direktur Humpus Group kemudian balik lagi ke Sierad Group. Pada usia 30an tahun ia sudah berada di posisi top meejemen di perusahaan level nasional. Penyandang Bachelor Degree University of Kentucky 1991 ini sebelum pulang ke Indonesia, sempat berkarir di perusahaan di negeri Paman Sam. Konon ia kembali ke Indonesia atas permintaan ayahnya yang menjadi salah satu pemegang saham PT Indonesia Farming.

Di perusahaan perunggasan itulah, ia belajar agribisnis mulai dari kandang ayam. Ketika saya mewawancarainya sekitar tahun 1996, Eko menceritakan bagaimana ia mulai belajar masuk kandang, mempelajari cara kerja budidaya ayam, breeding farm, proses produksi pabrik pakan dan berbagai aspek manajemen lainnya. Dari situ ia baru bisa mendapat gambaran bagaimana strategi mengembangkan perusahaan perunggasan yang modern.

Ilmu Cicak Di Dinding

Cicak-cicak di dinding
Diam- diam merayap
Datang seekor nyamuk
Hap!! 
Lalu ditangkap.

Lagu ini sangat dikenal semenjak saya masih kecil. Yuk kita nyanyikan dengan penghayatan yang berbeda, bukan sekedar hiburan tentang perilaku cicak, tapi lebih dalam lagi tentang Ciptaan Allah SWT yang sangat hebat dalam mencari rejeki.

Cicak adalah hewan yang tidak bisa terbang, ia hanya bisa berjalan merayap di dinding. Kakinya mengandung perekat sehingga dengan mudah berjalan merayap sepanjang dinding. Anehnya, makanannya adalah nyamuk yang merupakan makhluk yang kerjaannya terbang ke sana-kemari. Berbeda sekali dengan manusia, yang dikasih kecerdasan, bisa bergerak kesama kemari, bekerja sesuka hati dari pagi hingga malam.

Cicak hidup dengan tenang. Ia sepertinya paham bahwa Allah SWT menciptakan dirinya sekaligus menyediakan rejekinya. Meski ia harus menangkap nyamuk yang terbang dengan kecepatan tinggi, ia yakin ada cukup banyak nyamuk yang akan menjadi rejekinya. Ia cukup dengan merayap di dinding secara diam-diam. Dan tatkala datang seekor nyamuk, hap!! lalu ditangkap, ... dan dimakan.

Menikmati Bungkus Permen

Jika kita membeli permen, apakah kita menerima permen beserta bungkusnya atau langsung isinya? Pasti, kita sebenarnya membutuhkan isi permen tapi ketika kita membelinya, kita dikasih permen beserta bungkusnya. Kita tahu, bungkus permen itu tidak dimakan, tapi kita harus menerima bungkus permen tersebut.

Kalau mau praktis, sebenarnya pembuat permen tidak perlu repot membungkus permen, toh setelah dibungkus, nantinya akan dibuang juga bungkus permen itu. Tapi begitulah, bungkus permen tetap kita perlukan.

"Begitu pun dalam hidup ini, kita membutuhkan sesuatu, tapi Tuhan memberinya disertai bungkusnya. Tuhan tidak langsung memberi uang yang kita butuhkan, namun Ia bungkus sedemikian rupa hingga kita tidak paham bahwa di balik bungkus itu ada rejeki yang sangat indah," ujar Nasrullah, seorang pengusaha property yang banyak menulis tentang magnet rejeki.

Seperti apakah bungkus itu? Kerap kali, bungkus itu kelihatan tidak menarik. Kadang-kadang berupa musibah, kesulitan, kemiskinan, kegagalan. Di balik kesulitan-kesulitan itulah kita kemudian menerima permen berupa kebahagiaan maupun bentuk rejeki lain yang indah.

Maka tidaklah pantas kita berburuk sangka  terhadap apapun yang kita terima karena apa yang kita terima di tahap awal itu kemungkinan hanyalah bungkus permen. Kelak setelah kita terima dengan senyum, kita bisa menikmati permen dari Tuhan yang Maha Pemberi Rejeki.




Catatan Hari Koperasi

Sabtu 25 Mei lalu saya ke koperasi agro niaga di Jabung Malang diantar mobil rental dari Bandara Abdurahman Saleh Malang. Suasana di halaman koperasi tampak ramai. 
" Mau ketemu siapa pak?" Tanya petugas security dengan ramah. "Dengan bu Eva pak. Saya sdh janji jam 9," jawab saya singkat.

Bersama pengurus Koperasi Agro Niaga (KAN) Malang
"Pak Bambang ya? Silakan pak, langsung ke lantai 2 gedung sebelah kiri,"
Saya terkesima dg respon security. Saya merasa sedang di sebuah perusahaan semacam perbankan yg sistem prosedurnya sangat rapih. Sama sekali tidak merasa di kecamatan Jabung Malang.
Selidik punya selidik. Koperasi ini sudah bersertifikat ISO 9001. Wow, luar biasa.

"Ramai sekali pak. Lagi acara apa? " tanya saya penasaran.
"Hari ini jadwal pembayaran susu pak", jawabnya. Lantas ia menjelaskan, pembayaran susu ke anggota sebulan dua kali. Ia juga menunjukkan satu ruang yg sedang acara training manajemen untuk karyawan .
Selanjutnya saya mendapat cerita seru dari Bu Eva selaku manager koperasi didampingi ketua Koperasi Wahyu dan beberapa ketua koperasi yg lain.
Dibanding koperasi SAE Pujon yg juga di Malang, KAN kalah populer, setidaknya untuk orang Jakarta. Namun begitu masuk ke sana dan mendalami kiprahnya di wilayah Malang, barulah saya berdecak kagum pada para pengurus dan manajemen koperasi yang penuh dedikasi untuk mengembangkan koperasi sebagai lembaga yang mengangkat kesejahteraan masyarakat.

Memecahkan Kebuntuan


Ketika menghadapi masalah terasa sangat rumit, pikiran terasa buntu. Sepertinya tak ada jalan keluar. Cobalah untuk berpikir secara lateral


Edward De Bono
Dahulu kala, seorang saudagar di kota London menghadapi masalah keuangan yang sangat berat, sehingga ia terpaksa berhutang dalam jumlah yang cukup besar kepada lintah darat. Sang lintah darat yang sudah tua itu, ternyata jatuh hati kepada gadis remaja anak sang saudagar. Itu sebabnya ia menjanjikan pembebasan hutang, asal boleh menikah dengan gadis tersebut. Tentu saja sang saudagar maupun anak gadisnya itu, merasa dalam keadaan terjepit.

Lintah darat yang dikenal licik itu mengajukan usulan, ia akan menaruh dua buah kerikil ke dalam kantong uang yang kosong, yang satu berwarna hitam dan yang satunya lagi berwarna putih. Anak gadis tersebut harus mengambil salah satu kerikil di dalam kantung. Bila dia mendapat kerikil yang hitam, maka ia harus bersedia menjadi istrinya dan hutang ayahnya dibebaskan. Sedangkan apabila ia mendapat yang putih, maka sang gadis dan utang ayahnya akan dibebaskan. Namun seandainya ia menolak tawaran tersebut maka ayahnya akan dijebloskan kedalam penjara. Apa boleh buat sang saudagar itu terpaksa menyetujui tawaran tersebut.

Resiko Sebuah Keputusan



Apa yang kita alami hari ini adalah hasil keputusan masa lalu. Keputusan Anda hari ini yang akan menentukan masa depan Anda.



Kenapa Anda sekarang menjadi dokter hewan? Kenapa Anda bisa menjadi sarjana peternakan? Kenapa Anda kini menjadi pengusaha? Kenapa Anda jadi eksekutif perusahaan? Kenapa Anda jadi birokrat? Semua pertanyaan itu dapat Anda jawab, “itulah keputusan saya di masa lalu”.

Hidup adalah tentang bagaimana kita mengambil keputusan. Apa yang Anda nikmati hari ini adalah hasil keputusan masa lalu. Jika saat ini Anda setiap hari dipusingkan untuk mengambil keputusan-keputusan besar, besar kemungkinan posisi Anda hari ini adalah seorang pemimpin yang penting.

Efek Kupu-Kupu



Satu kepakan  kupu-kupu di Brasil dapat menghasilkan angin tornado di Texas.
(Edward Norton Lorenz)

Edward Norton Lorenz adalah seorang ahli matematika dan metereologi Amerika Serikat yang menjadi terkenal karena teori efek kupu-kupu. Teori ini ia temukan tahun 1961 saat ia  secara tidak sengaja yang menemukan sebuah perbedaan kecil dari sebuah kejadian yang dapat menimbulkan kejadian besar di kemudian hari.

Ceritanya begini. Dalam usahanya melakukan peramalan cuaca, Lorenz menyelesaikan 12 persamaan diferensial non-linear dengan komputer yang digambarkan dalam grafik. Pada awalnya dia mencetak hasil perhitungannya di atas sehelai kertas dengan format enam angka di belakang koma (...,506127). Kemudian, untuk menghemat waktu dan kertas, ia memasukkan hanya tiga angka di belakang koma (...,506). Asumsinya perbedaan desimal 6 angka di belakang koma dengan 3 angka di belakang koma, tidaklah akan berpengaruh pada sistem yang sedang ia teliti.

Ia mencetak satu per satu grafik pada kertas sama yang sudah berisi hasil cetakan tadi. Satu jam kemudian, ia dikagetkan dengan hasil yang sangat berbeda dengan yang diharapkan. Pada awalnya kedua kurva tersebut memang berimpitan, tetapi sedikit demi sedikit bergeser sampai membentuk corak yang lain sama sekali.

Berdasarkan penemuan itu ia menyimpulkan bahwa satu kepakan sayap burung camar laut (seagull) dapat mengubah jalannya cuaca untuk selamanya. Atas anjuran rekan-rekan sejawatnya, dalam kuliah-kuliah dan publikasi selanjutnya, Lorenz menggunakan contoh yang lebih puitis, yaitu kepakan kecil kupu-kupu di Brasil dapat menimpulkan angin tornado di Texas.

Ketika Lorenz akan melakukan ceramah pada pertemuan ke-139 American Association for the Advancement of Science tahun 1972, rekan Lorenz, Philip Merilees, mengusulkan judul "Does the flap of a butterfly’s wings in Brazil set off a tornado in Texas?" ("Apakah kepakan sayap kupu-kupu di Brasil menyulut angin tornado di Texas?"). Meskipun kepakan sayap kupu-kupu tetap konstan dalam konsep ini, lokasi kupu-kupu, dampaknya dan lokasi dari dampak-dampak selanjutnya dapat bervariasi luas.

Kepakan sayap kupu-kupu secara teori menyebabkan perubahan-perubahan sangat kecil dalam atmosfir bumi yang akhirnya mengubah jalur angin ribut (tornado) atau menunda, mempercepat bahkan mencegah terjadinya tornado di tempat lain. Kepakan sayap ini merujuk kepada perubahan kecil dari kondisi awal suatu sistem, yang mengakibatkan rangkaian peristiwa menuju kepada perubahan skala besar .

Penemuan Lorenz kini tidak hanya dipakai untuk urusan cuaca. Kalimat itu belakangan menjadi terkenal dan berperan sebagai sebuah peribahasa dan kata-kata motivasi. Jika hal kecil seperti kepakan kupu-kupu yang berjalan konsisten terus menerus dapat menimbulkan angin Tornado, demikian pula dalam kehidupan ini. Pekerjaan sederhana yang dilakukan sungguh-sungguh kelak dapat menimbulkan dampak besar. Sebaliknya kekeliruan kecil yang dilakukan terus menerus dapat menimbulkan kerugian besar di kemudian hari.

Dalam kehidupan, tanpa kita sadari bahwa banyak hal-hal besar yang terjadi berawal dari keputusan dan tindakan yang kecil. Sebuah langkah perubahan kecil, bisa menjadi awal perubahan besar dalam kehidupan seseorang, Hal kecil yang baik dan buruk bisa berefek besar. Seperti mereka yang memutuskan untuk berhenti merokok, dengan memulai mengurangi sebatang sehari itu sudah bentuk perubahan kecil menuju ke perubahan yang besar.

Begitu pula kebiasaan kecil yang buruk juga akan berdampak buruk yang besar. Misalnya kebiasaan menunda pekerjaan, kebiasaan terlambat dalam menghadiri pertemuan. Telah banyak bukti hal ini membuat reputasi buruk bagi orang, bahkan perusahaan.

Efek kupu-kupu ada kaitannya dengan Teori Chaos, teori yang berkenaan dengan sistem yang tidak teratur seperti awan, pohon, garis pantai, ombak dan lain-lain  yang sifatnya  random, tidak beraturan. Namun bila dilakukan pembagian (fraksi) atas bagian-bagian yang kecil, maka sistem yang besar yang tidak teratur ini didapati sebagai pengulangan dari bagian-bagian yang teratur. Begitupun dengan hidup ini. Satu kejadian sepertinya tidak terkait dengan kejadian lain, namun kerapkali jika dirunut akan ketemu simpulnya.

Maka jangan sepelekan kebiasaan-kebiasaan kecil.***

Bambang Suharno

Kebijakan itu Sudahkah Bijak?



Setelah protes bertubi-tubi datang dari kalangan pengusaha dan peternak, akhirnya pemerintah membatalkan aturan pengenaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 10 persen bagi semua ternak baik impor maupun di dalam negeri. Dengan demikian, semua ternak dipastikan bebas dari pungutan pajak tersebut.

"Untuk mensinergikan kebijakan pangan, khususnya barang strategis di bidang pangan, maka untuk ternak tidak akan dikenakan PPN," tegas Staf Ahli Kebijakan Penerimaan Negara Badan kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, Astera Primanto Bhakti di Jakarta, Jumat (22/1/2016).  

Ini adalah kejadian aktual pertengahan januari 2016. Sebuah kebijakan tentang pungutan PPN yang dalam waktu beberapa hari langsung dicabut. “Sebuah drama yang tidak lucu,” kata seorang pengamat.
Sebelumnya, polemik  tentang kecukupan jagung menjadi perdebatan keras antara pemerintah dengan peternak dan produsen pakan. Pasalnya, Pemerintah menganggap jagung dalam negeri masih cukup untuk memenuhi kebutuhan pakan, sebaliknya apa yang dirasakan oleh peternak dan pabrik pakan justru sebaliknya. Jagung sulit didapat dan harganya melambung tinggi. Melalui negosiasi yang alot akhirnya pemerintah mengizinkan kembali impor jagung. Proses ini menguras waktu dan energi yang sangat besar. Dampak lanjutannya, biaya produksi pakan menjadi naik drastis.

Soal kebijakan impor jumlah sapi bakalan di era sebelumnya juga sempat membingungkan publik. Kementerian Pertanian  menyatakan sapi lokal cukup sehingga impor sapi diturunkan drastis. Akibatnya harga daging sapi melambung tinggi dan terjadi pengurasan sapi lokal. Bahkan sapi perah dijual sebagai sapi potong karena peternak tergiur harga sapi yang mahal.

Kebijakan “menghambat” impor kemungkinkan didasari semangat untuk secepatnya mencapai titik swasembada sekaligus membela peternak dalam negeri. Namun jika semangat itu tidak didasari data lapangan yang akurat, dapat terjadi dampak negatif yang jauh lebih besar.

Ambil contoh, karena pabrik pakan dan peternak (selfmixing farm) kekurangan pasokan jagung , maka para formulator pakan harus bekerja ekstra keras mencari formula baru yang mengurangi jagung. Hasilnya biaya pembuatan pakan menjadi lebih tinggi, karena ketersediaan bahan baku alternatif juga minim.  Pada saat yang bersamaan pemerintah melakukan kesepakatan afkir dini parent stock agar harga ayam di tingkat peternak bisa terdongkrak naik dan memberi laba bagi peternak.

Alhasil, ketika pasokan ayam dan telur di lapangan berkurang, harga ayam terdongkrak naik dan selanjutnya harga ayam di konsumen juga ikut melonjak.  Bisa dibayangkan, jika PPN untuk ternak diberlakukan baik untuk ayam maupun sapi, maka harga daging ayam dan daging sapi akan lebih melonjak lagi. 

Pengenaan PPN ini bisa jadi dapat menambah pendapatan pajak bagi negara, namun akibat negatifnya jauh lebih besar, yakni konsumen level bawah tidak mampu membeli sumber gizi protein hewani yang merupakan sumber kesehatan dan kecerdasan.

Pelajaran yang bisa kita ambil dari peristiwa ini adalah, pertama, semua pengambil kebijakan perlu memahami secara komprehensif dampak setiap kebijakan yang akan diambil. Kebijakan Menteri Pertanian bukan hanya untuk petani pagi, jagung dan kedelai, tapi juga peternak sapi peternak ayam, dan berujung pada konsumen. Bahkan lebih jauh lebih berujung pada kecerdasan dan kesehatan anak bangsa.

Kedua, sangat diperlukan data yang akurat dan cepat bagi para pengambil kebijakan. Indonesia begitu luas dan beragam, sementara data yang dipakai pemerintah mungkin saja data nasional, bukan per wilayah. Data per provinsi pun bisa saja kurang tepat diimplementasikan. Seperti yang biasa dilakukan oleh pelaku bisnis. Data mereka dipecah berdasarkan sentra bisnis komoditas, bukan per wilayah pemerintahan. Misalnya untuk peternakan ayam ada data priangan timur, Jawa Tengah bagian selatan plus Jogja, Jabodetabeksuci (Jakarta, Bogor, Depok ,Tangerang,Sukabumi, Cianjur) dan sebagainya yang  bukan berbasis provinsi maupun kabupaten.

Kecepatan data juga ikut menentukan kualitas data itu sendiri. Tak kalah pentingnya, adalah bagaimana pengambil kebijakan dapat mendalami data itu untuk mengambil kebijakan tanpa diiringi tujuan pencitraan “telah berhasil” mencapai target.

Kita paham, para pejabat dikejar target seperti supir bus kota mengejar setoran. Menteri Pertanian perlu membela petani, tapi jangan sampai menguras sapi lokal, apalagi sapi betina produktif. Menteri membela petani, tapi juga harus membuat harga pangan wajar. Menteri ingin sepat swasembada jagung, namun jika faktanya jagung belum mencukupi kebutuhan peternak, janganlah dipaksakan menyetop impor jagung. Yang perlu dilakukan adalah melakukan kajian ulang terhadap produksi jagung di berbagai wilayah.

Maka, yang ketiga, para pengambil kebijakan semestinya berpikir komprehensif dan meninggalkan ego sektoral. Ini adalah pesan berulang kali dari Presiden Jokowi kepada para pembantunya. Presiden paham betul, jika para pembantunya memelihara ego sektoralnya, pembangunan tidak dapat berjalan secara optimal.
Intinya pengambil kebijakan itu memang harus bijak, Namanya juga kebijakan, semestinya bijak di mata publik.***