MUTIARA KEHIDUPAN

header ads

Mencari Format Kurikulum Fakultas Peternakan di Era Digital

Dari kiri : Bambang Suharno, Budi Purnomo, Yusuf Subagyo (wakil dekan), Ismyowati (dekan), Ibnu Hari Sulistyawan (wakil dekan)
Tepat seminggu yang lalu, 29 Oktober 2017, saya menghadiri temu alumni tahunan Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) yang berlangsung di Pusat Pelatihan Manajemen dan Kepemimpinan Pertanian (PPMKP), Ciawi, Bogor,

Seperti tahun-tahun sebelumnya, acara dihadiri oleh lebih dari 200 orang alumni dari berbagai daerah di Indonesia, serta utusan dari pimpinan Fakultas. Hadir juga perwakilan Keluarga Alumni Unsoed.

Melihat antusias dan kekompakan para alumni Fapet, sungguh saya bersyukur dan merasa bangga sebagai alumni Fapet Unsoed. Bersyukur bahwa saya pernah menempuh ilmu di sebuah fakultas yang sejak masa kuliah selalu kompak dan penuh kekeluargaan. Ketua Keluarga Alumni Unsoed Haiban Hajid pun pernah berujar, Kafapet Unsoed adalah keluarga alumni paling kompak dan aktif dibanding Keluarga Alumni dari fakultas lain di Unsoed.

Pujian yang wajar saja, karena sejak bertahun-tahun lalu, Kafapet Unsoed secara rutin menyelenggarakan temu alumni tahunan di Jabodetabek. Khusus Jabodetabek plus Serang dan Sukabumi Cianjur (Jabodetabeksesuci) setiap bulan secara rutin mengadakan pengajian bulanan. Belum lagi kegiatan Kafapet di daerah lain seperti di Semarang, Surabaya , Bandung Raya, Lampung, Sulsel dan sebagainya dengan kreativitas kegiatanya masing-masing. Bisa jadi, jika semua kegiatan dicatat, kegiatan Kafapet Unsoed berpeluang memecahkan rekor MURI sebagai organisasi alumni yang paling banyak melakukan kegiatan kopdar alias temu alumni.

Tentu saja, kekompakan Kafapet tak lepas dari kegigihan dan pengabdian yang hebat dari para pengurusnya serta dukungan moril dari pimpinan Fakultas yang selalu setia hadir dalam setiap Temu Alumni Tahunan dan acara sejenis lainnya. Mereka yang saya kenal di antaranya Minto B Rahardjo (nama populernya MBR, Mantan Kafapet Pusat, secara berkelakar saya sering menyebutnya sebagai dewan syuro Kafapet hehe), Rony Fadilah (Ketua Kafapet Jabodetabeksesuci, bersama timnya yang sangat solid), Bambang Rijanto Japutra (dikenal dengan nama BRJ, ketua Kafapet Pusat menggantikan MBR), Teguh Munajat, Puji Hartono, Wiseno Nurhamzah, Zanuar dan sebagainya yang tidak bisa saya sebut satu per satu.  Khusus tahun ini ada Bayu Aditya, anak muda  yang sukses sebagai Ketua Panitia Temu Alumni.

Temu Alumni dan Paparan Visi Misi

Tahun ini ada hal menarik dari acara temu Alumni yaitu paparan visi misi Dekan baru Fapet Prof Ismoyowati di depan para alumni. Saya pikir ini bisa menjadi tradisi yang baik, yakni setiap dekan baru, menyampaikan visi misinya di depan forum temu alumni agar mendapat masukan dan dukungan demi terlaksananya visi misi tersebut.

Saya yang dipercaya sebagai moderator pada sesi tersebut mencatat dua hal menarik dari paparan Prof Ismoyowati yang mulai menjabat sejak Juli 2017 lalu menggantikan Prof Achmad Sodik. Pertama, dekan menyatakan visinya bahwa Fapet  Unsoed kelak menjadi pusat keunggulan dan pengembangan sumber daya pedesaan dan kearifan lokal secara berkelanjutan. Kedua, kurikulum Fapet akan disempurnakan seiring perkembangan zaman dan ia mengajak alumni untuk memberikan masukan .

Kurikulum Spirit Soedirman

Menyanyikan Mars Kafapet

Dari kiri: BRJ, Prof Sodik, Dr Samsi, Dr. Ibnu, Rony Fadilah, Bayu Aditya
Perkembangan teknologi bagaimanapun menuntut penyesuaian kurikulum Fakultas Peternakan, termasuk Fapet Unsoed. Di dunia peternakan unggas, teknologi sudah berkembang sedemikian cepat mulai dari pola budidaya, teknologi nutrisi dan pakan, perkandangan, pemotongan hingga pengolahan hasil unggas. Teknologi kandang bagi pelaku usaha skala menengah dan besar kini mulai berpindah dari model open house ke model closed house yang investasinya miliaran rupiah namun dapat menghemat tenaga kerja dan meningkatkan produktivitas ternak unggas. Dengan teknologi Closed House satu orang sarjana peternakan mampu mengelola 150 ribu ekor ayam. Melihat perkembangan ini saja, bisa dibayangkan jika mahasiswa Fapet tidak dibekali dengan pendalaman mengenai closed house, mereka akan menjadi lulusan yang ketinggalan teknologi.

Hal yang tak kalah pentingnya adalah softskill, yang kini menjadi salah satu aspek penting dalam membekali mahasiswa untuk bersaing di dunia kerja dan usaha.

Jadi seperti apakah sebaiknya kurikulum Fapet Unsoed di era digital ini ? Menurut pandangan saya, Fapet Unsoed perlu menyajikan kurikulum yang secara teknis harus dinamis untuk menyesuaikan dengan perkembangan teknologi, dan disisi lain , harus lebih menanamkan nilai dan spirit Jenderal Soedirman. Berikut usulan saya berdasarkan pikiran vsaya pribadi maupun usulan dari forum temu alumni tahunan.

Pertama, Softskill Spirit Soedirman. Ini yang mestinya membedakan alumni Unsoed dengan lulusan perguruan tinggi lainnya. Jenderal Soedirman sebagai tokoh nasional yang sangat berpengaruh nasional maupun internasional , meninggalkan spirit yang layak diteladani oleh mahasiswa. Kehebatannya memimpin perang gerilya dalam kondisi fisik yang sakit, mampu mengubah persepsi dunia tentang Indonesia.  Strategi perang gerilyanya telah ditiru oleh banyak negara dalam menghadapi musuh. Yang juga perlu dicermati mahasiswa adalah bahwa Soedirman yang menjadi Jenderal di usia 29 tahun, usia termuda untuk pangkat jenderal. Patungnya yang dipasang di depan Kementerian Pertahanan Jepang, menunjukkan bahwa Soedirman diakuai kehebatannya oleh Jepang.
Spirit Soedirman; Maju terus pantang menyerah.

Di era saya masuk menjadi mahasiswa baru tahun 1980an, setiap mahasiswa wajib ikut Latihan Dasar Keprajuritan (LDK) selama kurang lebih seminggu. Sayangnya waktu itu LDK lebih bernuansa kemiliteran.  Jika LDK ini diubah menjadi Latihan Dasar Kepemimpinan Soedirman (LDKS) mungkin akan lebih mengena. Pakar-pakar SDM Unsoed tentunya bisa membuat formulasi latihan dasar kepemimpinan untuk mahasiswa dengan mengadopsi ESQnya Ary Ginanjar diramu Acheivement Motivatioan Training (AMT) dan model pembekalan lainnya. Saya bayangkan, jika mahasiswa baru digembleng dengan memulai napak tilas perjuangan, pembekalan sejarah dan spirit Soedirman. akan membuat mahasiswa Unsoed termasuk Fapet Unsoed memiliki keunggulan mental dibanding lulusan lain.

Kedua, Teknologi Digital


Suasana keceriaan temu alumni tahunan
Anak-anak SMA saat ini mungkin membayangkan ilmu di Fapet hanya seputar perkandangan, penggembalaan, menanam rumput dan seputar budidaya ternak yang kurang menarik bagi anak muda era milenial. Bayangkan jika mereka diberi informasi tentang market produk peternakan yang terus tumbuh, tentang betapa canggihnya teknologi perkandangan closed house, model formulasi pakan modern, pengawasan kandang dengan teknologi android, teknologi pemerahan dan pengolahan susu modern dengan teknologi robot. Saya menduga akan makin banyak anak muda yang berminat masuk ke Fakultas Peternakan.

Oleh karena itu, entah bagaimana bentuknya, kurikulum Fapet masa depan perlu menyajikan ilmu mekanisasi peternakan modern dan teknologi digital yang aplikatif untuk dunia peternakan skala kecil maupun menengah-besar. Saya bayangkan, mahasiswa Fapet kini bisa berinovasi dengan teknologi android untuk mengintegrasikan data harga setiap kandang di berbagai wilayah sehingga kesenjangan harga antar produsen/peternak dengan konsumen makin menipis. Bisa juga berinovasi dalam bentuk formulasi pakan sederhana dengan menyesuaikan sumber bahan pakan di suatu daerah.

Ketiga, Program Magang 

Program magang kini menjadi kebutuhan mahasiswa hampir di semua fakultas. Khusus untuk peternakan, program ini sangat penting untuk mahasiswa agar bisa menyerap ilmu langsung dari lapangan. Program magang sangat bermanfaat untuk mendalami lintas keilmuan, mulai dari ekonomi, produksi, sosial, bisnis, kewirausahaan dan juga kepemimpinan.

Program magang perlu bimbingan intensif agar bermanfaat bagi mahasiswa setelah lulus kelak. Alumni perlu dilibatkan dalam mencari tempat magang yang tepat.

Keempat, Pembekalan alumni
Ini sangat penting karena pembekalan akan membuat mahasiswa paham dunia kerja dan dunia usaha. Sangat bagus jika alumni bisa memberikan sumbangsihnya dalam bentuk kuliah umum untuk mahasiswa semester akhir, dengan jadwal yang terkoordinir antara pihak fakultas dengan Kafapet.

Kelima, Jalur Karir dan Wirausaha

Pada umumnya mahasiswa bercita-cita berkarir di pemerintahan dan dunia swasta modern. Namun sebagian ada yang berminat sejak awal untuk menjadi pengusaha. Perlu dipikirkan bagaimana membuat formula kurikulum agar mahasiswa yang berminat serius akan membangun bisnis setelah lulus, mendapat bimbingan semestinya.

Bimbingan untuk mahasiswa bermental wirausaha perlu melibatkan alumni wirausaha. Program magang bagi jalur wirausaha perlu dibedakan modelnya karena mungkin membutuhkan lokasi magang  yang khusus, yaitu mulai di lokasi usaha kecil, menengah, baru ke industri besar. Hal ini akan membuat mahasiswa memahami pola manajemen dan kepemimpinan di masing-masing level usaha.

Demikian sekilas pandangan saya, yang hanya berdasarkan pengamatan dan pengalaman saja.
Usulan ini sebagai wujud kepedulian dan kecintaan saya kepada Fakultas Peternakan Unsoed.
Semoga bermanfaat.

Bambang Suharno



4 komentar:

  1. Perlu tindak lanjut yg riel dalam menyusun kurikulum yg up to date yg secara masif kudu diperjuangkan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setuju. Hal tersebut saya serahkan ke pengurus Kafapet untuk menindaklanjutinya secara formal.

      Hapus
  2. Penambahan program semisal MAGANG dan yg lainnya... Akan lebih baik jika tidak menambah panjang masa perkuliahan... Beban buat sebagian ortu
    Smentara dilain negri justru memperpendek masa kuliah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setuju. Program magang tinggal dimodifikasi dari program PKL atau kerja praktek yang selama ini sudah berjalan.

      Hapus