MUTIARA KEHIDUPAN

header ads

Dimanakah Berlianmu?

Orang yang sukses “menggali berlian” telah berhasil menemukan jalur hidupnya yang cemerlang (kata mutiara kehidupan)

Alhamdulilah buku Menggali Berlian di Kebun Sendiri sudah resmi diluncurkan di acara seminar di Indolivestock Expo & Forum 4 Juli 2019. Istilah “menggali berlian” tiba tiba menjadi populer dalam beberapa perbincangan para peserta seminar. Terima kasih atas kehadiran para pimpinan asosiasi, sejumlah pelaku bisnis dan para pembaca buku saya.

Untuk Anda yang belum sempat membaca buku saya, dapat saya ringkas cerita seorang petani di Afrika di awal abad 20 yang sangat tergoda dengan kisah beberapa orang kaya mendadak gara-gara menemukan tambang berlian. Ia tertarik untuk menjadi penggali berlian, sehingga ia putuskan menjual tanah pertaniannya untuk biaya mengembara. Malangnya, dengan pengetahuan yang sangat minim, ia tak berhasil menemukan tambang berlian. Sementara itu orang yang membeli lahan pertaniannya justru mendapatkan berlian di tanah yang ia beli dengan harga murah.

Kisah tragis petani ini mengajarkan pada kita untuk lebih cermat mengamati apa yang ada di dalam diri kita atau lingkungan terdekat kita sebelum memutuskan untuk mencari sesuatu yang belum jelas dimana dan seberapa besar nilainya.
Kini pelajaran menggali berlian menjadi bahasan umum. Kita bisa melihat orang orang yang konsisten mampu menggali berlian di dalam perjalanan hidupnya.

Coba kita tanyakan, dimanakah berlian pak Jacob Utama? Sebagian besar dari kita tentu akan menjawab Kompas dan Gramedia. Meski dalam pengembangan bisnis, Jacob Otama kemudian masuk ke beberapa jenis bisnis lain, namun karya yang mencorong sekelas berlian adalah Kompas Gramedia.

Orang yang telah sukses menggali berlian adalah yang telah berhasil menemukan jalur hidupnya yang cemerlang. Mereka sudah pada point on no return, titik dimana mareka tidak akan putar balik, sepahit apapun situasinya.

Saya pernah menulis tentang Bangun Dioro, seorang anggota TNI yang di tengah tugasnya meluangkan waktu untuk beternak kambing. Ketika seorang perwira mendengar ada anak buahnya mengisi waktu beternak kambing, ia tidak marah, justru tertarik dengan kegiatan beternaknya. Mulai dari sini kisah berlian berkembang, Bangun dititipkan untuk magang dan belajar beternak di Balai Penelitian Peternakan (Balitnak) Bogor, hingga kemudian mendapat bimbingan langsung dari Prof Kusuma Diwyanto kepala Puslitbang Peternakan. Singkat cerita ia mendapat dukungan modal dari sang Jenderal hingga usaha peternakan kambingnya terus membesar. Saking majunya usaha ternak kambing, ia dijuluki “Sersan berpenghasilan Jenderal”. Seorang presiden SBY pun sempat mengunjungi peternakannya di Cijeruk Bogor.

Begitu mencintai kambing, kemanapun pergi selalu memikirkan pengembangan kambing. Sempat mendapat protes dari keluarga (dengan setengah bercanda) ketika berada di luar kota, setiap telepon ke rumah, yang pertama kali ditanya bukan tentang keluarganya melainkan tentang kambingnya.
Bagi Bangun Dioro, meskipun ia kemudian mengembangkan usaha lainnya, kambing tetaplah sebagai berlian baginya.

Keberhasilan menggali berlian  akan menjadi merek (brand) bagi pribadi yang hebat. Prof Muladno di tengah kesibukannya sebagai dosen dan aktivis beberapa organisasi, sekitar sepuluh tahun berinteraksi dengan peternak sapi. Ia mencari pola apa yang cocok untuk mengamalkan ilmunya khususnya bidang genetika dan pemuliaan ternak. Tidaklah mudah menerapkan ilmu genetika di peternakan sapi rakyat. Waktu demi waktu ia kemudian berhasil membina peternak sapi rakyat, yang selanjutnya dibuat lembaga bernama Sekolah Peternakan Rakyat (SPR).

Banyak yang mengira, SPR itu sekedar pembinaan dan penyuluhan cara beternak dengan sedikit modifikasi saja. Ternyata tidak. Pola SPR terus berkembang dengan melibatkan kampus dan Pemda. Ini semacam kawah untuk mensinergikan lembaga kampus, pemerintah, industri untuk bisa menyatu untuk memajukan peternak sapi rakyat, sekaligus ada unsur peningkatan mutu genetik ternak yang akan dilihat hasilnya dalam jangka panjang.

Dari konsep SPR inilah konon yang membuat Muladno lolos seleksi Dirjen PKH tahun 2015. Tatkala jabatan Dirjen di tangannya, SPR dikembangkan lagi. Namun itu tidak lama, karena jabatan Dirjen hanya 13 bulan saja ia pegang.
Dirjen boleh berganti, namun SPR tidak boleh mati. SPR justru makin bersinar. Ia bahkan diundang ke Austria untuk menyampaikan konsepnya di forum internasional. Juga karena SPR-lah Muladno dilantik menjadi anggota AIPI (Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia), sebuah lembaga bergengsi yang isinya para peneliti papan atas yang jumlahnya tidak banyak.

Dalam acara launching buku Karya Prof Muladno yang berjudul “Realitas Di Luar Kandang jilid III” beberapa waktu lalu, saya menyampaikan dengan penuh keyakinan bahwa berlian milik Prof Muladno adalah SPR.
Kini makin mudah kita melihat berlian para tokoh populer. Ary Ginanjar Agustian konsep  ESQnya,  Kak Seto Mulyadi dengan dunia anak-anaknya, Habibie dengan konsep teknologi pesawat terbangnya, Rudi Hadisuwarno dengan dunia tata riasnya, Bob Sadino dengan konsep jadi cara goblok jadi pengusaha, Mohamad Ali dengan dunia tinjunya, Rudi Hartono yang melegenda dengan bulu Tangkisnya.

Mereka adalah yang orang-orang yang mengasah berlian hingga bersinar, dalam waktu lama dan jangkauan yang terus meluas. Mereka tidak tiba-tiba menjadi hebat, tapi melalui proses pencarian dan penggalian yang panjang dan sangat menantang.

Dimanakah berlianmu?***

Artikel ini dimuat di rubrik Refleksi Majalah Infovet edisi Agustus 2019

0 Comments:

Posting Komentar