MUTIARA KEHIDUPAN

header ads

Sikapmu Menentukan Kesuksesanmu

Teruslah belajar, bukan hanya untuk meningkatkan kemampuan teknis, tapi agar bisa memiliki sikap yang lebih baik.

Jalan-jalan di kota Teknologi Shenzen, China

Perjalanan ke kota Teknologi Shenzen, China, 1 Mei 2019 dalam rangka Shenzen International Pet Fair.

Launching buku Menggali Berlian di Surabaya

Buku Menggali Berlian di Kebun Sendiri karya Bambang Suharno diluncurkan di acara Grand City Convex Surabaya, di tengah acara pameran internasional Indolivestock Expo.

Meraih sukses

Jika sukses harus diraih dengan kerja keras banting tulang siang malam, itu namanya sukses dengan mesin manual. Anda perlu belajar meraih sukses dengan mekanisme sukses otomatis (Suksesmatic.com).

Pengalaman Naik Kereta TGV di Perancis

Perjalanan ke Rennes Perancis dalam rangka menghadiri pameran internasional, naik kereta TGV dari Paris ke Rennes.

Tampilkan postingan dengan label bambang suharno. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label bambang suharno. Tampilkan semua postingan

Balaslah Dengan kebaikan

Ada seorang petani mempunyai seorang tetangga yang berprofesi sebagai pemburu yang mempunyai anjing-anjing galak.

Anjing-anjing milik pemburu itu sering melompati pagar dan mengejar domba-domba petani. Demi menjaga domba-domba peliaharaanya, petani itu meminta sang pemburu untuk menjaga anjing-anjingnya, tapi ia tidak mau peduli.

Suatu hari anjing-anjing itu melompati pagar dan menyerang beberapa domba, sehingga terluka parah.

Petani itu merasa tak sabar, dan memutuskan untuk pergi ke kota untuk berkonsultasi pada seorang hakim yang dikenal adil dan bijaksana.

Hakim itu mendengarkan cerita petani itu dan  memberikan pernyataan yang menarik, "Saya bisa saja menghukum pemburu itu,  dia harus merantai dan mengurung anjing-anjingnya, tapi Anda akan kehilangan seorang sahabat dan mendapatkan seorang musuh. Mana yang kau inginkan, sahabat atau musuh yang jadi tetanggamu?”_

Petani itu menjawab dengan tegas bahwa ia sejatinya lebih suka mempunyai seorang tetangga yang bersahabat.

"Baik, saya akan menawari anda sebuah solusi yang mana anda harus menjaga domba-domba anda, supaya tetap aman dan ini akan membuat tetangga anda tetap sebagai teman”.

Mendengar solusi pak hakim, petani itu setuju.
Ketika sampai di rumah, petani itu segera melaksanakan solusi pak hakim.

Dia mengambil tiga domba terbaiknya dan menghadiahkannya kepada 3 anak tetangganya itu. Anak pemburu itu menerima dengan sukacita dan mulai bermain dengan domba-domba tersebut.

Untuk menjaga mainan baru anaknya, si pemburu itu mengkerangkeng anjing pemburunya. Sejak saat itu anjing-anjing itu tidak pernah mengganggu domba-domba petani.

Sebagai rasa terima kasih atas kedermawanan petani kepada anak-anaknya, pemburu itu sering membagi hasil buruan kepada petani.

Sebagai balasannya, petani mengirimkan daging domba yang sudah dimasak buatannya untuk tetangganya yang berprofesi sebagai pemburu.
Dalam waktu singkat tetangga itu menjadi Sahabat yang baik.

*****

Mutiara kehidupan dari kisah ini adalah tetaplah berbuat baik. Percayalah kebaikan akan menghasilkan kebaikan.
Jangan buru-buru emosi kepada sahabat apalagi tetangga. Selalulaj berpikir tentang bagaimana caranya agar selalu bisa bersaudara dengan tetangga.

Dimanakah Berlianmu?

Orang yang sukses “menggali berlian” telah berhasil menemukan jalur hidupnya yang cemerlang (kata mutiara kehidupan)

Alhamdulilah buku Menggali Berlian di Kebun Sendiri sudah resmi diluncurkan di acara seminar di Indolivestock Expo & Forum 4 Juli 2019. Istilah “menggali berlian” tiba tiba menjadi populer dalam beberapa perbincangan para peserta seminar. Terima kasih atas kehadiran para pimpinan asosiasi, sejumlah pelaku bisnis dan para pembaca buku saya.

Untuk Anda yang belum sempat membaca buku saya, dapat saya ringkas cerita seorang petani di Afrika di awal abad 20 yang sangat tergoda dengan kisah beberapa orang kaya mendadak gara-gara menemukan tambang berlian. Ia tertarik untuk menjadi penggali berlian, sehingga ia putuskan menjual tanah pertaniannya untuk biaya mengembara. Malangnya, dengan pengetahuan yang sangat minim, ia tak berhasil menemukan tambang berlian. Sementara itu orang yang membeli lahan pertaniannya justru mendapatkan berlian di tanah yang ia beli dengan harga murah.

Kisah tragis petani ini mengajarkan pada kita untuk lebih cermat mengamati apa yang ada di dalam diri kita atau lingkungan terdekat kita sebelum memutuskan untuk mencari sesuatu yang belum jelas dimana dan seberapa besar nilainya.
Kini pelajaran menggali berlian menjadi bahasan umum. Kita bisa melihat orang orang yang konsisten mampu menggali berlian di dalam perjalanan hidupnya.

Coba kita tanyakan, dimanakah berlian pak Jacob Utama? Sebagian besar dari kita tentu akan menjawab Kompas dan Gramedia. Meski dalam pengembangan bisnis, Jacob Otama kemudian masuk ke beberapa jenis bisnis lain, namun karya yang mencorong sekelas berlian adalah Kompas Gramedia.

Orang yang telah sukses menggali berlian adalah yang telah berhasil menemukan jalur hidupnya yang cemerlang. Mereka sudah pada point on no return, titik dimana mareka tidak akan putar balik, sepahit apapun situasinya.

Saya pernah menulis tentang Bangun Dioro, seorang anggota TNI yang di tengah tugasnya meluangkan waktu untuk beternak kambing. Ketika seorang perwira mendengar ada anak buahnya mengisi waktu beternak kambing, ia tidak marah, justru tertarik dengan kegiatan beternaknya. Mulai dari sini kisah berlian berkembang, Bangun dititipkan untuk magang dan belajar beternak di Balai Penelitian Peternakan (Balitnak) Bogor, hingga kemudian mendapat bimbingan langsung dari Prof Kusuma Diwyanto kepala Puslitbang Peternakan. Singkat cerita ia mendapat dukungan modal dari sang Jenderal hingga usaha peternakan kambingnya terus membesar. Saking majunya usaha ternak kambing, ia dijuluki “Sersan berpenghasilan Jenderal”. Seorang presiden SBY pun sempat mengunjungi peternakannya di Cijeruk Bogor.

Begitu mencintai kambing, kemanapun pergi selalu memikirkan pengembangan kambing. Sempat mendapat protes dari keluarga (dengan setengah bercanda) ketika berada di luar kota, setiap telepon ke rumah, yang pertama kali ditanya bukan tentang keluarganya melainkan tentang kambingnya.
Bagi Bangun Dioro, meskipun ia kemudian mengembangkan usaha lainnya, kambing tetaplah sebagai berlian baginya.

Keberhasilan menggali berlian  akan menjadi merek (brand) bagi pribadi yang hebat. Prof Muladno di tengah kesibukannya sebagai dosen dan aktivis beberapa organisasi, sekitar sepuluh tahun berinteraksi dengan peternak sapi. Ia mencari pola apa yang cocok untuk mengamalkan ilmunya khususnya bidang genetika dan pemuliaan ternak. Tidaklah mudah menerapkan ilmu genetika di peternakan sapi rakyat. Waktu demi waktu ia kemudian berhasil membina peternak sapi rakyat, yang selanjutnya dibuat lembaga bernama Sekolah Peternakan Rakyat (SPR).

Banyak yang mengira, SPR itu sekedar pembinaan dan penyuluhan cara beternak dengan sedikit modifikasi saja. Ternyata tidak. Pola SPR terus berkembang dengan melibatkan kampus dan Pemda. Ini semacam kawah untuk mensinergikan lembaga kampus, pemerintah, industri untuk bisa menyatu untuk memajukan peternak sapi rakyat, sekaligus ada unsur peningkatan mutu genetik ternak yang akan dilihat hasilnya dalam jangka panjang.

Dari konsep SPR inilah konon yang membuat Muladno lolos seleksi Dirjen PKH tahun 2015. Tatkala jabatan Dirjen di tangannya, SPR dikembangkan lagi. Namun itu tidak lama, karena jabatan Dirjen hanya 13 bulan saja ia pegang.
Dirjen boleh berganti, namun SPR tidak boleh mati. SPR justru makin bersinar. Ia bahkan diundang ke Austria untuk menyampaikan konsepnya di forum internasional. Juga karena SPR-lah Muladno dilantik menjadi anggota AIPI (Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia), sebuah lembaga bergengsi yang isinya para peneliti papan atas yang jumlahnya tidak banyak.

Dalam acara launching buku Karya Prof Muladno yang berjudul “Realitas Di Luar Kandang jilid III” beberapa waktu lalu, saya menyampaikan dengan penuh keyakinan bahwa berlian milik Prof Muladno adalah SPR.
Kini makin mudah kita melihat berlian para tokoh populer. Ary Ginanjar Agustian konsep  ESQnya,  Kak Seto Mulyadi dengan dunia anak-anaknya, Habibie dengan konsep teknologi pesawat terbangnya, Rudi Hadisuwarno dengan dunia tata riasnya, Bob Sadino dengan konsep jadi cara goblok jadi pengusaha, Mohamad Ali dengan dunia tinjunya, Rudi Hartono yang melegenda dengan bulu Tangkisnya.

Mereka adalah yang orang-orang yang mengasah berlian hingga bersinar, dalam waktu lama dan jangkauan yang terus meluas. Mereka tidak tiba-tiba menjadi hebat, tapi melalui proses pencarian dan penggalian yang panjang dan sangat menantang.

Dimanakah berlianmu?***

Artikel ini dimuat di rubrik Refleksi Majalah Infovet edisi Agustus 2019

Singkatan yang Sulit Dihafal (HPDKI, SNMPTN, PPVPP, KPBP2SI dll)

Nama adalah brand alias merek. Itu sebabnya kalau ada nama yang sulit dilafalkan dan dihafalkan, secara reflek saya sering memberi komentar. Itu adalah bentuk kepedulian saya.

Di lembaga pemerintah banyak nama yang aneh-aneh dan sangat menyulitkan masyarakat untuk mengingatnya.
Di era kepemimpinan menteri Anton Apriantono, Kementerian Pertanian mendirikan Pusat Perizinan dan Investasi, disingkat PPI. Beberapa tahun lalu ini nama ini "disempurnakan" menjadi Pusat Perlindungan Varietas dan Perizinan Pertanian, disingkat PPVPP. Sejauh mana Anda mampu mengingat-ingat singkatan tersebut? Sampai hari ini saya masih sering sulit mengingatnya. Tak sedikit juga wartawan yang salah ketik.  Kenapa?

Karena secara umum otak manusia mudah mengingat singkatan yang terdiri dari 2 atau 3 huruf. Kita mudah mengungat SD, SMP, SMA, ITB, IPB. Tapi coba perubahan nama UMPTN, SNMPTN, SBMPTN  dan sebagainya. sulit kan?

Maka nama partai pun jarang yang terdiri dari 4 huruf. Mereka tampaknya paham, singkatan nama partai harus mudah diingat. Rata-rata 3 huruf saja, misalkan PPP, PKB, PBB, PAN, PKS, PDI (sekarang PDI-P), Jika sulit menyingkat dengan huruf, dibuat akronim berupa kata baru, Gerindra, Nasdem.

Di bidang peternakan, banyak organisasi masyarakat yang singkatannya 4 huruf, misalnya GPMT, GPPU, PDHI, ISPI. Yang menyulitkan adalah PPSKI (Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia) , HPDKI (Himpunan Peternak Domba dan Kambing Indonesia). Dua yang saya sebut terakhir seringkali menyulitkan masyarakat. bahkan sesama asosiasi peternakan yang sering ketemu saja, masih banyak yang salah ucap.

Di pemerintahan, ketika sebuah lembaga berubah status, singkatan nama juga ikut berubah. Ini juga merepotkan publik untuk menghafalkannya. Hal ini menyebabkan jika ada surat dari swasta yang salah ketik dalam menulis nama, surat  bisa dikembalikan oleh pejabat pemerintah yang merasa berkuasa.

Sebuah lembaga milik Kementerian Pertanian di Gunung Sindur Bogor dulu namanya Balai Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan , disingkat BPMSOH. Nama ini susah dihafal kan? Lantas status Balai ini berubah menjadi Balai Besar.
Menurut saya, singkatannya tak harus diubah, tetap BPMSOH, singkatan dari Balai Besar Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan. Namun pemerintah punya aturan sendiri, sehingga  harus berubah menjadi BBPMSOH. Nah tambah susah kan menghafalnya ? Kalau Anda ke Gunung Sindur, tanya ke masyarakat dimana letak kantor BBPMSOH, hampir pasti warga setempat kebingungan, itu nama apa kok panjang banget. Tapi kalau anda tanya dimana "Laborat" hampir semua warga tahu lokasinya.

Ini karena warga sejak awal sulit menyebut BPMSOH (apalagi BBPMSOH). Lebih praktis sebut saja Laborat. Repot amat sih.

Begitu pula Balai Penelitian Veteriner singkatannya Balitvet, sekarang menjadi Balai Besar Penelitian Veteriner disingkat BBalitvet.
Kalau saya teruskan beberapa contoh, anda akan pusing dengan berbagai singkatan milik pemerintah.

Repotnya orang swasta tanpa sengaja bikin singkatan yang tak kalah menyulitkan. Coba Anda masuk ke facebook, disana banyak komunitas yang membuat singkatan yang sulit dihafal. Ada Komunitas Peternak Bebek Petelur dan Pedaging Seluruh Indonesia, disingkat KPBP2SI (Mudah-mudahan saya nggak salah tulis hehe).

Ada juga Komunitas Peternak Bebek Petelur dan Pedaging Seluruh Nusantara, disingkat KPBP2SN (buat anggota komunitas, saya minta maaf kalau salah ketik).
Ada lagi Komunitas Peternak Bebek Seluruh Nusantara Indonesia, disingkat KPB-SNI. (yang ini masing mending, disingkat, dipenggal jadi dua, saya lebih mudah menghafalnya)

Terus terang saya menjadi peduli dengan singkatan dan akronim , karena bagi saya, menyingkat itu ditujukan untuk memudahkan. Faktanya banyak menyulitkan. Padahal kalau kita salah tulis mereka marah atau tersinggung.
Singkatan yang menyulitkan, tentunya berdampak banyak. Para wartawan misalnya, akan sangat berhati-hati dalam menulis. Kalau sedang dikejar deadline, dia akan memilih sebuah penjelasan semampunya daripada menulis singkatan tapi salah. Atau lebih memilih tidak menulis sama sekali.

Nah, omong-omong soal singkatan dan akronim, saya mengenal Dr. Soehadji (alm), Dirjen Peternakan era order baru. Ia sangat kreatif membuat akronim sehingga sampai sekarangpun saya masih hafal, Ketika ada kemarau panjang tahun 1990an, ia mengusulkan ke Presiden Operasi Penanggulangan Dampak Kekeringan, disingkat Operasi Pendekar. Konon karena namanya keren begini, Presiden Soeharto langsung setuju dengan operasi tersebut. Soehadji juga membuat program Gerakan Pembangunan Sentra Perbibitan Pedesaan alias Gerbang Serba Bisa dan berbagai ide kreatif dalam menjalankan ide pembangunan peternakan.

Coba bandingkan singkatan program pemerintah sekarang, Upaya Khusus Sapi Indukan Wajib Bunting (Upsus Siwab). Hanya karena sudah berulang-ulang saja sehingga saya sudah hafal dan tidak salah ketik. Anda yang baru dengar mungkin sulit juga menghafalnya.

Akronim tidaklah harus persis menyingkat beberapa kata, tapi memudahkan kita menyebutnya. Tahun 2010, saya dan beberapa media peternakan mendirikan organisasi atau forum media media peternakan. Saya mengusulkan namanya jangan AMPI (Asosiasi Media Peternakan Indonesia) atau singkatan lainnya , tapi FORMAT (Forum Media Peternakan). Mudah diingat dan mencerminkan istilah media.

Anak-anak muda sekarang tampaknya lebih kreatif dalam membuat singkatan dan akronim. Alun Alun Kidul (Jogja) disingkat Alkid. Komunitas Pencinta dan Pemerhati Motor, disingkat Kompetitor.
Banyak juga akronim sekaligus plesetan sehingga kita lebih mudah kita menghafalnya. Misalkan Kejora (Kelompok Jomblo Ceria), Ijo Tomat (Ikatan Jomblo Terhormat), Gunawan (Gundul Namun Menawan), Titi DJ Dedi Dores (Hati Hati di Jalan, Dengan Disertai  Doa dan restu), Antapani (Antara Cinta Tapi Tue Wani) hehehe


Sekian dulu ya.

Bambang Suharno
Pengamat Peternakan
Ketua Umum Forum Media Peternakan (Format) tahun 2010-2016
Pengelola MajalahInfovet.com dan Agribiznetwork.com

PIKIRANMU ADALAH OBAT BAGI SAKITMU

Buku ini bisa dibeli di Bukalapak
Filsuf Plato pernah mengatakan, hati-hati dengan pikiranmu. Kekuatan pikiran mampu menjadi obat sekaligus racun. Jika dilandasi dengan serakah, benci, dan iri, ia adalah racun. Sebaliknya jika dilandasi dengan cinta, ia adalah obat yang paling manjur.

Kata-kata bijak tersebut saya kutip dari tulisan pak Andrie Wongso, Motivator nomor satu Indonesia,  dalam buku saya yang berjudul "Menggali Berlian di Kebun Sendiri," Ia menulis itu sebagai kalimat endorsement untuk buku saya.

Kata Pak Andrie Wongso, buku Menggali Berlian di Kebun Sendiri memberikan pencerahan bagi kita untuk mengelola kekuatan pikiran dan tindakan dengan sebaik-baiknya.

Wah, senang dan bangga mendapat pujian seperti itu dari motivator nomor satu Indonesia.

Tapi tulisan ini bukan bercerita tentang buku saya, melainkan tentang seorang dokter yang memberi nasihat kesehatan yang berbeda dengan dokter pada umumnya. Hampir semua nasihatnya adalah tentang bagaimana kita mengelola pikiran agar kita menjadi sehat. Bahkan, katanya, pikiran itu mampu menjadi obat bagi bermacam penyakit. persis sama dengan kata Filsuf Plato dan Andrie Wongso, Yuk kita simak ceritanya.


Kami sedang antri periksa kesehatan. Dokter yang kami kunjungi ini termasuk dokter sepuh –berusia sekitar tujuh puluhan- spesialis penyakit...
“Silakan duduk,” sambut dr.Paulus.
Aku duduk di depan meja kerjanya, mengamati pria sepuh berkacamata ini yang sedang sibuk menulis identitasku di kartu pasien.

“Apa yang dirasakan, Mas?”

Aku pun bercerita tentang apa yang kualami sejak 2013 hingga saat ini. Mulai dari awal merasakan sakit maag, peristiwa-peristiwa kram perut, ambruk berkali-kali, gejala dan vonis tipes, pengalaman opnam dan endoskopi, derita GERD, hingga tentang radang duodenum dan praktek tata pola makan Food Combining yang kulakoni.

“Kalau kram perutnya sudah enggak pernah lagi, Pak,” ungkapku, “Tapi sensasi panas di dada ini masih kerasa, panik juga cemas, mules, mual. Kalau telat makan, maag saya kambuh. Apalagi setelah beberapa bulan tata pola makan saya amburadul lagi.”

“Tapi buat puasa kuat ya?”

“Kuat, Pak.”

“Orang kalau kuat puasa, harusnya nggak bisa kena maag!”

Aku terbengong, menunggu penjelasan.

“Asam lambung itu,” terang Pak Paulus, “Diaktifkan oleh instruksi otak kita. Kalau otak kita bisa mengendalikan persepsi, maka asam lambung itu akan nurut sendiri. Dan itu sudah bisa dilakukan oleh orang-orang puasa.”

“Maksudnya, Pak?”

“Orang puasa ‘kan malamnya wajib niat to?”

“Njih, Pak.”

“Nah, niat itulah yang kemudian menjadi kontrol otak atas asam lambung. Ketika situ sudah bertekad kuat besok mau puasa, besok nggak makan sejak subuh sampai maghrib, itu membuat otak menginstruksikan kepada fisik biar kuat, asam lambung pun terkendali. Ya kalau sensasi lapar memang ada, namanya juga puasa. Tapi asam lambung tidak akan naik, apalagi sampai parah. Itu syaratnya kalau situ memang malamnya sudah niat mantap. Kalau cuma di mulut bilang mau puasa tapi hatinya nggak mantap, ya tetap nggak kuat. Makanya niat itu jadi kewajiban, ‘kan?”

“Iya, ya, Pak,” aku manggut-manggut nyengir.

“Manusia itu, Mas, secara ilmiah memang punya tenaga cadangan hingga enam puluh hari. Maksudnya, kalau orang sehat itu bisa tetap bertahan hidup tanpa makan dalam keadaan sadar selama dua bulan. Misalnya puasa dan buka-sahurnya cuma minum sedikit. Itu kuat. Asalkan tekadnya juga kuat.”

Aku melongo lagi.

“Makanya, dahulu raja-raja Jawa itu sebelum jadi raja, mereka tirakat dulu. Misalnya puasa empat puluh hari. Bukanya cuma minum air kali. Itu jaman dulu ya, waktu kalinya masih bersih. Hahaha,” ia tertawa ringan, menambah rona wajahnya yang memang kelihatan masih segar meski keriput penanda usia.

Kemudian ia mengambil sejilid buku di rak sebelah kanan meja kerjanya. Ya, ruang praktek dokter dengan rak buku. Keren sekali. Aku lupa judul dan penulisnya. Ia langsung membuka satu halaman dan menunjukiku beberapa baris kalimat yang sudah distabilo hijau.

“Coba baca, Mas: ‘mengatakan adalah mengundang, memikirkan adalah mengundang, meyakini adalah mengundang’. Jadi kalau situ memikirkan; ‘ah, kalau telat makan nanti asam lambung saya naik’, apalagi berulang-ulang mengatakan dan meyakininya, ya situ berarti mengundang penyakit itu. Maka benar kata orang-orang itu bahwa perkataan bisa jadi doa. Nabi Musa itu, kalau kerasa sakit, langsung mensugesti diri; ah sembuh. Ya sembuh. Orang-orang debus itu nggak merasa sakit saat diiris-iris kan karena sudah bisa mengendalikan pikirannya. Einstein yang nemuin bom atom itu konon cuma lima persen pendayagunaan otaknya. Jadi potensi otak itu luar biasa,” papar Pak Paulus.

“Jadi kalau jadwal makan sembarangan berarti sebenarnya nggak apa-apa ya, Pak?”

“Nah, itu lain lagi. Makan harus tetap teratur, ajeg, konsisten. Itu agar menjaga aktivitas asam lambung juga. Misalnya situ makan tiga kali sehari, maka jarak antara sarapan dan makan siang buatla sama dengan jarak antara makan siang dan makan malam. Misalnya, sarapan jam enam pagi, makan siang jam dua belas siang, makan malam jam enam petang. Kalau siang, misalnya jam sebelas situ rasanya nggak sempat makan siang jam dua belas, ya niatkan saja puasa sampai sore. Jangan mengundur makan siang ke jam dua misalnya, ganti aja dengan minum air putih yang banyak. Dengan pola yang teratur, maka organ di dalam tubuh pun kerjanya teratur. Nah, pola teratur itu sudah bisa dilakukan oleh orang-orang yang puasa dengan waktu buka dan sahurnya.”

“Ooo, gitu ya Pak,” sahutku baru menyadari.

“Tapi ya itu tadi. Yang lebih penting adalah pikiran situ, yakin nggak apa-apa, yakin sembuh. Allah sudah menciptakan tubu kita untuk menyembuhkan diri sendiri, ada mekanismenya, ada enzim yang bekerja di dalam tubuh untuk penyembuhan diri. Dan itu bisa diaktifkan secara optimal kalau pikiran kita optimis. Kalau situ cemas, takut, kuatir, justru imunitas situ turun dan rentan sakit juga.”

Pak Paulus mengambil beberapa jilid buku lagi, tentang ‘enzim kebahagiaan’ endorphin, tentang enzim peremajaan, dan beberapa tema psiko-medis lain tulisan dokter-dokter Jepang dan Mesir.

“Situ juga berkali-kali divonis tipes ya?”

“Iya, Pak.”

“Itu salah kaprah.”

“Maksudnya?”

“Sekali orang kena bakteri thypoid penyebab tipes, maka antibodi terhadap bakteri itu bisa bertahan dua tahun. Sehingga selama dua tahun itu mestinya orang tersebut nggak kena tipes lagi. Bagi orang yang fisiknya kuat, bisa sampai lima tahun. Walaupun memang dalam tes widal hasilnya positif, tapi itu bukan tipes. Jadi selama ini banyak yang salah kaprah, setahun sampai tipes dua kali, apalagi sampai opnam. Itu biar rumah sakitnya penuh saja. Kemungkinan hanya demam biasa.”

“Haah?”

“Iya Mas. Kalaupun tipes, nggak perlu dirawat di rumah sakit sebenarnya. Asalkan dia masih bisa minum, cukup istirahat di rumah dan minum obat tipes. Sembuh sudah. Dulu, pernah di RS Sardjito, saya anjurkan agar belasan pasien tipes yang nggak mampu, nggak punya asuransi, rawat jalan saja. Yang penting tetep konsumsi obat dari saya, minum yang banyak, dan tiap hari harus cek ke rumah sakit, biayanya gratis. Mereka nurut. Itu dalam waktu maksimal empat hari sudah pada sembuh. Sedangkan pasien yang dirawat inap, minimal baru bisa pulang setelah satu minggu, itupun masih lemas.”

“Tapi ‘kan pasien harus bedrest, Pak?”

“Ya ‘kan bisa di rumah.”

“Tapi kalau nggak pakai infus ‘kan lemes terus Pak?”

“Nah situ nggak yakin sih. Saya yakinkan pasien bahwa mereka bisa sembuh. Asalkan mau nurut dan berusaha seperti yang saya sarankan itu. Lagi-lagi saya bilang, kekuatan keyakinan itu luar biasa lho, Mas.”

Dahiku berkernyit. Menunggu lanjutan cerita.

“Dulu,” lanjut Pak Paulus, “Ada seorang wanita kena kanker payudara. Sebelah kanannya diangkat, dioperasi di Sardjito.
Nggak lama, ternyata payudara kirinya kena juga. Karena nggak segera lapor dan dapat penanganan, kankernya merembet ke paru-paru dan jantung. Medis di Sardjito angkat tangan.

Dia divonis punya harapan hidup maksimal hanya empat bulan.”

“Lalu, Pak?” tanyaku antusias.

“Lalu dia kesini ketemu saya. Bukan minta obat atau apa.
Dia cuma nanya; ‘Pak Paulus, saya sudah divonis maksimal empat bulan.

Kira-kira bisa nggak kalau diundur jadi enam bulan?’

Saya heran saat itu, saya tanya kenapa.

Dia bilang bahwa enam bulan lagi anak bungsunya mau nikah, jadi pengen ‘menangi’ momen itu.”

“Waah.. Lalu, Pak?”

“Ya saya jelaskan apa adanya. Bahwa vonis medis itu nggak seratus persen, walaupun prosentasenya sampai sembilan puluh sembilan persen,
tetap masih ada satu persen berupa kepasrahan kepada Tuhan yang bisa mengalahkan vonis medis sekalipun.
Maka saya bilang; sudah Bu, situ nggak usah mikir bakal mati empat bulan lagi.
Justru situ harus siap mental, bahwa hari ini atau besok situ siap mati.
Kapanpun mati, siap!
Begitu, situ pasrah kepada Tuhan, siap menghadap Tuhan kapanpun. Tapi harus tetap berusaha bertahan hidup.”

Aku tambah melongo. Tak menyangka ada nasehat macam itu.
Kukira ia akan memotivasi si ibu agar semangat untuk sembuh, malah disuruh siap mati kapanpun.
O iya, mules mual dan berbagai sensasi ketidaknyamanansudah tak kurasakan lagi.

“Dia mau nurut. Untuk menyiapkan mental siap mati kapanpun itu dia butuh waktu satu bulan.
Dia bilang sudah mantap, pasrah kepada Tuhan bahwa dia siap.
Dia nggak lagi mengkhawatirkan penyakit itu, sudah sangat enjoy.
Nah, saat itu saya cuma kasih satu macam obat. Itupun hanya obat anti mual biar dia tetap bisa makan dan punya energi untuk melawan kankernya.

Setelah hampir empat bulan, dia check-up lagi ke Sardjito dan di sana dokter yang meriksa geleng-geleng. Kankernya sudah berangsur-angsur hilang!”

“Orangnya masih hidup, Pak?”

“Masih. Dan itu kejadian empat belas tahun lalu.”

“Wah, wah, wah..”

“Kejadian itu juga yang menjadikan saya yakin ketika operasi jantung dulu.”

“Lhoh, njenengan pernah Pak?”

“Iya.
Dulu saya operasi bedah jantung di Jakarta. Pembuluhnya sudah rusak. Saya ditawari pasang ring.

Saya nggak mau. Akhirnya diambillah pembuluh dari kaki untuk dipasang di jantung.

Saat itu saya yakin betul sembuh cepat. Maka dalam waktu empat hari pasca operasi, saya sudah balik ke Jogja, bahkan dari bandara ke sini saya nyetir sendiri.
Padahal umumnya minimal dua minggu baru bisa pulang.
Orang yang masuk operasi yang sama bareng saya baru bisa pulang setelah dua bulan.”

Pak Paulus mengisahkan pengalamannya ini dengan mata berbinar. Semangatnya meluap-luap hingga menular ke pasiennya ini. Jujur saja, penjelasan yang ia paparkan meningkatkan harapan sembuhku dengan begitu drastis.

Persis ketika dua tahun lalu pada saat ngobrol dengan Bu Anung tentang pola makan dan kesehatan. Semangat menjadi kembali segar!

“Tapi ya nggak cuma pasrah terus nggak mau usaha.
Saya juga punya kenalan dokter,” lanjutnya,
“Dulu tugas di Bethesda, aslinya Jakarta, lalu pindah mukim di Tennessee, Amerika.

Di sana dia kena kanker stadium empat. Setelah divonis mati dua bulan lagi, dia akhirnya pasrah dan pasang mental siap mati kapanpun.

Hingga suatu hari dia jalan-jalan ke perpustakaan, dia baca-baca buku tentang Afrika.
Lalu muncul rasa penasaran, kira-kira gimana kasus kanker di Afrika.
Dia cari-cari referensi tentang itu, nggak ketemu. Akhirnya dia hubungi kawannya, seorang dokter di Afrika Tengah.

Kawannya itu nggak bisa jawab.
Lalu dihubungkan langsung ke kementerian kesehatan sana. Dari kementerian, dia dapat jawaban mengherankan, bahwa di sana nggak ada kasus kanker.
Nah dia pun kaget, tambah penasaran.”

Pak Paulus jeda sejenak. Aku masih menatapnya penuh penasaran juga, “Lanjut, Pak,” benakku.

“Beberapa hari kemudian dia berangkat ke Afrika Tengah.
Di sana dia meneliti kebiasaan hidup orang-orang pribumi. Apa yang dia temukan?
Orang-orang di sana makannya sangat sehat.
Yaitu sayur-sayuran mentah, dilalap, nggak dimasak kayak kita.

Sepiring porsi makan itu tiga perempatnya sayuran, sisanya yang seperempat untuk menu karbohidrat. Selain itu, sayur yang dimakan ditanam dengan media yang organik. Pupuknya organik pake kotoran hewan dan sisa-sisa tumbuhan.

Jadi ya betul-betul sehat.
Nggak kayak kita, sudah pupuknya pakai yang berbahaya, eh pakai dimasak pula. Serba salah kita.

Bahkan beras merah dan hitam yang sehat-sehat itu, kita nggak mau makan.
Malah kita jadikan pakan burung, ya jadinya burung itu yang sehat, kitanya sakit-sakitan.”

Keterangan ini mengingatkanku pada obrolan dengan Bu Anung tentang sayur mayur, menu makanan serasi, hingga beras sehat. Pas sekali.

“Nah dia yang awalnya hanya ingin tahu, akhirnya ikut-ikutan.

Dia tinggal di sana selama tiga mingguan dan menalani pola makan seperti orang-orang Afrika itu.”

“Hasilnya, Pak?”

“Setelah tiga minggu, dia kembali ke Tennessee.

Dia mulai menanam sayur mayur di lahan sempit dengan cara alami.
Lalu beberapa bulan kemudian dia check-up medis lagi untuk periksa kankernya,”

“Sembuh, Pak?”

“Ya! Pemeriksaan menunjukkan kankernya hilang.
Kondisi fisiknya berangsur-angsur membaik. Ini buki bahwa keyakinan yang kuat, kepasrahan kepada Tuhan, itu energi yang luar biasa.

Apalagi ditambah dengan usaha yang logis dan sesuai dengan fitrah tubuh.

Makanya situ nggak usah cemas, nggak usah takut..”

Takjub, tentu saja.

Pada momen ini Pak Paulus menghujaniku dengan pengalaman-pengalamannya di dunia kedokteran, tentang kisah-kisah para pasien yang punya optimisme dan pasien yang pesimis.

Aku jadi teringat kisah serupa yang menimpa alumni Madrasah Huffadh Al-Munawwir, pesantren tempatku belajar saat ini.

Singkatnya, santri ini mengidap tumor ganas yang bisa berpindah-pindah benjolannya.

Ia divonis dokter hanya mampu bertahan hidup dua bulan. Terkejut atas vonis ini, ia misuh-misuh di depan dokter saat itu.
Namun pada akhirnya ia mampu menerima kenyataan itu.

Ia pun bertekad menyongsong maut dengan percaya diri dan ibadah. Ia sowan ke Romo Kiai, menyampaikan maksudnya itu.

Kemudian oleh Romo Kiai, santri ini diijazahi (diberi rekomendasi amalan)
Riyadhoh Qur’an, yakni amalan membaca Al-Quran tanpa henti selama empat puluh hari penuh, kecuali untuk memenuhi hajat dan kewajiban primer.

Riyadhoh pun dimulai. Ia lalui hari-hari dengan membaca Al-Quran tanpa henti.

Persis di pojokan aula Madrasah Huffadh yang sekarang. Karena merasa begitu dingin, ia jadikan karpet sebagai selimut.

Hari ke tiga puluh, ia sering muntah-muntah, keringatnya pun sudah begitu bau.

Bacin, mirip bangkai tikus,kenang narasumber yang menceritakan kisah ini padaku. Hari ke tiga puluh lima, tubuhnya sudah nampak lebih segar, dan ajaibnya; benjolan tumornya sudah hilang.

Selepas rampung riyadhoh empat puluh hari itu, dia kembali periksa ke rumah sakit di mana ia divonis mati.

Pihak rumah sakit pun heran.
Penyakit pemuda itu sudah hilang, bersih, dan menunjukkan kondisi vital yang sangat sehat!

Aku pribadi sangat percaya bahwa gelombang yang diciptakan oleh ritual ibadah bisa mewujudkan energi positif bagi fisik.

Khususnya energi penyembuhan bagi mereka yang sakit.

Memang tidak mudah untuk sampai ke frekuensi itu, namun harus sering dilatih. Hal ini diiyakan oleh Pak Paulus.

“Untuk melatih pikiran biar bisa tenang itu cukup dengan pernapasan.

Situ tarik napas lewat hidung dalam-dalam selama lima detik, kemudian tahan selama tiga detik. Lalu hembuskan lewat mulut sampai tuntas. Lakukan tujuh kali setiap sebelum Shubuh dan sebelum Maghrib.

Itu sangat efektif. Kalau orang pencak, ditahannya bisa sampai tuuh detik.
Tapi kalau untuk kesehatan ya cukup tiga detik saja.”

Nah, anjuran yang ini sudah kupraktekkan sejak lama. Meskipun dengan tata laksana yang sedikit berbeda.

Terutama untuk mengatasi insomnia. Memang ampuh. Yakni metode empat-tujuh-delapan.

Ketika merasa susah tidur alias insomnia, itu pengaruh pikiran yang masih terganggu berbagai hal.

Maka pikiran perlu ditenangkan, yakni dengan pernapasan.
Tak perlu obat, bius, atau sejenisnya, murah meriah.

Pertama, tarik napas lewat hidung sampai detik ke empat, lalu tahan sampai detik ke tujuh, lalu hembuskan lewat mulut pada detik ke delapan. Ulangi sebanyak empat sampai lima kali.

Memang iya mata kita tidak langsung terpejam ngantuk, tapi pikiran menadi rileks dan beberapa menit kemudian tanpa terasa kita sudah terlelap.
Awalnya aku juga agak ragu, tapi begitu kucoba, ternyata memang ampuh. Bahkan bagi yang mengalami insomnia sebab rindu akut sekalipun.

“Gelombang yang dikeluarkan oleh otak itu punya energi sendiri, dan itu bergantung dari seberapa yakin tekad kita dan seberapa kuat konsentrasi kita,” terangnya,

“Jadi kalau situ sholat dua menit saja dengan khusyuk, itu sinyalnya lebih bagus ketimbang situ sholat sejam tapi pikiran situ kemana-mana, hehehe.”

Duh, terang saja aku tersindir di kalimat ini.

“Termasuk dalam hal ini adalah keampuhan sholat malam.

Sholat tahajud. Itu ketika kamu baru bangun di akhir malam, gelombang otak itu pada frekuensi Alpha. Jauh lebih kuat daripada gelombang Beta yang teradi pada waktu Isya atau Shubuh.
Jadi ya logis saja kalau doa di saat tahajud itu begitu cepat ‘naik’ dan terkabul. Apa yang diminta, itulah yang diundang.
Ketika tekad situ begitu kuat, ditambah lagi gelombang otak yang lagi kuat-kuatnya, maka sangat besar potensi terwujud doa-doa situ.”

Tak kusangka Pak Paulus bakal menyinggung perihal sholat segala. Aku pun ternganga. Ia menunjukkan sampul buku tentang ‘enzim panjang umur’.

“Tubuh kita ini, Mas, diberi kemampuan oleh Allah untuk meregenerasi sel-sel yang rusak dengan bantuan enzim tertentu, populer disebut dengan enzim panjang umur. Secara berkala sel-sel baru terbentuk, dan yang lama dibuang.
Ketika pikiran kita positif untuk sembuh, maka yang dibuang pun sel-sel yang terkena penyakit.

Menurut penelitian, enzim ini bisa bekerja dengan baik bagi mereka yang sering merasakan lapar dalam tiga sampai empat hari sekali.”

Pak Paulus menatapku, seakan mengharapkan agar aku menyimpulkan sendiri.

“Puasa?”
“Ya!”
“Senin-Kamis?”

“Tepat sekali! Ketika puasa itu regenerasi sel berlangsung dengan optimal.

Makanya orang puasa sebulan itu juga harusnya bisa jadi detoksifikasi yang ampuh terhadap berbagai penyakit.”

Lagi-lagi,aku manggut-manggut.

Tak asing dengan teori ini.

“Pokoknya situ harus merangsang tubuh agar bisa menyembuhkan diri sendiri.

Jangan ketergantungan dengan obat. Suplemen yang nggak perlu-perlu amat,nggak usahlah. Minum yang banyak, sehari dua liter, bisa lebih kalau situ banyak berkeringat, ya tergantung kebutuhan.

Tertawalah yang lepas, bergembira, nonton film lucu tiap hari juga bisa merangsang produksi endorphin, hormon kebahagiaan. Itu akan sangat mempercepat kesembuhan.

Penyakit apapun itu! Situ punya radang usus kalau cemas dan khawatir terus ya susah sembuhnya.

Termasuk asam lambung yang sering kerasa panas di dada itu.”

Terus kusimak baik-baik anjurannya sambil mengelus perut yang tak lagi terasa begah. Aneh.

“Tentu saja seperti yang saya sarankan, situ harus teratur makan, biar asam lambung bisa teratur juga.

Bangun tidur minum air hangat dua gelas sebelum diasupi yang lain.

Ini saya kasih vitamin saja buat situ, sehari minum satu saja. Tapi ingat, yang paling utama adalah kemantapan hati, yakin, bahwa situ nggak apa-apa. Sembuh!”

Begitulah. Perkiraanku yang tadinya bakal disangoni berbagai macam jenis obat pun keliru.

Hanya dua puluh rangkai kaplet vitamin biasa, Obivit, suplemen makanan yang tak ada ?;kaitannya dengan asam lambung apalagi GERD.

Hampir satu jam kami ngobrol di ruang praktek itu, tentu saja ini pengalaman yang tak biasa. Seperti konsultasi dokter pribadi saja rasanya.

Padahal saat keluar, kulihat masih ada dua pasien lagi yang kelihatannya sudah begitu jengah menunggu.

“Yang penting pikiran situ dikendalikan, tenang dan berbahagia saja ya,” ucap Pak Paulus sambil menyalamiku ketika hendak pamit.

Dan jujur saja, aku pulang dalam keadaan bugar, sama sekali tak merasa mual, mules, dan saudara-saudaranya.

Terima kasih Pak Paulus.

Cerita tentang dokter Paulus di atas dicopy oleh Wiwiet Prawitasari di group wa fapet Unsoed 85, dengan sumber dari wordpress GUBUGREOT

keyword : kata-kata bijak terbaru 2018
bambang suharno, andrie wongso

Sang Guru Pembuka Jalan Masa Depan



Satu langkah kecil dari seorang manusia (pemimpin), dapat menjadi satu lompatan besar bagi kemanusiaan (Neil Amstrong 19302012)


Siang itu sepulang dari kantor, pak Rusdi tiba-tiba berhenti di depan rumahku dan bercakap-cakap dengan bapakku yang sedang menyapu halaman di depan rumah. Demikian Ayo Sugiryo alias Suryo, seorang guru SMA Internasional di Purwokerto , memulai tulisannya yang berjudul “Sang Guru Penyelamat” dalam sebuah buku “Mimpi-mimpi Kecil dan Seribu Kemarau

Berikut saya kutip sebagian kisahnya .
Sebagai anak kampung kelas VI SD, melihat seorang kepala sekolah mampir ke rumah, aku lari ketakutan hingga menyelinap di kamar ruang depan sambil berusaha menguping percakapan dua orang dewasa itu. Antara Bapak dan Pak Rusdi, kepala sekolah SD. Ada apa Pak Rusdi tiba-tiba mampir ke rumahku? Saat itu saya kelas 6 SD di sekolah yang dipimpin Pak Rusdi.

“Beneran lho kang. Jangan sampai Suryo tidak lanjut SMP. Kasihan anak lanang satu-satunya. Pinter lagi sekolahnya.” Pak Rusdi tiba-tiba menasehati bapak. Bapak kelihatan semakin tidak mengerti maksud Pak Rusdi. Untuk apa dia merayu-rayu anaknya untuk lanjut sekolah?



Nuwunsewu (mohon maaf-red) Pak Kepala. Biaya dari mana untuk si Suryo sekolah SMP? SMP itu kan biayanya secikrak (satu keranjang sampah-red). Mau jual apa saya Pak?” Jawab Bapak  jujur. Saat itu, jenjang sekolah tingkat SMP sudah luar biasa di desaku dan luar biasa mahalnya menurut ukuran orang tuaku dan orang tua teman-temanku yang sebagian besar penghasilannya dari  usaha tani yang lahannya tidak seberapa luas.

Dari balik dinding bambu kamar, aku memejam-mejamkan mata dan melebar-lebarkan daun telinga untuk dapat konsentrasi penuh dengan percakapan mereka. Hatiku berdebar-debar mendengarkan percakapan mereka yang menggosip tentang diriku. Sungguh saya sangat terharu, rupanya Pak Rusdi sebegitu perhatian terhadapku. Sampai-sampai menginginkanku harus lanjut ke SMP. Dalam benakku, apakah semua bapak teman-temanku juga didatangi dan ditanyai seperti itu? Ah, aku tidak tahu. Yang aku tahu hanyalah bahwa Pak Rusdi benar-benar baik dan dia sedang memperjuangkan masa depanku. Ya Allah! Terimakasih engkau telah mengirimkan malaikat terbaik untukku!

“Kang Maryo apa tidak kasihan sama Suryo. Suryo itu anaknya rajin. Di sekolah kerjaannya baca buku di perpustakaan. Dia itu nggak pernah ke warung depan sekolahan pas istirahat. Apa kang Maryo ndak tahu kalau  si Suryo itu seneng belajar ? Seneng baca buku?” begitu pak Rusdi terus merayu dengan menyampaikan fakta-fakta tentangku.

Aku pun bingung. Dari mana Pak Rusdi sebagai Kepala Sekolah tahu kalau aku suka membaca dan belajar? Dari mana Pak Rusdi tahu kalau aku ingin sekolah terus? Aku tak habis pikir mengapa pak Rusdi yang sangat memahami aku dan mengerti keinginanku. Ah, bagiku Pak Rusdi itu seorang guru yang hebat yang menginginkan anak didiknya tak berhenti hingga sekolah dasar. Dia bagaikan sang penyelamat bumi masa depanku yang hampir kiamat.

Bapakku tampak manggut-manggut, mungkin otaknya sedang berfikir keras terkena hasutan malaikat pencatat kebaikan. Antara bisa dan tidak untuk melanjutkan anak lelaki satu-satunya ke jenjang pendidikan SMP. Waktu itu anak-anak desa Tlaga, Kecamatan Gumelar (berjarak 40 km dari Kota Purwokerto Jawa Tengah)  yang sekolah SMP hanya berkisar anaknya pegawai tingkat desa seperti anak mantri puskesmas, anak guru, anak mandor perhutani, dan anak lurah. Untuk anak petani biasa seperti aku, lulus SD harus siap dengan segala konsekuensi masyarakat kalangan bawah. Hanya ada dua pilihan; tetap tinggal di desa dan siap membantu orang tua bertani atau pergi merantau ke Ibukota.
Dan sekarang aku akhirnya benar-benar bertengger di atas bukit impianku, melanjutkan sekolah di SMP. Terima kasih Bapak, terimakasih Pak Rusdi!

***
Silaturahmi dengan keluarga di Purbalingga

Saya ikut terharu membaca kisah hidup Suryo . Gara-gara perhatian seorang Pak Rusdi, orang tuanya berjuang keras mencari nafkah untuk menyekolahkan Suryo hingga SMP. Bahkan kemudian dengan berbagai upaya, ia mampu melanjutkan hingga pendidikan tinggi.  Ia menceritakan sebuah ketulusan dan kejujuran seorang guru yang berdampak sangat besar bagi muridnya. Seorang Rusdi baginya bukan sekedar guru namun pembuka jalan masa depan yang semula gelap.

Berkumpul keluarga besar di kala lebaran (2015)
Mungkin bagi Pak Rusdi, pekerjaan bernegosiasi dengan orang tua murid hanyalah langkah kecil saja. Karena dalam jiwanya sudah tertanam untuk mengabdi sebagai pendidik secara total, bukan sekedar mengajar di kelas. Jika ada anak membolos beberapa hari saja, tak segan-segan ia datangi rumahnya untuk mencari informasi penyebab nya. Dan sebaliknya jika ada anak yang pintar, ia berjuang agar orang tuanya berjuang untuk menyekolahkan anaknya.

Apa yang dilakukan Rusdi adalah tindakan seorang pemimpin, yang melihat dimana ada benih potensial untuk masa depan. Ia juga berperan sebagai motivator untuk para orang tua agar memperjuangkan anaknya untuk bisa mengenyam pendidikan setinggi mungkin. Maklum, ia mendapat tugas di daerah terpencil dimana para petani pada umumnya tidak berhasrat menyekolahkan anaknya, yang penting bisa baca tulis saja.

Kehadiran Rusdi yang disebut sebagai sang guru penyelamat telah membuat nasib seorang suryo yang semula hampir senasib dengan teman seusianya menjadi petani atau buruh tani, berubah seketika menjadi siswa SMP dan kemudian bisa melanjutkan hingga sarjana.

Ketika terdengar kabar bahwa Bapak Rusdi meninggal dunia tanggal 21 Januari 2019, Suryo memposting copy buku dan mengucapkan, terima kasih yang tak terhingga dan Selamat Jalan untuk Pak Rusdi. “Saya kehilangan sosok seorang pendidik seperti Pak Rusdi, Sang Guru Penyelamat” kata Suryo.

Rusdi Hadiyuwono kelahiran Purbalingga, Jawa Tengah, 18 September  1938. Lulus dari Sekolah Guru Atas (SGA) di Purwokerto, ia mendapat tugas ke pelosok desa terpencil tahun 1956. Di saat itu di Gumelar sedang berkecamuk perang melawan DI/TII. Konon saat pamit mengemban tugas, orang tuanya menangis agar jangan berangkat. Namun Rusdi muda tetap berangkat menjalankan tugas negara merintis sekolah dasar mulai dengan pinjam rumah penduduk sebagai kelas, hingga pemerintah membangunkan bangunan SD yang terbuat dari kayu dan bambu.

Penghayatannya sebagai guru di desa terpencil merupakan bagian terbesar dari perjalanan pengabdiannya . Ia selalu hafal dengan murid-muridnya bahkan dengan para orang tua muridnya.

Dan saya pun sangat terharu membaca tulisan yang diposting di facebook oleh Ayo Sugiryo (Suryo), karena yang ditulis itu adalah ayah saya sendiri yang berpulang 21 Januari 2019 lalu.  Ia hanya seorang Guru SD, bukan tokoh nasional, namun ternyata apa yang dilakukan ayah saya begitu dikenang oleh muridnya hingga namanya diabadikan dalam sebuah buku.

Betul kata mutiara kehidupan dari Neil Amstrong, Satu langkah kecil dari seorang manusia (pemimpin), dapat menjadi satu lompatan besar bagi kemanusiaan

Selamat Jalan Ayah.
Kami sangat bangga dan bersyukur menjadi anakmu.
Engkau telah tiada, tapi keteladanmu tetap hidup.
Semoga pengabdianmu tak sia-sia di hadapan Allah SWT.
Amien Ya Robbal Alamin.***


Tulisan ini saya susun untuk mengenang Ayah Kami Tercinta H. Rusdi Hadiyuwono (1938-2019) dan sebagai ucapan terima kasih kepada pak Sugiryo penulis buku "Mimpi-mimpi Kecil dan Seribu Kemarau" serta terima kasih kepada para guru dimanapun berada yang telah mengabdi dengan  tulus ikhlas .

Kami juga mengucapkan terima kasih tak terhingga kepada Saudara, sahabat, tetangga, handai taulan yang telah memberikan bantuan dan perhatian begitu besar serta doa yang tulus. Antara lain kepada :
1. Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian Bapak Dr. Drh. I. Ketut Diarmota MP, beserta jajaarannya
2. Pengurus Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI)
3. Keluarga besar PT Medion
4. Komisaris, Direksi dan Karyawan PT Gallus Indonesia Utama
5. Bapak Roni Fadillah ketua Keluarga Alumni Fakultas Peternakan (Kafapet Unsoed) Jabodetabek  dkk 
6. Bapak Bambang Rijanto Japutra (BRJ) Ketua Kafapet Pusat dan tim.
7. Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar Indonesia )
8. Forum Media Peternakan (Format)
9. Sahabat yang hadir sebagai pribadi maupun mewakili organisasi antara lain  Pak Bambang Basuki Catur, Pak Dwi Suranto, Pak Kuntoro , Pak Sugeng Arief , Pak  Isro Suhadi (Kafapet angkatan 85), Bu Tarti, Pak Agus Ponco Sugiono (alumni SMA 1 Purwokerto), Pak  Lukman dkk (alumni SMP 1 Ajibarang), , Bambang Rijanto Japutra (BRJ) dan Arief Aceh (Kafapet Pusat), Kohar dan Rizky Yunandi (PT Gallus) dan lain-lain yang tidak bisa saya sebut satu per satu.










Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala yang terbaik. Amien YRA. 

Bambang Suharno dan keluarga

Menikmati Tahun Baru 2019 di Mekah

Alhamdulillah tanggal 1 Januari 2019 saya beserta istri berkesempatan untuk berada di kota suci Mekkah, menjalankan ibadah umroh sehingga dapat menikmati "suasana tahun baru" di tanah suci, yang sangat berbeda dengan suasana tahun baru di kota lain di muka bumi ini.

Berangkat bersama travel Risalah Madina tanggal 28 Desember 2018 saya mengambil paket umroh 8 hari. Rombongan kami berjumlah 70an orang yang berasal dari Jakarta,  Semarang Surabaya dan Padang.

Untuk Anda yang belum pernah menjalankan ibadah umroh perlu diketahui bahwa bulan Desember merupakan bulan yang cukup nyaman untuk ibadah umroh. Suhu udara di Mekkah dan Madinah berkisar 20 sampai 25 derajat Celcius, sejuk seperti di kawasan Puncak Bogor . 

Ini yang mungkin menyebabkan bulan Desember  menjadi bulan favorit bagi masyarakat Indonesia untuk menjalankan ibadah Umroh.  Lagi pula bulan Desember adalah bulan liburan sekolah dan para karyawan bisa mengambil cuti. 

Berangkat tanggal 28 Desember 2018 menuju Kuala Lumpur. Menikmati suasana "semalam di Malaysia". Tanggal 29 Desember pagi hari, kami terbang ke Jedah dengan waktu tempuh sekitar 8 jam.
Ada dua cara untuk ibadah umroh,  yaitu diawali ibadah di Madinah kemudian ke Mekah, atau dimulai dengan umroh di Mekah,  baru ke Madinah.
Rombongan saya dari Jedah langsung ke Mekah.

Tata tertib ibadah umroh sangat detail, mulai dari urutannya (rukun umroh) dan larangan-larangannya
Ibadah umroh yang langsung menuju Mekah diwajibkan memakai kain ihrom sebelum kota Yalamlam yang posisinya sebelum Jedah.  Sehingga kami para jamaah harus menggunakan kain ihrom di atas pesawat menjelang Yalamlam.
Ketika posisi Yalamlam semakin dekat awak pesawat berulang kali mengumumkan agar penumpang yang mau umroh harap segera berihrom.


Selain masjidil haram sebagai pusat ibadah umroh dan haji, ada icon penting di Mekah yaitu Tower Zam Zam yang posisinya persis di samping masjidil Haram. Kebetulan hotel tempat kami menginap tidak jauh dari icon ini.

Ibadah umroh disertai dengan citytour ke lokasi penting yang terkait dengan sejarah Nabi Muhammad saw, antara lain jabal nur, jabal rahmah, jabal uhud, gua hiro , tempat kelahiran Nabi dan lain lain












Ini adalah bukit dimana terdapat gua Hira tempat dimana Nabi Muhammad saw menerima wahyu yang pertama.

Salah satu cara menikmati indahnya suasana masjidil haram adalah dengan sholat di rooftop (lantai paling atas), setelah itu menikmati pemandangan jamaah dari seluruh dunia yang sedang mengelilingi kabah (tawaf). Inilah yang saya lakukan di malam tahun baru 2019. Ini adalah pemandangan yang luar biasa. Kabah adalah tempat ibadah dimana 24 jam nonstop selalu ramai dikunjungi umat muslim dari seluruh dunia.


Potong rambut setelah umroh, merupakan bagian dari ibadah

.
Mesjib Quba, merupakan mesjid yang pertama dibangun Rasulullah di Madinah
Makam Rasulullah di kawasan Masjid Nabawi Madinah

Tanggal 1 januari 2019 sore hari kami berangkat menuju Madinah dengan waktu tempuh 6 jam menggunakan bus. Jarak Mekah-Madinah sekitar 480 km.

Kota ini lebih dingin dari Mekkah. Di kota ini pula jamaah bisa menikmati wisata belanja mulai dari kurma, parfum, perlengkapan ibadah, pakaian dan sebagainya.
Anda yang tidak bisa bahasa Arab atau Inggris, tidak usah khawatir, hampir semua pedagang Arab bisa berbahasa Indonesia. Mereka sangat senang melayani jamaah Indonesia yang kebanyakan sudah siap berbelanja dengan jumlah yang cukup banyak dibanding rata-rata jamaah dari negara lain. Bahkan mata uang rupiah bisa dipakai untuk transaksi jual beli di sana dengan kurs Rp 4.000/real.

Harga-harga barang tergolong murah, jauh lebih murah dibanding harga Eropa, bahkan dengan harga Jakarta.***


Hati-hati dengan cara berfikir kita


Mungkin itu adalah kalimat yang cocok untuk membuka pesan ini.

Jika Anda sudah mengikuti materi-materi entrepreneurID sejak lama, Anda pasti akan tahu bahwa sesuatu yang disebut mindset itu sangat penting.

Kalau baru ikut belajar atau gak ingat juga gak papa.
Toh sekarang Anda sudah tau kalau *Mindset itu penting*
Hehe 😁


Apa itu mindset?

Mindset adalah cara berfikir seseorang.

Seperti apa cara seseorang itu berfikir, seperti itulah kualitas hidupnya. .

Jika ada orang yang hidupnya stagnan, tidak maju, alias mentok. Mungkin saja mindsetnya yang bermasalah. .

Dan karena kami tidak ingin hidup Anda diam ditempat tidak ada peningkatan, maka dipesan ini kami ingin berbagi 5 hal yang *JANGAN* sampai ada dipikiran Anda.

Karena jika 5 hal ini ada dipikiran seseorang, ujung-ujungnya orang tersebut hidupnya akan bermasalah. .
Hiii. . . . Seremm. . . 😱


Jadi, apa saja mindset-mindset yang perlu dihindari agar tidak menghambat diri untuk berkembang?

*Pertama, "Khawatir Berlebihan"*

Menurut Dale Carnegie, pada dasarnya 70% kekhawatiran manusia itu tidak terjadi. .
Artinya apa?

Artinya, *MAYORITAS* hal yang kita takutnya, sebenarnya hanya ada dalam pikiran kita.

Khawatir dengan masa depan.
Khawatir dengan makan besok.
Khawatir dengan penafkahan.
dan khawatir-khawatir lainnya. .
Itu belum tentu terjadi. .

Yang lebih tepat,
Khawatir boleh saja, tapi jangan berlebihan . .

Kalau kata salah satu founder entrepreneurID, Mas Dewangga. .
_"Lakukan yang bisa kita lakukan hari ini semaksimal mungkin. Kalau mau khawatir, khawatirlah pada waktunya. Jangan pusing, kalau belum waktunya"_

Kesimpulannya. . .
Kurangi hal-hal yang gak perlu dikhawatirkan. .

Biasanya seseorang merasa khawatir, karena orang tersebut tidak melakukan apa-apa. . Tepat seperti kata Mas Dewangga. Tugas kita adalah berusaha sesuai kemampuan, bukan khawatir berlebihan. .

Oh ya, ngomong-ngomong tau kan khawatir itu menguras energi?

Itulah kenapa orang yang hidupnya penuh kekhawatiran gampang capek. . Hihihi 😂


Mindset yang harus dihindari kedua.

*"Hidup di Masa Lalu"*

Maksudnya adalah jangan memposisikan diri ada di masa lalu.
Entah masa lalu yang sukses atau masa lalu yang gagal.
Alias jangan berilusi. .

Yang kita punya adalah saat ini dan masa depan.
Tugas seorang pengusaha adalah menantap kedepan. . Bukan "meratap" ke belakang. .

Hidup dalam ilusi itu gawat.

Bisa saja seseorang menganggap dirinya "masih" berhasil, padahal nyatanya lagi terpuruk, karena tidak fokus dengan hidupnya saat ini.

Ingatlah,
Dalam dunia ini, tidak ada yang pasti kecuali *PERUBAHAN*

Tidak ada sukses abadi.
Tidak ada status kaya abadi.
Tidak ada pelanggan abadi.
Tidak ada bisnis yang selalu bertahan dipuncak.

Ya, tidak ada itu, KECUALI mereka siap dengan perubahan.

Bagaimana menjaga agar bisnis dan hidup selalu ada dalam kualitas yang baik?

Jawabannya adalah siap menghadapi perubahan.

Keberhasilan masa lalu, jadikan pijakan untuk menata masa depan yang lebih baik. . Oke? 😊


Hal yang sama untuk yang masa lalunya penuh kegagalan. .
Sadarlah bahwa
*Masa lalu tidak sama dengan masa depan*

Jangan menilai hidup Anda dimasa depan dengan kualitas Anda dimasa sekarang. .

Anda tahun 2019, berbeda dengan Anda di tahun 2018. .
Ya, berbeda. .

Anda akan jadi orang yang berbeda, jika Anda terus menerus memperbaiki diri. .

Apapun background Anda. . Sefatal apapun hal buruk yang terjadi pada hidup Anda, Anda selalu punya kesempatan untuk _"RESTART"_
Alias memulai dengan lebih baik. .
(Kalau belum dipanggil Allah ya, hehehe. . )


Hal ketiga yang jangan sampai dimiliki adalah berfikir bahwa. .
*"Hidup itu susah dan menderita"*

Bukankah dalam surah Al-Baqarah ayat 286 Allah mengatakan bahwa Dia tidak akan membebani seseorang hamba diluar kemampuannya?

Jadi, untuk siapapun yang saat ini sedang diuji, ujian itu datang karena Allah tau hambaNya sanggup untuk melewati itu. .

Karena itu, sabarlah. . .

Hidup itu tidak susah dan menderita, jika kita bingkai setiap kejadian dengan belajar.

Ya, apa yang bisa kita pelajari dari musibah yang terjadi dalam hidup kita?
Selalu ada hikmah yang bisa diambil dari ujian. .


Mari kita belajar dari ibu kita. .
Normalnya secara medis, seorang wanita akan melahirkan setelah mengandung 9 bulan 10 hari.
Diwaktu tersebut apa yang dirasakan ibu kita?

Dominan seharusnya merasa tidak nyaman.
Kenapa?

Yang sudah jadi ibu pasti tau kalau hamil itu kadang membuat makan jadi tidak enak, tidur jadi tidak nyaman, dan setiap hari harus membawa beban sampai 20 kg diperutnya selama 9 bulan.

Kita bawa tas seberat 5 kilo selama 24 jam saja risih.
Nah ini ada yang bawa beban 20 kg 9 bulan. . Bayangkan. .

Tapi begitulah hebatnya ibu kita. .
Saat mengandung kita, mereka gak fokus ke bebannya. . Mereka fokus ke kita. . Sehingga mereka kuat menjalani ujian itu. .

Sama, bayangkan ketika kita diuji, kita hanya fokus kemasalah, bahkan menyalah-nyalahkan, atau mengklaim bahwa hidup itu penuh derita.
Kalau pikirannya begitu, otomatis gak akan ketemu solusi. .

Siapa yang sering menganggap hidupnya gak beruntung??
Kalau ada, ayooo tobat. . 😝

Yang keempat. .
Berfikir *Tidak ada yang mau mengerti*

Nah lho. . .
Yang tau isi hati diri kita, koq minta orang lain mengerti. .
Emang dukun?? 😂

Bertanggung jawablah kepada diri sendiri. .
Mencoba memahami orang lain itu harus.
Minta dipahami itu gak boleh. .

Ketika kita mencoba memahami orang lain, kita akan berhati-hati dalam memilih sikap, tutur kata, yang ujung-ujungnya komunikasi jadi lebih enak. .

Tapi kalau minta dipahami, yang muncul adalah sifat egois. .

Bahasa kasarnya. .

Kata orang egois, _"Pahami aku dong !"_

Jawaban paling tepat, _"Ndasmu ! Kamu pikir aku bisa telepati. ."_

Hehehehe. .


Dan terakhir. .

Hindari
*Merasa punya banyak waktu sehingga mudah menunda*

Salah satu tantangan pengusaha adalah fleksibilitas jam kerja.
Kerja semaunya, suka-suka dirinya saja. .

Ini namanya pedang bermata dua.
Bisa jadi rezeki, bisa jadi cobaan.

Jadi rezeki kalau kita bisa mempertanggung jawabkan setiap waktu yang kita gunakan.
Jadi cobaan kalau pakainya asal-asalan. .

Dan salah satu cara pakai waktu yang salah adalah dengan Menunda. .

Berfikir masih ada hari esok, padahal hari esok ada kegiatan lainnya. .

Tanamkan ke diri kita bahwa, ketika kita menunda 1 hari, sebenarnya akan ada 1 hari atau bahkan 1 minggu yang hilang dalam hidup kita.
Kalau cara berfikirnya begini, kita akan jauh dari sifat menunda.

Apa-apa yang bisa dikerjakan saat itu, kerjakan juga saat itu.

Kebanyakan berkata "NANTI" itu akan menjauhkan dari rezeki.
Jarak seseorang dengan keberhasilannya mungkin dekat saja. Tapi karena sering bilang "NTAR BESOK", "NTAR BESOK", "NTAR BESOK" yasudah makin jauh deh sama keberhasilan.
Jumlahkan aja Ntar Besoknya ada berapa. . Sejauh itulah rezeki menjauhinya 😅


Pesan barusan tidak coba menggurui siapa-siapa.
Bahkan pesan barusan juga nasihat untuk kami. .
Kita ambil manfaatnya sama-sama ya. .


Akhir kata, hindarilah 5 cara berfikir ini.
1. Khawatir berlebihan
2. Selalu memposisikan diri di masa lalu
3. Terlalu fokus terhadap masalah atau penderitaan yang dialami
4. Mengharapkan orang lain untuk memahami diri sendiri
5. Merasa masih memiliki banyak waktu sehingga suka menunda.


Sampai ketemu disharing entrepreneurID berikutnya ya. .


_*Pesan dikirim dengan ❤*_
_*Persembahan Tim entrepreneurID*_

Ke Mekah Berkat_Drone

Orangtua di foto ini bernama Al-Hassan Abdulla. Seorang miskin yang berasal dari sebuah desa kecil di Ghana. Suatu hari, seorang jurnalis kantor berita Turki sedang merekam sebuah footage menggunakan drone untuk keperluan berita, ketika drone-nya jatuh di depan rumah orangtua ini.
Sang jurnalis berlari utk mengambil, dan mendapati drone-nya berada di tangan laki-laki tua ini.

Kemudian laki-laki tua ini bertanya dengan polos: "Bisakah pesawat kecil ini berubah menjadi besar sehingga dapat membawaku ke Makkah untuk berhaji ?". Mendengar pernyataan polos itu, sang jurnalis men-tweet foto Abdulla saat memegang drone dan menceritakan keinginannya berhaji, seandainya drone itu bisa menjadi besar.

Dalam hitungan menit, tweet dan cerita itu menjadi viral di media sosial di Turki, bahkan bergerak ke seluruh dunia! Tak disangka, pemerintah Turki terkesan dengan cerita itu dan langsung menghubungi orangtua tersebut, mengabarkan bahwa seluruh biaya perjalanan haji akan dibayarkan oleh pemerintah Turki.

Beberapa waktu lalu (musim haji 2018), orangtua ini meninggalkan Ghana untuk bertolak ke Jeddah. Seluruh biaya perjalanannya ditanggung oleh Kementerian Luar Negeri Turki, melalui intervensi menteri Mevlüt Çavuşoğlu.

Begitulah cara Allah memanggil hambanya yang sungguh-sungguh berniat untuk datang ke rumah-Nya.

Betapa sangat fantastis bagaimana Allah memberikan jalan untuk memenuhi harapan bagi orang-orang yang tulus merindukanNya.

Jangan berhenti berdoa. Jangan berhenti berharap. Jangan berhenti merindu! Labbaik!

Source: http://www.anews.com.tr/…/turkey

Masya Alloh... kun fayakuun
copast dari facebook

Mutiara Kehidupan : Lebih Penting Mental Pemenang

Dodit
Dodit Mulyanto memukau para penonton kompetisi Stand Up Comedy di Kompas TV, namun di tengah jalan, ia harus rela tersingkir dari tahapan kompetisi bergengsi itu, karena dewan juri menilai di tahap -tahap akhir penampilan dia kurang optimal. Pradana Agung mengalami nasib serupa, di awal-awal kompetisi, dewan juri yang terdiri dari tokoh senior di dunia hiburan antara lain Panji Pragiwaksono dan Indro Warkop, menilai Pradana sangat hebat dalam membuat imajinasi kejadian menjadi sebuah humor yang cerdas. Tapi ia juga tidak menjadi juara kompetisi stand up comedy.
Juara itu sendiri merupakan label penting bagi semua orang, namun menjadi pemenang di dunia nyata jauh lebih penting. Dewan juri kompesisi menilai hanya pada saat kompetisi, sementara publik menilai secara keseluruhan proses. Maka dewan juri yang sebenarnya adalah masyarakat.

Dana
Maka jangan heran jika banyak artis yang lahir dari juara kompetisi namun dalam perjalanan karirnya mereka tidak bersinar. Sebaliknya artis yang tidak juara bahkan tidak pernah mengikuti kompetisi formal dapat lebih bersinar dan terus berkembang. Dodit Mulyanto dan Pradana Agung adalah contoh yang tidak berhasil menjadi pemenang kompetisi formal dan publik sangat menghargai karyanya. Saya yakin jika mereka konsisten dalam berkarya sebagai komika, keduanya akan terus menjadi bintang. Tampaknya itulah yang terjadi saat ini.

Pelajaran penting buat kita, janganlah kecewa karena tidak menjadi pemenang. Karena yang penting bukan label "pemenang" melainkan mental pemenang. Mereka yang tidak menang di kompetisi formal namun karirnya makin bersinar adalah yang terus belajar mengasah mental menghadapi berbagai ujian.

Bob Sadino (alm) pernah mengatakan, universitas yang sebenarnya adalah University of Life. Di situlah Anda diuji tanpa jadwal, dan diberi hadiah dengan banyak kejutan.

Salam sukses untuk kita semua.


KISAH RAJA DAN PELAYANNYA


Ada seorang Raja yang mempunyai seorang pelayan, yang dalam setiap kesempatan selalu berkata kepada sang Raja: "Yang Mulia, jangan khawatir, karena segala sesuatu yang dikerjakan ALLAH adalah sempurna, Ia tak pernah salah."

Suatu hari, mereka pergi berburu, pada saat mana seekor binatang buas menyerang sang Raja. Si pelayan berhasil membunuh binatang tersebut, namun tidak dapat mencegah Rajanya dari kehilangan sebuah jari tangan.

Geram dengan apa yang dialaminya, tanpa merasa berterima kasih, sang Raja berkata, "Kalau ALLAH itu baik, saya tidak akan diserang oleh binatang buas dan kehilangan satu jari saya..!"

Pelayan tersebut menjawab, "Apapun yang telah terjadi kepada Yang Mulia, percayalah bahwa ALLAH itu baik dan apapun yang dikerjakan-Nya adalah sempurna, Ia tak pernah salah."

Merasa sangat tersinggung oleh respon pelayannya, sekembalinya ke istana, sang Raja memerintahkan para pengawalnya untuk memenjarakan si pelayan. Sementara dibawa ke penjara, pelayan tersebut masih saja mengulangi perkataannya: "ALLAH adalah baik dan sempurna adanya."

Dalam suatu kesempatan lain, sang Raja pergi berburu sendirian, dan kerana pergi terlalu jauh ia ditangkap oleh orang-orang primitif yang biasa menggunakan manusia sebagai korban.

Diatas altar persembahan, orang-orang primitif tersebut menemukan bahwa sang Raja tidak memiliki jari yang lengkap. Mereka kemudian melepaskan Raja tersebut kerana dianggap tidak sempurna untuk dipersembahkan kepada dewa mereka.

Sekembalinya ke istana, sang Raja memerintahkan para pengawal untuk mengeluarkan si pelayan dari tahanan, dan Raja itu berkata: "Temanku.. ALLAH sungguh baik kepadaku. Aku hampir saja dibunuh oleh orang primitif, namun kerana jariku tidak lengkap, mereka melepaskanku."
Tapi aku punya sebuah pertanyaan untukmu. "Kalau ALLAH itu baik, mengapa Ia membiarkan aku memenjarakanmu ?

Sang pelayan menjawab: "Yang Mulia, kalau saja baginda tidak memenjarakan saya, baginda pasti sudah mengajak saya pergi berburu, dan saya pasti sudah dijadikan korban oleh orang-orang primitif sebab semua anggota tubuh saya masih lengkap."

Semua yang dikerjakan ALLAH adalah sempurna, Ia tak pernah salah. Seringkali kita mengeluh mengenai hidup kita, dan fikiran negatif pun membunuh fikiran kita yang positif

Marilah berfikir positif dan percayalah akan kebaikan ALLAH setiap saat.

Selamat berbaik sangka kepada ALLAH, atas segala kejadian & keadaan hidup kita..

Sumber; copast dari group wa

PENTINGNYA SELFTALK YANG POSITIF (Kiriman seorang Sahabat di group wa)

Suatu ketika istri saya pernah ngobrol dengan seseorang mengenai masalah financial yang sedang dihadapinya.

Dalam obrolan tersebut, akhirnya istri saya langsung menyampaikan kepada saya sambil tertawa.

“Tahu ga Pa, itu tadi pas ngobrol sama si anu, ia bilang begini, saya itu bunda, kalau dapat uang itu guampang bangeeett, pokoknya ga tahu kenapa pas saat saya butuh uang, uang itu tiba-tiba datang dari mana-mana dan dari tempat yang tidak disangka-sangka, tapi ga tahu kenapa habisnya cepat juga.”

Hahaha...saya ikut tertawa mendengar ceritanya...

Selftalk awalnya sih sudah bagus banget, tapi ending nya kok ya ngenes banget !

Tambang Berlian di Lahan Kita

Oleh : Bambang Suharno



Alkisah, seorang petani di Afrika suatu  hari mendengar kabar tentang beberapa orang kaya mendadak karena menemukan tambang berlian. Informasi ini sangat menarik baginya dan menginspirasi dirinya untuk berkelana mencari tambang berlian. Setelah melakukan beberapa pertimbangan, ia putuskan untuk menjual lahan pertaniannya dengan harga cukup murah.  Begitu ladangnya laku, sang petani segera pergi mengembara di benua Afrika untuk meraih impian menjadi kaya karena tambang berlian.


Waktu demi waktu ia mengembara ternyata tidak mudah mendapatkan berlian, apalagi  ia sama sekali belum berpengalaman bagaimana cara mendapatkan tambang berlian. Persediaan bekal dari hasil menjual  lahan pertanian makin menipis. Sampai akhirnya ia sedih dan putus asa , kemudian ia melompat ke sungai dan tenggelam.


Pernyataan Obama "Indonesia Bagian dari Diri Saya" Membuatku Bangga

Obama dan Jokowi di Istana Bogor

Presiden Amerika Serikat ke-44 Barack Obama kembali menegaskan kedekatannya secara emosi dengan Indonesia. 

Berawal dari pengalaman masa kecilnya, Obama menyampaikan bahwa dirinya tak bisa lepas dari Indonesia.

Hal itu disampaikan Obama saat berpidato di depan diaspora Indonesia yang sedang menggelar Konferensi Diaspora Indonesia di The Hall Kasablanka, Jakarta, Sabtu (1/7/2017).