MUTIARA KEHIDUPAN

header ads

Sikapmu Menentukan Kesuksesanmu

Teruslah belajar, bukan hanya untuk meningkatkan kemampuan teknis, tapi agar bisa memiliki sikap yang lebih baik.

Jalan-jalan di kota Teknologi Shenzen, China

Perjalanan ke kota Teknologi Shenzen, China, 1 Mei 2019 dalam rangka Shenzen International Pet Fair.

Launching buku Menggali Berlian di Surabaya

Buku Menggali Berlian di Kebun Sendiri karya Bambang Suharno diluncurkan di acara Grand City Convex Surabaya, di tengah acara pameran internasional Indolivestock Expo.

Meraih sukses

Jika sukses harus diraih dengan kerja keras banting tulang siang malam, itu namanya sukses dengan mesin manual. Anda perlu belajar meraih sukses dengan mekanisme sukses otomatis (Suksesmatic.com).

Pengalaman Naik Kereta TGV di Perancis

Perjalanan ke Rennes Perancis dalam rangka menghadiri pameran internasional, naik kereta TGV dari Paris ke Rennes.

Dimana Letak Batunya

Alkisah di sebuah negeri, terdapat dua orang pensiunan kaya raya yang dikenal sakti karena dapat berjalan di atas air. Keduanya hidup di sebuah bukit dengan panorama indah, nun jauh dari keramaian kota. Satu orang sahabatnya penasaran akan berita tersebut. Maka, suatu hari pergilah ia ke puncak bukit untuk bersilaturahmi ke dua orang sahabatnya. Ia disambut dengan gembira oleh dua sahabatnya, sang pensiunan sakti.

”Apa saja yang kau kerjakan di puncak bukit ini kawan?” tanya pensiunan kota.

“Hidup saya diisi dengan kegiatan rekreasi setiap hari di bukit yang indah ini. Tiap hari saya mancing di danau sana,” kata pensiunan sakti sembari menunjukkan sebuah danau tak jauh dari rumahnya.

“Kalau begitu saya boleh ikut mancing?”

“Dengan senang hati, silakan. Kalau mau ikut, besok bangun jam 5 pagi. Kita sama-sama mancing di atas perahu.”

Begitulah, hari berikutnya mereka bertiga jam 5 pagi sudah berada di atas perahu di pinggiran danau sambil memancing.

Hari mulai siang. Satu orang pensiuan mengatakan, ”Saya sudah lapar, sarapan dulu ah”.

”Silakan jalan kaki aja, perahu tetap di sini agar saya bisa terus mancing”.

Saat itulah pensiunan kota melihat keajaiban. Sahabatnya langsung menyingsingkan celana dan melangkah di atas air dengan mudahnya.

”Wah ternyata itu benar, sahabat saya sudah bisa berjalan di atas air. Punya ilmu sakti darimana ya?”katanya dalam batin.

Beberapa menit kemudian kawannya balik lagi ke perahu, dengan berjalan di atas air juga.

Jam 9 giliran teman yang satunya mau sarapan. Sama seperti teman yang sebelumnya, pensiunan sakti itu memperlihatkan kehebatannya dengan berjalan di atas air tanpa mempedulikan pensiunan kota.

Jam 10, pensiunan dari kota sudah tak bisa menahan lapar.

"Kawan kawan, perutku juga mulai lapar,nih?"katanya pada kedua temannya.
Kedua teman pensiunannya serempak menoleh, pada temannya yang dari kota ini. Sebelum mereka mengatakan apa apa, teman yang dari kota itu berkata,
"Oke,oke,saya tahu, melompat-lompat,kan?"
"Kalau sudah tahu, ya silakan,"kata mereka.
Pensiunan yang dari kota itu segera melipat celananya keatas dan melompat ke atas air. Sudah bisa ditebak, pensiunan kota itu tidak dapat seperti pensiuan sakti. Ia langsung gelagapan dan hampir tenggelam. Sambil berenang sebisanya, dia berusaha meraih perahu untuk berpegangan. Kedua temannya segera menarik tangannya, dan mengangkat keatas perahu. Akhirnya perahu dibawa ketepi, untuk memberi pertolongan pada teman yang dari kota ini.
"Salah kamu juga, sih!" kata pensiunan pertama.
"Salah kamu!" kata pensiunan kedua tak mau kalah.
"Oke, salah kita berdua, kenapa tadi kita tidak beri tahu dia di mana letak batunya,” kata pensiunan pertama.

Ya, itulah rahasianya. Di danau itu ada batu batu rahasia untuk pijakan kaki mereka, sehingga kalau sedang memancing di tengah danau dan mereka lapar, bisa memudahkan mereka untuk pulang ke rumah tanpa membawa perahu ke tepian. Bukan mereka sakti, atau punya ilmu silat tingkat tinggi seperti anggapan temannya yang dari kota itu. Karena dia tidak tahu di mana letak batu batunya, dia beranggapan temannya punya ilmu magic.

Dalam kehidupan nyata, kita sering melihat fenomena magic ini. Ada salesman yang bisa menjual pada seorang klien yang sulit, sementara yang lain ditolak mentah-mentah meskipun sudah memberi kunjungan sepuluh kali!Atau ada seseorang yang sangat ahli di bidang tertentu, sehingga bisa melakukan sesuatu yang rumit menjadi kelihatan sederhana dan mudah, sehingga bagi orang lain kelihatan seperti memiliki ilmu magic.

Para pesulap adalah mereka yang pintar menggunakan taktik tertentu sehingga kita terkagum-kagum. Namun jika kita sudah mengetahui prosesnya, kita akan menngatakan, tak ada yang istimewa. Ini terjadi karena kita sudah tahu ”dimana letak batunya”.

Mengetahui ”dimana letak batunya” menjadi penting buat kita yang ingin menjadi hebat. Letak batu yang dimaksud adalah inti dari masalah yang kita hadapi. Di kantor, mungkin kita mungkin terbiasa mengadakan rapat berjam-jam untuk membahas masalah tertentu, padahal jika sudah mengetahui inti masalahnya, kita dapat segera mengetahui ”dimana letak batunya”.

Mengetahui letak batunya, adalah kunci pembuka pintu kesulitan. Boleh jadi kita tergagap-gagap memasuki tugas baru, menduduki jabatan baru, pindah ke lingkungan baru, namun ketika sudah mengetahui letak batunya, kita dapat lebih cepat menyesuaikan dengan lingkungan baru.

Janganlah terburu-buru heran dan terkagum-kagum dengan kehebatan orang lain, siapa tahu anda pun bisa seperti mereka. Bolehlah anda kagum dengan seseorang, namun jika kekaguman itu membuat anda berada pada posisi sekedar sebagai pengamat saja, mungkin hal itu malah mengkerdilkan anda.

bambangsuharno@telkom.net

Peta Perjalanan Sukses

Pada hari minggu ku turut ayah ke kota,
Naik delman istimewa ku duduk di muka,
Duduk di samping pak kusir yang sedang bekerja
Mengendarai kuda supaya baik jalannya.

Tuk tik tak tik tuk tik tak tik tuk ……..

Kapankah anda terakhir jalan-jalan keliling kota bersama keluarga? Di zaman sekarang kegiatan ini tidak begitu populer dibanding jaman saya masih anak-anak dulu. Kesibukan keluarga di kota besar dan kemacetan kota bisa jadi menyebabkan acara jalan-jalan keliling kota kurang begitu disukai. Yang ada adalah jalan-jalan di mall, ke tempat wisata, nonton bioskop, konser musik, atau teater.

Jalan-jalan di hari minggu menikmati suasana kota sangat populer di masa lalu hingga ada lagu sebagaimana saya kutip di atas. Kadang perjalanan itu tidak jelas tujuannya. Pagi-pagi di hari libur kami serombongan keluarga ke jalan raya mencari delman atau angkutan kota, sambil saling berdiskusi “kita kemana hari ini?”. Agenda dibahas sambil jalan dan bisa tiba-tiba, salah satu dari anggota keluarga, bilang “eh kita turun di sini aja mau lihat toko itu”. Dan kami pun turun ramai-ramai. Acara kami nikmati sampai sore.

Mungkin ini bisa berlaku di kota kecil sebagaimana yang saya alami di masa kecil dulu. Sekarang jika kita jalan-jalan di Jakarta atau kota besar lainnya, diperlukan rencana yang lebih baik. Sebelum berangkat kita perlu memikirkan beberapa pertimbangan. Misalkan kalau jalan ke daerah Mangga Dua, atau Glodok perlu dipertimbangkan wilayah mana yang macet, apakah pakai kendaraan sendiri atau naik Bus Trans jakarta atau kereta Jabotabek. Jika membawa kendaraan sendiri, kita juga perlu paham, dimana ada jalan searah, dimana kita harus putar arah dan lain sebagainya.

Bahkan sampai di lokasi pun perlu jelas mau ke arah mana, apakah hanya lihat pertunjukan, mau belanja pakaian, barang elektronik atau apa. Tanpa agenda yang jelas, kita bisa menghasilkan rasa kesal akibat mengambil keputusan yang salah. Suasana santai bisa berubah jadi stress akibat macet atau peristiwa lain yang tidak dikehendaki.

Jika untuk perjalanan keluarga yang santai saja perlu sebuah rencana dan peta jalan, apalagi perjalanan hidup untuk meraih impian. Itu sebabnya John C Maxwell menyarankan kita punya peta jalan hidup.

Bagaimana kita melihat peta jalan hidup kita? Menurut John C Maxwell, satu hal yang sangat penting untuk memahami peta perjalanan hidup adalah menetapkan tujuan anda. Ya, bagaimana kita dapat melihat peta kalau kita sendiri belum tahu kemana akan pergi?

Saat ini jumlah penduduk bumi yang memiliki tujuan sangat sedikit. Orang yang hidup tanpa arah tersebut jumlahnya kian bertambah. Mengutip pernyataan pemenang penghargaan Pulitzer, Katherine Anne Porter, John Maxwell mengatakan, 50% penduduk bumi tidak tahu kemana tujuan hidup mereka, 30an % belum memutuskan, hanya 10% yang tahu apa yang mereka inginkan, namun tidak semuanya pergi ke sana. Sisanya berjalan tanpa arah yang jelas.

Menurut John C Maxwell tujuan hidup atau Cita-cita adalah sesuatu yang dapat memberi aba-aba “berangkat “ untuk anda yang akan menuju “pulau impian”. Cita-cita juga yang dapat menunjukan apa yang harus anda lakukan. Cita-cita membawa fokus pada perbaikan. Dan cita-cita pula yang dapat membantu anda apakah anda sudah berada di jalur yang benar atau belum.

Sebagaimana peta perjalanan mudik, peta perjalanan hidup juga membutuhkan arah dan penjelasan. Kita perlu menentukan kapan beristirahat, kapan bertanya pada orang yang berpengalaman, dan kapan harus cari jalan alternatif jika terjadi kemacetan di jalan.

Namun berbeda dengan perjalanan menuju suatu tempat dimana biasanya kita tinggal membuka buku peta kota, peta perjalanan hidup menuju “pulau impian” mengharuskan kita sendiri yang menggambar dan menulis peta perjalanan.

Untuk menyusun peta tersebut, Maxwell menyarankan kita memulainya dengan memperhatikan tempat keberangkatan kita, yaitu sumber daya kita saat ini. Memang benar, kita tidak bisa memulai perjalanan menuju sukses tanpa tahu kemana akan pergi, tetapi kita juga tidak bisa sukses tanpa mengetahui mulai perjalanannya dari mana. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah, pertama, sejauh mana kita harus berjalan. Maksudnya adalah cita-cita kita sejauh mana. Jika saat ini anda adalah seorang guru, apakah cita-cita anda akan menjadi kepala sekolah, atau mau jadi guru profesional atau menjadi Menteri Pendidikan. Ketegasan dalam menentukan tujuan akan berpengaruh pada langkah yang akan diambil.

Kedua adalah apa yang bisa anda manfaatkan. Tidak peduli dari mana perjalanan kita saat ini, dipastikan kita punya sesuatu yang dapat dimanfaatkan. Seorang calon pensiunan yang ingin sukses menjadi membangun usaha pertanian, mungkin punya bekal berupa kemampuan administrasi keuangan yang relatif lebih baik dibanding petani lain pada umumnya. Mungkin pula punya jaringan pemasaran yang luas berkat pengalaman tugasnya selama puluhan tahun. Catatlah semua itu dan manfaatkanlah.

Lantas yang ketiga, apa yang harus kita atasi. Semua orang yang menetapkan sebuah tujuan, akan mendapat hambatan. Semakin tidak logis tujuannya, semakin banyak cercaan yang diterima. Catatlah tantangan yang mungkin anda hadapi dan bersiap-siaplah untuk mengatasinya. Petuah yang cukup penting di sini adalah kita harus “tahan banting”.

Terakhir, berapa biaya perjalanan ini. Biaya ini menyangkut waktu, energi, keuangan, pengorbanan atau kombinasi dari faktor-faktor tersebut.

Jika semua sudah jelas, mulailah perjalanan anda dengan penuh kesungguhan dan kebahagiaan. Nikmatilah perjalanan sukses anda seperti anda naik delman menuju kota. Tuk Tik Tak Tik Tuk Tik Tak Tik Tuk Tik Tak Tik Tuk…….
(telah dimuat di Majalah Infovet edisi Juli 2011)

Belenggu Masa Lalu dan Masa Depan

Alkisah ada seekor anak gajah yang kakinya diikat dengan rantai besi pada sebuah pohon besar. Awalnya, ia berusaha melepaskan diri berulang kali, tapi gagal. Ia akhirnya ‘sadar’ bahwa usahanya sia-sia belaka. Setelah cukup lama, lilitan pada pohon itu dilepaskan, meski rantainya tetap menempel di kaki sang gajah. Apa yang terjadi? Ternyata anak gajah itu tetap ditempatnya. Ia terpenjara oleh pengalaman masa lalunya, semacam trauma psikologis . Ia terbelenggu oleh ‘kegagalannya’.

Dalam sebuah eksperimen, seekor kutu anjing mengalami hal serupa. Kutu anjing adalah binatang yang mampu melompat 300 kali tinggi tubuhnya. Ketika ia dimasukkan ke dalam sebuah kotak korek api kosong lalu dibiarkan disana selama satu hingga dua minggu, kutu itu hanya mampu melompat setinggi kotak korek api saja!

Kutu itu mencoba melompat tinggi, tapi terbentur dinding kotak korek api. Mencoba lagi dan terbentur lagi. Terus begitu hingga ia ragu akan kemampuannya sendiri. Kemudian loncatannya disesuaikan dengan tinggi kotak korek api.

Ketika kutu itu sudah dikeluarkan dari kotak korek api, dia masih terus merasa bahwa batas kemampuan lompatnya hanya setinggi kotak korek api. Sang kutu pun hidup seperti itu hingga akhir hayat. Kehidupannya telah dibatasi oleh “kotak” masa lalunya.

Manusia bukanlah gajah, bukan pula kutu. Namun, bila pengalaman negatif, kegagalan atau kekeliruan di masa lalu dapat membelenggu hidup seseorang di kemudian hari. Seseorang yang tetap merasa masih terbelenggu atau terkotak oleh banyak kejadian masa lalu, akan sulit bergerak maju ke arah yang lebih baik.

Selain belenggu masa lalu, cara pandang masa depan yang kurang tepat, juga dapat membuat orang mudah pesimis. Meskipun tidak terbelenggu masa lalu, orang dapat terbelenggu oleh ketakutan masa depan. Isu yang menakutkan seperti isu globalisasi, pengangguran, krisis ekonomi, dapat dipandang seseorang dalam kacamata pesimis dan berakibat menjadi belenggu masa depan. Mereka yang mengalami hal seperti ini melihat masa depan serba suram, gelap dan menakutkan.

Telah sedemikian banyak seminar dan tulisan yang secara tidak sengaja membuat banyak orang ketakutan akan masa depan. Para pakar khawatir, bangsa kita semakin terpuruk oleh kekuatan negara adidaya, serta akibat lemahnya sumber daya manusia. Ketika tahun berganti tahun kekhawatiran itu semakin menjadi kenyataan, banyak orang semakin memaklumi bahwa kita sangat pantas menjadi bangsa yang kalah.

Anda tahu bagaimana dampak dari vonis bahwa kita adalah bangsa yang kalah, atau bahkan ada yang menyatakan kita adalah bangsa sakit? Bila banyak orang sepakat untuk menerima vonis seperti itu, kita akan benar-benar menjadi bangsa dengan cap negatif semacam itu. Karena kita adalah sutradara bagi diri kita.

Belenggu masa lalu tak mesti berupa masa lalu yang suram. Nostalgia berlebihan tentang prestasi masa lalu dapat pula membuat seseorang tidak mampu berprestasi lebih baik di masa kini, dan kemudian menjadi pasrah terhadap masa depan. Cobalah amati orang-orang di sekitar anda. Pasti di antara mereka ada satu dua orang yang sering berbicara membangga-banggakan prestasi masa lalunya, entah di sekolah, kampus maupun di lingkungan keluarganya.

Hati-hati dengan orang-orang seperti ini. Mereka memberikan informasi tentang prestasinya yang luar biasa di masa lalu, dan pada saat yang sama, diam-diam, mereka hendak mengatakan bahwa saat ini dirinya sangat layak untuk tak sehebat dulu lagi, dan tidak bisa hebat lagi di masa depan. Ia merasa lebih hidup di masa lalu dibanding saat ini. Mereka sering mengatakan, dulu saya bisa menang, bisa juara ini, bisa menjadi pelopor itu dan sebagainya. Mereka secara tidak sadar menyatakan “sukses adalah masa lalu”.

Michael Gorbachev, mantan Presiden Uni Soviet (kini Rusia) pernah berkata, “bila anda senang berkisah tentang kehebatan anda di masa lalu, itu pertanda hari ini anda tidak melakukan prestasi apapun”. Ah, jangan-jangan anda atau saya sendiri!

Penikmat masa lalu ada beberapa macam. Ada yang membanggakan masa lalu dan tidak bisa menikmati hari ini. Tipe seperti ini banyak kita jumpai di mana-mana. Bila dia memasuki masa SMU, mereka bernostalgia tentang masa SMP. Ketika memasuki masa kuliah, ia suka berkisah indahnya masa SMU. Ketika mulai berkarir, ia terkenang-kenang masa kuliah yang penuh sukacita. Ia tak akan mencapai bahagia di masa kini. Pendek kata ia merasa, bahagia adalah masa lalu.

Ada pula orang yang merasa masa lalunya menyedihkan. Ia terbelenggu oleh masa lalunya seperti gajah yang dirantai atau kutu anjing dalam kotak korek api sebagaimana uraian di atas. Yang masuk kategori ini merasa bahwa kesuksesan masa depan adalah mimpi belaka.

Ada pula yang berpikir bahwa dengan masa lalu buruk ia ingin mengubah nasib. Yang ini sudah lebih baik, setidaknya ia berusaha keras supaya masa bahagianya bisa diraih. Kelemahannya, ia tidak dapat menikmati kehidupan yang sekarang dijalaninya, karena bagi mereka, kebahagiaan adanya di masa depan, bukan di saat ini.

Yang paling baik adalah apabila kita berpikir bahwa apapun yang terjadi di masa lalu, hendaknya membuat hari ini dan hari depan lebih baik. Keharusan kita adalah berusaha melakukan lebih baik setiap saat dan mensyukuri yang didapat hari ini. ***

Masalahnya adalah.........

Dalam beberapa diskusi membahas upaya-upaya melakukan perubahan-perubahan ke arah yang lebih baik, kerap kali terdengar uraian yang sekilas terdengar cerdas. Sebagian mengatakan,” masalahnya adalah kita belum punya grand design yang jelas mengenai gagasan ini”. Ada juga yang mengatakan,” masalahnya tim kita terlalu sedikit, sehingga tidak mungkin mencapai target yang kita tuju”.

”Masalahnya adalah dana perusahaan masih kurang,” demikian sela yang lain.

Sungguh menarik pola pikir kebanyakan dari kita. Semakin cerdas dan pintar, semakin mendalami masalah yang kelak akan dihadapi. Celakanya, dengan pola pikir bahwa disetiap rencana sesuatu yang selalu dilihat adalah bagian masalah, maka semakin hari yang kita pikir adalah bagian besar yang kita sebut sebagai masalah.

Memang, kemanapun kita pergi, kita akan bertemu masalah. Jika ada orang bersedih bahwa “hidupku penuh dengan masalah” maka sebetulnya ia berkata benar. Hidup memang dipenuhi dengan aneka ragam masalah. Yang membedakan satu orang dengan yang lainnya adalah cara menghadapi masalah.

Orang yang tidak memiliki masalah adalah yang tidak sedang menikmati kehidupan, kata Elbert Hubbard. Maka, masalah bukan hanya untuk dihadapi, tapi juga dinikmati sebagai bagian dari indahnya hidup ini.

Orang yang hidup dengan kedamaian dan kebahagiaan bukanlah berarti karena situasi yang mereka hadapi selalu membahagiakan. Seseorang yang bahagia bukanlah orang yang berada dalam keadaan yang pasti melainkan orang yang selalu memiliki sikap yang pasti (Hugh Downs).

Artinya yang menjadi masalah bukanlah masalah itu sendiri dmelainkan cara kita menghadapi masalah.

Norman Vincent Pale, seorang pendeta, yang meninggal tahun 1993 di usia 95 tahun, sangat dikenal sebagai tokoh yang sangat getol memberi petuah agar kita tidak risau dengan bermacam masalah yang kita hadapi dari hari ke hari.

Ia mengatakan, kita tinggal memilih di antara dua hal, yaitu merasa nyaman atau merasa kacau dengan kehidupan kita. Kebanyakan orang secara tidak sadar memilih yang kedua. Bagi yang memilih nyaman, maka hidup ini akan terasa nyaman dan membahagiakan, dan sebaliknya yang telah memilih kacau, maka apapun yang kita hadapi sehari-hari seakan-akan dunia ini akan kiamat besok pagi.

Lantas bagaimana kita bisa memilih hidup nyaman, sementara kenyataannya setiap hari banyak copet dan pencuri berkeliaran, banyak orang curang dalam berdagang, banyak pengemis di jalanan, banyak pengendara yang ugal-ugalan dan berbagai situasi negatif lainnya.

Inilah kisah favorit Norman Vincent Pale bersama sahabatnya George (saya kutip dari buku Chicken Soup For The Soul karya Jack Canfield dan Mark Victor Hansen) yang relevan dengan soal masalah.

Saya sedang berjalan ketika melihat teman saya George mendekat. Wajahnya tampak sarat dengan beban kehidupan. Ia kelihatan sedang kalut pikirannya.

”Apa Kabar George?” kata saya, sekedar basa basi.

Meski basa basi, George menanggapinya dengan sangat serius. Selama 15 menit ia menceritakan betapa susahnya kehidupan dia. Semakin lama ia bercerita semakin sedih hati saya.

Akhirnya saya berkata kepadanya,” George, saya ikut sedih melihatmu dalam keadaan tertekan seperti ini. Mengapa kamu bisa seperti ini?” Dia kemudian menceritakan banyak sekali masalah yang membuatnya sangat sulit..

”Ini karena masalah-masalah saya,” katanya.

”Saya muak dengan semua masalah ini. Jika kau dapat menghilangkan semua masalah yang saya hadapi, saya menyumbang 5 ribu dollar untuk yayasan amalmu,” ujar George serius.

”Bagus!” pikir saya. Saya tidak akan mengabaikan penawaran seperti ini.

”Kemarin saya pergi ke tempat tinggal ribuan orang. Sejauh yang saya tahu tidak seorangpun dari mereka yang punya masalah. Kau ingin pergi kesana?” Kata saya bersemangat.

”Kapan kita bisa pergi? Kedengarannya ini cocok untukku,” kata george.

”Jika demikian George, saya akan dengan senang hati mengajakmu ke pemakaman di ujung kota ini, di sanalah satu-satunya tempat dimana orang sudah tidak memiliki masalah”.

Norman Vincent Pale mengajarkan kita bahwa selama hayat masih di kandung badan, sebenarnya selama itulah kita akan berhadapan dengan masalah atau problem. Istilah problem atau masalah sudah terlanjur kita pandang dengan sesuatu yang negatif, yang seharusnya tidak ada dalam kehidupan kita. Padahal, problem asal usulnya berarti ”untuk mencapai kemajuan”. Itu artinya semua masalah yang kita hadapi adalah dalam rangka mencapai kemajuan. Semakin banyak masalah yang kita hadapi, berarti ujian dalam rangka kita akan naik kelas yang lebih baik. Percayalah, jika anda berkumpul dengan puluhan orang kaya raya yang penuh wajah kesuksesan, anda sedang berhadapan dengan orang-orang yang menghadapi beragam masalah dan berhasil menghadapinya. Mereka kerap kita sebut sudah makan asam garam dunia ini, sudah malang melintang dalam kehidupan.
Bila, saat ini anda merasa sedang dirundung masalah yang sangat berat, tak usah khawatir, semua masalah itu wajar adanya. Anda pasti punya solusinya.
”Jika anda merasa tidak mempunyai masalah, anda dalam bahaya besar,”kata Norman.
Setuju! Karena jika anda tidak memiliki masalah, berarti sama dengan saudara kita yang sudah di alam kubur.***

Email: bambangsuharno@yahoo.com

Penjual Jembatan Brooklyn

“Kemarin sore saya tertawa terbahak-bahak ketika membaca sebuah artikel dimana didalamnya tertulis penawaran Dijual Jembatan Brooklyn Seharga $14,95 - Dengan Sertifikat,” demikian bunyi sebuah email dari sahabat saya, Pak Sam, pemilik mentorbisnis.com.
“Gimana nggak ketawa, karena saya membayangkan kalo ada orang tiba-tiba menulis begini di koran hari ini- Dijual Jembatan Semanggi Rp 125.000 Bersertifikat. Apa anda kira ini nggak gila? Tidak ada orang di dunia ini yang melakukan Jual Beli Jembatan. Yang ada mungkin memenangkan tender membangun jembatan, atau renovasi jembatan ini jelas ada,” tambahnya berapi-api.
Tapi, si penulis email ini lantas menceritakan, bahwa ternyata dialah yang agak kurang gila. Berikut ini kisah tentang jembatan brooklyn tersebut yang ia baca.
Paul Hartunian, tak seorangpun mengenalnya di Amerika sebelum memasuki dekade ini, tetapi saat ini ia dikenal sebagai Penjual Jembatan Brooklyn. Ini berawal ketika pemerintah Kota New York berencana untuk merenovasi Jembatan Brooklyn yang sudah melegenda dan berusia 100 tahun itu. Tidak ada yang aneh dari renovasi ini, namun Paul melihat peluang di balik renovasi ini.
Biasanya, saat renovasi bangunan lama dihancurkan dan menjadi puing-puing yang terkadang dijualpun orang pada tidak mau membelinya, kecuali dibuat brangkal. Nah, Paul melihat emas di balik puing jembatan Brooklyn ini. Dia beli semua kayu-kayu jembatan tersebut tentunya dengan harga yang sangat sangat murah, sekitar kurang dari $1.000. Lalu Paul memotong kecil-kecil Kayu tersebut seukuran separuh dari penggaris 30 cm. Kemudian ia mendesain sebuah sertifikat menarik, dimana potongan kayu Jembatan Brooklyn tadi ia tempelkan persis ditengah-tengah sertifikat tersebut.
Dengan tambahan bingkai sebagai asesoris agar lebih menarik, maka Paul telah memiliki sebuah produk brilian. Lalu dengan kelihaiannya menggunakan teknik penjualan Free publicty Paul mulai memasarkan produk aneh ini dengan harga $14,95 per buah. Pada awalnya tidak ada yang tertarik untuk membeli, tetapi Paul sangat gigih. Untuk lebih meningkatkan value produknya, maka pada sertifikatnya Paul merangkai kata sebagai berikut ; “Dengan membeli produk ini anda telah turut melestarikan dan menyimpan sebuah karya besar bangsa ini”.
Menurut anda apakah produknya sekarang punya nilai jual yg lebih?Ya , Puluhan Ribu pesanan mengalir dari berbagai Departemen Store Amerika, dan Paul Meraup keuntungan bersih lebih dari $400.000 (hampir empat milyar rupiah) hanya dengan sebuah ide sangat sederhana. Saat ini Paul menikmati hasil kerja kerasnya tersebut dan dikenal sebagai ahli dalam Pemasaran dengan menggunakan teknik Free Publicity.

***
Pesan dari kisah sukses ini sebenarnya adalah, jangan pernah meremehkan ide anda. Eksplorasilah, pelajarilah, dan jika anda sudah sampai pada keputusan untuk mewujudkannya maka fokuslah. Fokus kepada hasil akhirnya bukan pada tetek bengek yang melelahkan, yang terkadang kalo anda tidak sabar, bisa membuat anda frustasi dan pada akhirnya anda tidak termotivasi lagi mewujudkan ide brilian anda tersebut.
Ide menjual jembatan adalah ide sederhana tapi gila alias tidak lazim. Dan sebagaimana umumnya di masyarakat manapun, sesuatu yang tidak lazim pada awalnya pasti ditentang. Bagi orang bermental sukses seperti Paul, tantangan dan cemoohan itu malah membuat dia lebih kreatif, yakni dengan membuat sertifikat sehingga orang yang membeli merasa bahwa ia telah membeli barang berharga dan ikut melestarikan karya besar bangsa. Yang lebih penting lagi adalah Paul terus memfokuskan diri pada pengembangan ide itu hingga lebih matang dan akhirnya menjadi uang. Fokus adalah hal yang sederhana, tapi sangat membosankan. Banyak orang tidak tahan menahan gelombang cemoohan, bosan dengan waktu menunggu atau gunjingan dari teman.
Maka seumpama anda mempunyai ide baru dan hasrat yang menggebu, segeralah “take action” dan teruslah konsisten dan fokus pada tujuan realisasi ide. ***
www.bambang-suharno.blogspot.com

Kekuatan Bersyukur


Jika kita bersyukur terhadap apa yang kita miliki, maka kita akan mendapatkan lebih banyak lagi yang layak kita syukuri. Saya dan juga anda, tentu begitu sering mendengar kalimat semacam ini sehingga tanpa sadar kadang merasakan bahwa kalimat ini hanya sekedar kalimat pelipur lara saja.
Lain halnya ketika saya membaca bahasan tentang syukur yang ditulis oleh Rhonda Byrne dalam buku berjudul The Secret (Rahasia). Buku ini menjadi perbincangan hangat di Amerika Serikat. Penulisnya tampil dalam dua acara televisi yang paling bergengsi yakni acara yang dipandu Larry King dan acara Oprah Winfrey. Di Indonesia Buku The Secret versi Bahasa Indonesia termasuk dalam kategori buku best seller nasional.
Menurut cerita, Rhonda Byrne semula mengalami masalah hidup yang sangat berat. Kemudian dia menemukan sebuah buku yang mengungkapkan rahasia terbesar sepanjang jaman, yang merupakan jawaban atas segala persoalan yang sedang dia alami. Karena penasaran, Rhonda Byrne kemudian melakukan pencarian tentang informasi yang lebih lengkap tentang The Secret itu sendiri, yang ternyata di masa lalu dikuasai oleh orang-orang yang telah memberikan sumbangan besar kepada dunia, seperti Newton, Emerson, Beethoven, Edison, Einstein dan sebagainya.
Hasil pencarian itu, Byrne menemukan beberapa Secret Teacher masa kini, diantaranya Bob Proctor (pembicara internasional), Jack Canfield (penulis buku Chicken Soup For The Soul yang telah dicetak 50 juta eksemplar), John Demartini dan lain-lain. Mereka membeberkan rahasia sukses dalam buku ini.
Byrne mengatakan, banyak orang sukses tidak mengetahui ada buku ini, namun jika diteliti cara-cara hidupnya, orang-orang hebat ini (tentunya hebat dalam jalur kebaikan) secara tidak sadar telah mempraktekkan apa yang ada di dalam buku ini.
Satu hal dalam buku The Secret yang paling menarik menurut saya adalah tentang bersyukur. Mengutip petuah Joe Vitale, Byrne mengatakan, bila anda ingin mengubah hidup, hal pertama yang dapat anda mulai adalah membuat daftar hal-hal yang anda syukuri. Jika sebelumnya anda berfokus pada apa yang tidak anda miliki, pada keluhan dan masalah anda, sekarang anda dapat menemukan perbaikan luar biasa bila mulai melakukan latihan bersyukur.
John Demartini menambahkan apapun yang kita pikirkan dan syukuri, kita akan mendapatkannya lagi. Silakan anda praktekkan!
”Syukur adalah bagian mendasar dari ajaran-ajaran guru besar sepanjang sejarah,” kata Bryne. Dalam buku The Science of Getting Rich karya Wallace Wattles di tahun 1910, syukur adalah bab yang terpanjang. Demikian pula dalam buku The Secret ini, setiap orang yang ditokohkan menggunakan rasa syukur sebagai bagian dari hari-hari sukses mereka. Mereka memulai aktivitas pagi hari dengan pikiran dan perasaan syukur.
Lantas, mengapa bersyukur bisa mendatangkan lebih banyak hal yang layak disyukuri lagi? Ini dapat dijelaskan dengan hukum tarik menarik (law of attraction) yang merupakan prinsip utama sukses.
 Law of Attraction menyatakan bahwa pikiran akan membentuk realitas. Pikiran yang positif akan menarik hal-hal yang positif, pikiran yang negatif akan menarik hal-hal yang negatif. Dasar ilmiahnya adalah bahwa pikiran kita merupakan gelombang, sebagaimana setiap partikel yang menyusun semesta ini. Pikiran kita selalu membangkitkan getaran yang akan direspon oleh semesta. Dalam fisika kuantum dikemukakan bahwa kejadian di luar sana hanyalah samudera kemungkinan-kemungkinan, yang menjadi "realitas" setelah dibentuk oleh pikiran. Bila anda melihat batu, dia adalah samudera kemungkinan yang oleh pikiran dapat berubah menjadi perhiasan, bahan kimia, alat rumah tangga atau apapun, tergantung pikiran manusia. Jadi pikiranlah yang membentuk "dunia" kita.
Demikian halnya dengan kejadian yang kita alami saat ini, sesungguhnya adalah hasil pikiran kita jauh hari sebelumnya, sengaja ataupun tidak. 
Ambil contoh, misalkan anda tersinggung dengan perkataan seseorang, lantas anda fokuskan pada perasaan tersinggung itu, maka rasa tersinggung akan menarik ketersinggungan yang lebih besar lagi. Anda tersinggung satu hal dari satu orang, bisa bertambah menjadi beberapa hal dari satu orang. Kemudian anda pikirkan dan rasakan ketersinggungan anda, maka berikutnya anda bisa tersinggung oleh orang lain. Demikian seterusnya, sehingga ketersinggungan akan menarik ketersinggungan berikutnya.
Sebaliknya bila anda sekuat tenaga memikirkan hal positif dari orang yang menyinggung anda, selanjutnya rasa tersinggung akan sirna. Pikiran positif akan menarik pikiran positif. Kejadian bahwa hati anda kemudian lebih tenang, tidak tersinggung dengan perkataan orang, dan kemudian mendapatkan orang lain yang ramah adalah hasil dari pikiran anda sebelumnya.
Jika anda mengeluh, law of attraction akan mendatangkan lebih banyak situasi yang anda keluhkan ke dalam hidup anda. Anda mengeluh bos anda berlaku tidak adil? Kemanapun anda pergi anda akan menemukan lebih banyak orang yang bertindak tidak adil kepada anda. Jika anda mendengar seseorang mengeluh dan anda berfokus pada hal itu, bersimpati kepadanya, saat itu juga anda menarik lebih banyak situasi kepada diri anda untuk mengeluh juga.
Kita tak perlu mengusir hal-hal buruk, cukuplah dengan menarik hal-hal baik, maka yang buruk akan pergi. Bersyukur adalah menarik hal yang baik, yang dengan sendirinya mengusir hal yang buruk. Dengan kata lain, menurut Law of attraction, bersyukur (hal positif) akan menarik ”hal positif” lain yang layak disyukuri.
Dengan penjelasan ini, ”petuah bersyukur” tidak lagi terasa seperti kalimat pelipur lara. Ini soal hukum alamiah yang sudah berlaku sejak dulu kala. Awalilah hari anda dengan rasa syukur yang sebenar-benarnya, kalau perlu sampai berlinang air mata, terhadap yang telah anda miliki. ***
http://www.bambang-suharno.blogspot.com

Belajar Mental Entrepreneur Dari Transmigran

Beberapa waktu lalu saya pergi ke daerah pemukiman transmigrasi di Lampung
Utara. Mereka berasal dari Pulau Jawa dan Bali, memulai bermukin dan membuka
lahan perkebunan di sana sejak tahun 1983. Sebagai sebuah program besar dari
pemerintah, setiap keluarga petani mendapat jatah 2 Ha lahan dan biaya hidup
untuk 1,5 tahun gratis. Mereka semua juga diberi perlengkapan pertanian dan
paket penyuluhan pertanian. Pendek kata mereka datang dengan modal yang
sama.

Tahun berganti tahun, mereka sudah mulai dapat memanen hasil jerih payahnya
di perkebunan mereka, yakni kebun karet dan sebagian kebun kelapa sawit.
Ada pula tanaman lainnya seperti singkong, nanas dan sebagainya. Ternyata
dengan modal yang sama, perkembangan mereka di kemudian hari sangat
berbeda-beda.

Sekarang, setelah 25 tahun berjalan kekayaan mereka sangat jauh beda. Ada
yang sudah memiliki 10 Ha, ada yang 15 ha, tapi ada juga yang lahannya sudah
habis, yang tersisa hanya rumah dan pekarangan saja. Bagi yang sudah habis
tanahnya, mereka kini bertindak sebagai petani penggarap alias buruh tani.

Kondisi ini menegaskan bahwa modal bukanlah faktor utama untuk kesuksesan
bisnis. Umpamanya saya memberi Anda masing-masing Rp 100 juta untuk modal
usaha, 10 tahun yang akan datang di antara Anda ada yang memiliki 300 juta,
ada yang 400 juta, ada pula yang nol rupiah, bahkan bisa saja ada yang malah
terjerat hutang ratusan juta rupiah.

Dalam kasus petani transmigran yang sekarang hanya sebagai petani penggarap,
mereka pada umumnya mengalami hal demikian akibat cara pengelolaan uangnya
bukan dengan cara entrepreneur.

Orang-orang yang berjiwa entrepreneur selalu berusaha mengeluarkan uang yang
produktif. Mereka berusaha uang yang keluar tidak hilang begitu saja
melainkan menjadi uang kembali dalam jumlah yang lebih banyak. Para petani
transmigran yang sukses, sejak awal pandai berhemat. Berhemat itu bukan
sekedar mengencangkan ikat pinggang melainkan penghematan dalam rangka
meningkatkan produktivitas uang. Jadi ketika mereka panen, sebagian uangnya
segera disisihkan untuk membuat penghasilan baru yang lebih besar.

Sementara itu di tengah masyarakat transmigrasi itu ada pula keluarga yang
ingin cepat menikmati hasil. Begitu mereka panen, segera sepeda motor baru,
perlengkapan rumah tangga yang lebih mewah, baju yang lebih mahal dan
pengeluaran konsumtif lainnya sehingga tak ada sisa dana untuk membuat
kebunnya lebih produktif.

Mereka terbiasa hidup boros. Hasil panen ternyata terasa kurang. Mereka
pinjam uang ke sana-kemari untuk membeli barang mewah. Beberapa tahun
kemudian, ketika kebutuhan hidup semakin tinggi, sementara hutang makin
menumpuk, apa boleh buat kebun sebagai aset yang harus dikembangkan, malah
harus dijual.

Ini seperti kisah angsa bertelur emas. Alkisah, di sebuah desa ada petani
yang kara raya. Ia kaya karena memiliki angsa bertelur emas. Setiap angsanya
bertelur, kehidupannya bertambah mewah dan konsumtif, apapun yang bisa
dibeli langsung dibeli. Dengan memiliki angsa bertelur emas, dia berani
pinjam duit karena dapat dikembalikan dengan menjual telur emas.

Lambat laun hutang makin tak terkendali, dan makin banyak debt colector
mendatangi rumahnya. Akibatnya ia minta kepada angsa agar dapat bertelur
emas sehari dua kali. Tentu saja tidak bisa. Akhirnya karena ia tidak dapat
memperoleh telur emas, ia memutuskan menyembelih angsa tadi dan membedah
perutnya dengan harapan sudah ada telur di perut sana. Ia tidak menemukan
telur, melainkan angsa mati yang tak dapat bertelur lagi.

Hal yang senada terjadi pada transmigran di Lampung yang saya kunjungi.
Mereka yang tidak dapat mengendalikan uang, menjadi boros dan lambat laun
hutangnya (hutang konsumtif) semakin menumpuk. Mereka kehabisan akal hingga
kemudian memutuskan untuk menjual perkebunannya yang selama ini bertindak
sebagai angsa bertelur emas.

Ujian mental seorang entrepreneur adalah ketika ia mulai mendapatkan uang.
Apakah tetap konsisten membuat uang lebih produktif atau langsung tergoda
untuk membelanjakan uangnya sebagai uang konsumtif.

Bila anda ingin lulus dari "ujian mendapatkan uang", segeralah ingat petuah
ini; seorang entrepreneur selalu berusaha untuk produktif, yaitu
mengeluarkan uang untuk menjadi uang yang lebih banyak. Dan jangan lupa
sedekah, sebagai pembuka pintu rejeki yang halal dan barokah.

Sukses untuk anda.****

www.bambang-suharno.blogspot.com

Pelajaran dari Coca-Cola; Botolkan Saja



Tahun 2003 lalu saya berkesempatan untuk berkunjung ke kota Atlanta, Negara Bagian Georgia, Amerika Serikat, untuk mengikuti seminar dan melihat sebuah pameran bisnis perunggasan terbesar di dunia, International Poultry Expo (IPE). Lokasi pameran sangat strategis, yakni di Georgia World Conggres Center (GWCC). Tidak jauh dari sana, ada kantor pusat studio televisi CNN dan kantor pusat perusahaan  minuman ringan terbesar di dunia, Coca-cola. 

Sayang sekali, karena padatnya acara di pameran dan seminar saya tidak sempat melihat lebih jauh kantor pusat Coca-cola yang sebenarnya sangat menarik perhatian saya. Sebelumnya saya sudah mencari informasi perihal minuman botol yang paling merajai dunia itu. Saya ingat, sebuah survey yang menyatakan ada satu merek yang paling dikenal seluruh penduduk bumi ini adalah Coca-cola. Dari New York hingga pedalaman Afrika hampir semuanya mengenal merek tadi.

Coca-Cola didirikan oleh Candler yang semula adalah pemilik sebuah toko kimia yang tidak begitu terkenal. Pada awalnya minuman Coca-cola dijual dalam sebuah kedai minuman, semacam warkop di negeri kita. Para penggemar Coca-cola dimanapun, bila ingin menikmati minuman Coca-cola harus datang ke kedai, cukup dengan mengeluarkan kocek 5 sen dolar. Ramuannya adalah coke dicampur soda, yang membuat tubuh terasa segar.

Coca-cola berhasil merebut hati konsumen di wilayah Atlanta. Hampir setiap toko kimia di kota itu memiliki kedai soda yang menjual minuman Coca-cola. Lantas pada tahun 1888, Candler mendapatkan hak paten atas karyanya tersebut.

Perjalanan sukses Candler tidak berhenti sampai di sini. Dikisahkan, pada suatu hari seorang kawan Candler datang ke kantornya dan menawarkan sebuah rahasia penting yang bisa membuat Coca-cola menyebar ke seantero dunia. Untuk mengungkap rahasia tersebut, teman Candler meminta bayaran yang tidak kecil untuk ukuran dia.

Setelah berdiskusi cukup alot, akhirnya Candler bersedia menandatangi cek pembayaran atas informasi dari sang kawan tadi. Dengan gembira, sang kawan menerima cek tersebut. Kemudian ia mendekatkan wajahnya ke telinga Candler membisikkan dua kata yang di kemudian hari merubah perusahaan coca cola yang semula perusahaan lokal menjadi perusahaan yang mendunia.

Dua kata tersebut adalah ”Botolkan saja!”.  

”Ya, botolkan saja. Hanya itu!” kata kawannya. Candler terkesima. Kepalang sudah mengeluarkan uang yang banyak,  Candler menuruti apa yang disarankan kawannya tadi. Selanjutnya anda tahu sendiri bagaimana suksesnya minuman ini di berbagai belahan bumi.

Sebelum coca-cola dijual botolan, orang yang mau menikmati Coca-cola harus berkunjung ke kedai.  Sama seperti kita berkunjung ke warung makan, minta kopi atau teh manis hangat. Kita nunggu dan datanglah pesanan kita.

Dengan sistem penjualan melalui warung atau kedai, pertumbuhan bisnis Coca-cola hanya berkembang di wilayah kota Atlanta dan sekitarnya saja.  Untuk merambah ke kota lain, dibutuhkan survey lokasi, survey konsumen, modal untuk sewa tempat dan sebagainya. Setelah minuman ini disajikan dalam botol, konsumen dimanapun di dunia bisa menikmati coca cola, tanpa harus datang ke kantin atau warung makan. Ambil botol, langsung nikmati.

Proses ini kata Burke Hedges dalam buku Copycat Marketing disebut sebagai efisiensi yang sebenar-benarnya. Padanan dari kata efisiensi adalah leverage yang berasal dari Bahasa Perancis yang artinya menjadikan lebih ringan. Perubahan penjualan coca cola dari bentuk kedai menjadi bentuk botol adalah sebuah efisiensi. Pengembangan coca cola menjadi jauh lebih ringan dengan model pembotolan, dibanding dengan membangun kedai di berbagai penjuru.

Teknologi telah begitu banyak membuat banyak hal lebih efisien. Contoh yang paling sederhana dan telah diajarkan siswa Sekolah Dasar adalah alat ungkit. Bila kita akan mengganti ban mobil, berapakah waktu dan orang yang bisa mengangkat mobil dan mengganti ban? Tiga orang? Mungkin lebih. Dengan alat ungkit alias dongkrak, cukup satu orang bisa mengganti ban mobil.

Efisiensi bukan saja karena semata-mata teknologi seperti alat ungkit, dapat pula dalam bentuk gagasan radikal untuk merubah pola kerja, seperti halnya yang terjadi di Coca-cola.

Alkisah, di sebuah gedung perkantoran, banyak keluhan terhadap lamanya waktu menunggu lift. Manajemen gedung berusaha menambah lift baru, tapi komplain tentang hal itu tetap bermunculan. Kemudian muncullah satu ide yang mudah dan sangat murah untuk dilaksanakan, yaitu memasang cermin di lift. Setelah ada cermin di pintu lift, pengunjung maupun karyawan di gedung tersebut tidak merasa menunggu terlalu lama antrian lift, karena asyik bercermin. Ini benar-benar cara menangani komplain yang sangat efisien.

Dalam hal pengalaman coca-cola tadi, proses merubah sajian coca-cola dari bentuk konvensional menjadi bentuk botol tidaklah sesederhana cerita tadi. Di balik kisah sukses itu pasti ada tantangan, bagaimana merubah pola manajemen dari sistem penjualan eceran menjadi penjualan masal dan dari manajemen warung menjadi manajemen korporasi.

Itu sebabnya gagasan merubah sesuatu perlu dibarengi dengan sistem yang mendukung. Setiap perubahan membutuhkan mental untuk siap berubah ke arah yang lebih baik. Bagi saya, Candler bukan hanya berhasil ”membotolkan saja”, melainkan sukses untuk membuat semua karyawan Coca-cola untuk bersama-sama berubah dalam mengelola perusahaan.

“Botolkan saja” adalah awal dari sebuah perubahan, selanjutnya perubahan terus terjadi di segala lini perusahaan. Hal senada sering terjadi di perusahaan ketika ada keputusan baru, pemimpin baru, pabrik baru dan hal-hal baru lain yang menuntut perubahan di semua bagian. 
(dari buku: Jangan Pulang Sebelum Menang. www.bambang-suharno.blogspot.com)











Sudahkah anda mengalaminya?

KEBERUNTUNGAN SEORANG PETANI MISKIN

 

Ada seorang petani miskin memiliki seekor kuda putih yang sangat cantik dan gagah. Suatu hari, seorang saudagar kaya ingin membeli kuda itu dan menawarkan harga yang sangat tinggi. Sayang si petani miskin itu tidak menjualnya. Teman-temannya menyayangkan dan mengejek dia karena tidak menjual kudanya itu.

 

Keesokan harinya, kuda itu hilang dari kandangnya. Maka teman-temannya berkata,”sungguh jelek nasibmu, padahal kalo kemarin dijual kamu kaya, sekarang kudamu sudah hilang”. Si petani miskin hanya diam saja.

 

Beberapa hari kemudian, kuda si petani kembali bersama 5 ekor kuda lainnya. Lalu teman-teman nya berkata, “wah beruntung sekali nasibmu, ternyata kudamu membawa keberuntungan”. Si petani hanya diam saja.

 

Beberapa hari kemudian, anak si petani yang sedang melatih kuda-kuda baru mereka terjatuh dan kakinya patah. Teman-temannya berkata,”rupanya kuda-kuda itu membawa sial, lihat sekarang anakmu kakinya patah”. Si petani tetap diam tanpa komentar.

 

Seminggu kemudian terjadi peperangan di wilayah itu, semua anak muda di desa dipaksa untuk berperang, kecuali si anak petani karena tidak bisa berjalan. Teman-temannya mendatangi si petani sambil menangis,” beruntung sekali nasibmu karena anakmu tidak ikut berperang, kami harus kehilangan anak-anak kami.

 

Si petani kemudian berkomentar,”Janganlah terlalu cepat membuat kesimpulan dengan mengatakan nasib baik atau jelek, semuanya adalah suatu rangkaian proses. Syukuri dan terima keadaan yg terjadi saat ini, apa yang kelihatan baik hari ini belum tentu baik untuk hari esok. Apa yang buruk hari ini belum tentu buruk untuk hari esok. Tetapi yg PASTI : Tuhan paling tahu yg terbaik buat kita.. Bagian kita adalah "Mengucap syukurlah dalam segala hal"...

(By Bambang Suharno, sumber dari sebuah milis)