Sikapmu Menentukan Kesuksesanmu
Teruslah belajar, bukan hanya untuk meningkatkan kemampuan teknis, tapi agar bisa memiliki sikap yang lebih baik.
Jalan-jalan di kota Teknologi Shenzen, China
Perjalanan ke kota Teknologi Shenzen, China, 1 Mei 2019 dalam rangka Shenzen International Pet Fair.
Launching buku Menggali Berlian di Surabaya
Buku Menggali Berlian di Kebun Sendiri karya Bambang Suharno diluncurkan di acara Grand City Convex Surabaya, di tengah acara pameran internasional Indolivestock Expo.
Meraih sukses
Jika sukses harus diraih dengan kerja keras banting tulang siang malam, itu namanya sukses dengan mesin manual. Anda perlu belajar meraih sukses dengan mekanisme sukses otomatis (Suksesmatic.com).
Pengalaman Naik Kereta TGV di Perancis
Perjalanan ke Rennes Perancis dalam rangka menghadiri pameran internasional, naik kereta TGV dari Paris ke Rennes.
Mau Wirausaha, Wiraswasta atau Entrepreneur?
Akhir-akhir ini istilah wirausaha dan wirausaha sering dipakai untuk menterjemahkan kata entrepreneur. Di kalangan tertentu khususnya yang terpelajar lebih suka menggunakan istilah asli, yaitu entrepreneur. Sementara itu kalangan pejabat menggunakan istilah wiraswasta atau wirausaha.
Dalam pandangan masyarakat kita, wiraswasta digambarkan sebagai seorang yang menjalankan usaha keluarga yang dikerjakan sendiri dan sulit berkembang. Misalnya punya bengkel, dikerjakan sendiri atau hanya dibantu oleh satu dua orang yang kerjanya hanya kalau disuruh saja. Wiraswasta identik dengan usaha yang sulit berkembang. Kalau kita lihat banyak usaha yang sudah puluhan tahun berjalan, tapi nyaris tanpa perkembangan. Bahkan sebagian kemudian berhenti dengan menanggung hutang. Banyak juga wiraswasta yang dijalankan karena mereka tidak mendapatkan pekerjaan di tempat yang dipandang bergensi misalkan PNS, BUMN, Perusahaan multinasional dan sebagainya. Nah, ketika usahanya berjalan ternyata ada lowongan kerja yang sesuai dengan impiannya, maka usahanya ditinggal alias ditutup. Itulah wiraswasta.
Pendek kata istilah wiraswasta semakin tidak keren. Mereka yang menyandang label wiraswasta dipandang sebagai pelaku usaha yang berjalan seadanya.
Atas dasar itulah Indonesian Entrepreneur Society (IES) menyepakati definisi yang membedakan wiraswasta dengan wirausaha.
Wiraswasta adalah pelaku UKM yang perkembangannya lambat akibat dikelola sendiri tanpa sistem manajemen yang baik. Sedangkan Wirausaha adalah terjemahan dari entrepreneur, yaitu bisnis yang dapat dijalankan dengan sistem manajemen yang baik sehingga pemilik usaha dalam menjalankan bisnisnya tanpa kehadiran dirinya. Wirausaha memungkinkan seseorang memiliki usaha yang yang cabangnya puluhan bahkan ratusan. Wirausaha mampu membuat cabang di luar negeri. Wirausaha membuat pemiliknya bisa jalan-jalan dan bisnisnya tetap jalan dan berkembang.
Jadi beda orang berlabel wiraswasta dengan wirausaha terdapat pada cara mengelola usahanya. Jika seorang pemilik toko, tiap hari membuka toko sendiri, “nongkrongin” toko dari pagi hingga toko tutup, dan dia harus menutup tokonya ketika ia harus ada acara keluar, maka ia pasti pelaku wiraswasta.
Sebaliknya jika ada pelaku bisnis yang menjalankan usahanya dengan mendelegasikan pekerjaan kepada timnya, ia sudah masuk dalam kategori wirausaha. Wirausaha memiliki mimpi besar untuk membangun bisnisnya. Alhasil, meskipun mulainya sama-sama dari Nol, wirausaha membuat bisnis menjadi besar, memiliki banyak cabang, bahkan bisa berkembang dengan sistem franchise.
Mau pilih jadi wiraswasta atau wirausaha? Tentunya impian kita adalah wirausaha. Bagaimana cara menjadi wirausaha sukses? Sabar.....hari ini sementara cukup dulu ya.
Salam sukses
Guru Yang Memberi Cahaya
By BEMBI Rabu, November 30, 2011
bambang suharno, keberuntungan, training motivasi, training wirausaha 1 comment
Di sebuah sekolah menengah yang baru saja menyelenggarakan try out (uji coba) ujian akhir nasional,
seorang guru senior merasa kecewa dengan hasil yang diperoleh oleh siswanya
yang ternyata sangat jauh dari harapan. Di hadapan para siswa, guru itu menyampaikan pesan-pesannya.
“Baiklah anak-anak sekalian. Kalian telah melihat hasil
uji coba ujian akhir nasional. Ternyata hasilnya sangat mengecewakan kita semua,” ujar pak Guru dengan raut muka serius.
“Saya tidak
mengerti kenapa kalian mendapat nilai yang sangat mengecewakan. Padahal sebagai
guru saya sudah memberikan semuanya kepada kalian. Kenapa kalian membalas
kebaikan kami dengan cara demikian? Kalau sudah seperti ini, saya tidak tahu lagi
apa yang harus saya katakan. Masa depan kalian sudah bisa saya gambarkan.
Suram!” tambahnya.
Seluruh ruangan senyap. Gesekan kertas dan suara angin
menjadi terdengar jelas. Semua siswa diam seribu bahasa. Mereka yang dalam keadaan kecewa melihat hasil try out yang jauh dari harapan, menjadi
kian panik.
Sementara itu di sekolah lain yang juga baru selesai
menyelesaikan uji coba dengan hasil yang kurang
lebih sama buruknya, suasana kelas tampak berbeda. Seorang
guru memberikan tanggapannya dengan wajah yang lebih tenang.
“Baiklah anak-anak semuanya. Kalian tentu telah melihat
hasil try out ujian akhir nasional.
Hasilnya memang belum sesuai harapan kita semua, bahkan mungkin ada di antara
kalian yang sangat kecewa. Namun saya percaya ini bukanlah hasil terbaik yang
kalian tampilkan,” nadanya terdengar
bijak.
“ Ini baru uji coba, baru pemanasan. Kami pihak
guru yakin bahwa jika kalian dapat memperbaiki cara belajar dengan serius, maka
kita akan menuai sukses. Kita semua akan benar-benar diuji pada saat ujian
akhir nasional.
Jadi kalian harus mempersiapkan diri sebaik mungkin, dan kami para guru, dengan
senang hati membantu kalian agar bisa sukses pada ujian akhir nasional. Oke!
Kita sekarang bersama-sama sepakat untuk meraih kesuksesan pada saat ujian
akhir nasional!”
Kejadian pertama adalah contoh guru yang hanya sekedar
pengajar, bukan pendidik. Dia bisa jadi seorang guru yang pintar dan cerdas namun belum memiliki kemampuan memotivasi
siswa. Sebaliknya guru yang kedua adalah guru yang mencerahkan, yang memberi cahaya ketika situasinya terasa gelap. Ia memberi motivasi dengan cara membingkai ulang peristiwa (reframing).
Zulfiandri, seorang pakar
quantum
teaching, dalam bukunya Qualitan Teaching, mengatakan, dalam memotivasi siswa, seorang guru
disarankan menggunakan teknik ini ketika melihat prestasi yang kurang bagus
pada anak didiknya. Ada dua jenis reframing, yaitu context reframing(membingkai ulang peristiwanya) dan meaning
reframing (membingkai ulang maknanya).
Teknik membingkai ulang peristiwa dilakukan dengan memberikan pandangan alternatif terhadap sebuah
kejadian. Dalam kasus di atas, guru mengatakan “ini baru uji coba”. Kata-kata
“baru uji coba” merupakan teknik membingkai ulang peristiwa yang dapat memberi motivasi ke siswa bahwa
ujian yang sesungguhnya adalah ujian akhir nasional, sehingga harus dilakukan persiapan yang lebih
baik.
Guru pada contoh kedua juga menerapkan teknik membingkai
ulang pada maknanya, dengan mengatakan “saya yakin ini bukanlah hasil terbaik
yang kalian bisa tampilkan”. Jelas
sekali kata-kata ini sangat positif dampaknya bagi para siswa yang tengah
gelisah melihat hasil uji coba ujian yang jelek.
Teknik reframing sering kita dengar dari para orang tua dan
para pemimpin yang bijak. Ini adalah cara mengambil pelajaran dari sebuah
kejadian dengan cara yang tidak menggurui. Perlu dipahami, dua teknik reframing
ini tidak selalu dapat digunakan dalam satu waktu.
Umpamanya ada
seseorang yang kesal mengalami penundaan pesawat yang disebabkan oleh kerusakan
mesin. Bagi orang yang sedang
terburu-buru dan ingin segera sampai tujuan, tidaklah tepat membingkai ulang peristiwa dengan mengatakan, “nikmati saja penundaan
ini dengan menikmati suasana bandara, berkeliling dan berbelanja oleh-oleh”.
Kalimat yang terkesan bijak ini sangat mungkin malah membuat dia emosi karena sedang
terburu-buru malahan disuruh menghabiskan waktu yang tidak jelas.
Oleh karena itu cara
yang tepat adalah dengan membingkai ulang maknanya (meaning reframing), umpamanya dengan mengatakan bahwa lebih baik
kerusakan diketahui sekarang dan diperbaiki sekarang juga saat masih di darat,
daripada ketahuan rusak ketika pesawat sedang terbang.
Dengan membingkai
ulang makna dari kejadian kerusakan mesin pesawat, penumpang dapat langsung
membayangkan betapa berbahayanya jika kerusakan pesawat baru diketahui pada
saat pesawat sudah berada di angkasa. Perubahan pemahaman ini akan dapat
membuat penumpang yang tadinya gelisah dapat menjadi lebih tenang.
Pada situasi lebaran,
kita bisa saja kecewa dengan kemacetan mudik meskipun sebelumnya sudah mengatur
jadwal perjalanan agar terhindar dari kemacetan. Menghadapi situasi itu banyak pemudik
yang memaknai situasi macet ini sebagai bagian dari perayaan lebaran itu
sendiri. Untuk itu kemacetan dapat diisi
dengan kegiatan memotret pemandangan indah dan unik di sepanjang perjalanan
atau kegiatan lainnya yang lebih bermakna.
Kita perlu
mengupayakan segalanya berjalan sesuai harapan. Manakala yang terjadi jauh dari
harapan, kita dapat memandang dengan makna yang positif dan melakukan tindakan
yang lebih baik di waktu selanjutnya. Salah satunya dengan teknik reframing. Bukankah kita ingin seperti
guru yang dapat memberi “cahaya” untuk muridnya? Selamat mencoba.***
Filosofi Kematian Dari Steve Jobs
By BEMBI Rabu, November 02, 2011
bambang suharno, keberuntungan, kiat meraih keberuntungan, MOTIVASI, wirausaha No comments
Jika
kita hidup setiap hari seperti hari terakhir bagi kita, maka kita akan
menciptakan sesuatu yang benar-benar besar. (Steve Jobs).
Dunia baru saja kehilangan seorang legenda
teknologi computer bernama Steve Jobs. Seingat
saya, baru kali ini kematian seorang pengusaha diberitakan sedemikian heboh dan
menginspirasi.
Ini membuat saya penasaran ingin
tahu riwayat hidup Steve Jobs. Banyak orang mengelu-elukannya dan menyebutnya
sebagai seorang penemu, pebisnis dan inspirator dunia modern.
Di antara berbagai artikel mengenai Steve Jobs, ada dua tulisan yang sangat bagus yaitu pidato
Steve Jobs di acara Wisuda
Universitas Stanford tahun 2005, dan
artikel biografi singkat yang ditulis oleh Davit Putra (davitputra.net).
Steve Jobs lahir dari rahim seorang
mahasiswi muda yang hamil di luar nikah dengan seorang lelaki yang tidak tamat
SMA. Steve Jobs kecil diadopsi seorang pengacara hingga kemudian dapat
menikmati bangku kuliah yang cukup bergengsi, di Reed College.
Selama kuliah 6 bulan, Steve Jobs
tidak merasa tenang hatinya karena telah menghabiskan uang tabungan orang tua
angkatnya untuk bisa kuliah di Perguruan Tinggi mahal. Ia kemudian memutuskan keluar
dari bangku kuliah dan mengambil jalur non formal di kampus yang sama, yaitu kursus
kaligrafi selama 18 bulan. Steve Jobs rela hidup prihatin dengan tidur di
lantai asrama teman-temannya, menukarkan botol cola agar mendapatkan 5 sen
untuk membeli makanan, dan berjalan sejauh 10 km seminggu sekali untuk memperoleh
makanan yang baik di Candi Hare Krishna.
Di depan mahasiswa Stanford, Steve
Jobs mengaku, ketika belajar kaligrafi, ia tidak memiliki pikiran bahwa suatu saat ilmu ini akan bermanfaat
bagi perjalanan karirnya. Akan tetapi sepuluh tahun kemudian, ketika ia
mendesain komputer Macintosh pertama, ilmu kaligrafi yang didalaminya seperti
datang kembali kepadanya untuk memberikan gagasan baru mengenai komputer.
Komputer itu merupakan komputer pertama yang didesain dengan tipografi yang
indah.
Saya baru ingat
sekarang bahwa sekitar 10 tahun lalu para praktisi disain grafis sering membangga-banggakan
komputer machintosh (Mac) yang harganya selangit dan dapat menghasilkan disain dengan
tipografi yang sangat bagus. Waktu itu para desainer grafis merasa ketinggalan
jika komputer yang dipakai adalah PC biasa yang harganya murah. Belakangan saya
baru tahu bahwa itu adalah karya Steve Jobs.
“Jika saya
tidak pernah mengambil kursus kaligrafi sewaktu drop out di kampus, komputer
Mac mungkin tidak mempunyai beragam tipe huruf atau spasi huruf-huruf yang
proporsional dan indah,” ujar Steve Jobs dalam pidatonya.
Steve Jobs berpendapat
bahwa menghubungkan beberapa momen kehidupan sangat penting dalam mengambil
keputusan. Contoh kongkritnya adalah mempelajari kaligrafi dengan mengembangkan
teknologi computer, dua hal yang dulunya dianggap tak berhubungan sama sekali.
Ketika Apple menjadi perusahaan
besar beromset $2 miliar dengan 4000 pekerja, Steve Jobs dipecat oleh CEO atas
persetujuan Dewan Direksi. Kedengarannya aneh bahwa ada pendiri perusahaan yang
dipecat oleh CEO nya sendiri karena perbedaan pandangan ke depan. Tapi itulah
kenyataannya.
Beberapa bulan setelah dipecat Steve
tidak tahu harus berbuat apa. Untunglah ada satu hal yang dia ingat, yaitu ia
masih mencintai bidang pekerjaannya. Karena masih sangat mencintai bidangnya,
maka pelan-pelan bangkit kembali dan mendirikan perusahaan baru, NeXT Computer dan Pixar Animation. Pixar menghasilkan karya besar berupa film animasi
komputer pertama yang sukses—Toys Story,
dan menjadi studio animasi film terbaik di dunia saat itu. Apple kemudian
membeli Perusahaan NeXT dan Steve Jobs kembali lagi ke Perusahaan Apple.
Teknologi yang dikembangkan di NeXT
Computer kemudian menjadi jantung teknologi Apple.
Dari sini
Steve Jobs sempat berujar dalam pidatonya , “Saya yakin semua tidak akan pernah terjadi jika saya tidak
dipecat oleh Apple. Ini merupakan obat mujarab yang sangat pahit, tapi saya
pikir setiap pasien membutuhkannya. Kadang-kadang kehidupan menghancurkan anda
dengan amat kejam. Janganlah hilang kepercayaan. Saya yakin bahwa satu hal yang
bisa membuat saya bertahan adalah bahwa saya mencintai apa yang saya lakukan.
Kita harus mencari apa yang sebenarnya kita cintai”.
Di sini
kelihatan bahwa seburuk apapun yang menimpa dirinya, Steve Jobs tak kehilangan
energi positif untuk menyikapi semuanya..
Ada satu pesan penting dari Steve
Jobs yang sangat berharga bagi siapapun. Yaitu soal kematian. Setiap kita pasti
takut kalau bicara kematian. Namun yang pasti kematian adalah hal yang akan
dialami setiap makhluk hidup. Apa yg akan kita lakukan jika Malaikat memberi
tahu bahwa esok hari nyawa kita akan dicabut? Tentu kita akan melakukan hal yang
terbaik dalam hidup.
Filosofi “kematian” inilah yg dianut oleh
Steve Jobs. Setiap pagi ia berdiri di depan cermin dan bertanya pada diri
sendiri , “Jika hari ini adalah hari terakhir saya, apakah saya akan melakukan
apa yang seharusnya saya lakukan?” Ketika jawabannya ‘tidak’, ia tahu bahwa ada
sesuatu yang harus ia rubah.
Steve Jobs pernah divonis dokter
terserang kanker pankreas dan diprediksi dapat bertahan hidup hanya 6 bulan. Ternyata
selama 8 tahun ia masih bertahan dan tetap menghasilkan karya-karya
besar. Produk-produk iPhone, iPod Touch, iPad, Macbook Air, dirancang dan
digarap saat ia telah didiagnosa mengidap kanker pankreas.
Pesan Steve Jobs tentang kematian
sangat jelas dan menyentuh hati para pengagumnya, yaitu, “Jika kita hidup
setiap hari seperti hari terakhir bagi kita, kita akan menciptakan sesuatu yang
benar-benar besar di kemudian hari.”
Selamat jalan
Steve Jobs.
Kami mengenang
karya dan petuahmu.***
Kemanakah Uang Mengalir?
By BEMBI Sabtu, Oktober 29, 2011
entrepreneur, keberuntungan, kiat meraih keberuntungan, MOTIVASI, pebisnis, wirausaha No comments
Ya, kemanakah uang mengalir? Tepatnya, kemanakah uang “halal”
mengalir? Pertanyaan ini barangkali sering anda lupakan. Kita yang bergulat
dengan kewirausahaan terus menerus belajar, membaca buku, mendengarkan radio,
ikut training, seminar, pameran dimana sebagian besar tujuannya untuk menambah
penghasilan. Penghasilan adalah aliran rejeki, dan sebagian rejeki berupa uang.
Maka, sebelum belajar lebih jauh mengenai kiat sukses
mendapatkan kekayaan, mendapatkan passive
income atau apapun namanya, kita perlu terlebih dahulu memahami dari mana
dan kemana uang mengalir. Dengan
pemahaman ini kita akan lebih mudah mengelola kiat meningkatkan penghasilan.
Berikut pendapat saya mengenai aliran uang.
Pertama, uang
halal mengalir kepada mereka yang selalu berusaha mengalirkan uang ke orang
yang membutuhkan. Pernahkah anda menemukan pengusaha bangkrut karena bersedekah?
Saya percaya tidak ada. Mental entrepreneur hakekatnya adalah mental
“tangan di atas” alias mental memberi. Dalam keseharian mental ini terlihat
dari cara-cara mengelola uang. Mereka yang bermental “tangan di bawah” sering
bangga apabila mendapat sesuatu secara gratis. Mereka bangga jika ditraktir
makan, bangga dikasih kaos gratis, bangga diberi hadiah, bantuan atau apapun
yang gratis. Sebaliknya mental entrepreneur akan merasa bangga bila sudah
mentraktir makan, memberi sumbangan, memberi hadiah.
Orang-orang yang selalu berusaha memberi akan mencari cara
supaya dapat terus memberi. Alhasil secara logis, anda yang suka memberi akan
selalu berusaha memiliki, dan dampaknya tentu saja akan dialiri rejeki yang tak
terbatas. Maka, sedekahlah. Jangan
tunggu kaya baru sedekah. Justru karena masih susah mendapatkan uang, mulailah
menyisihkan uang untuk diberikan ke orang lain. Niscaya kelak akan banyak uang
mengalir ke kantong anda. Teruslah perbanyak sedekah, rejeki akan terus
mengalir. Begitu kita bersedekah, mental kita berubah menjadi ”tangan di atas”,
dan pada saat yang sama kita menjadi bermental kaya.
Kedua, uang mengalir
kepada para pencipta atau kreator. Anda yang pandai menciptakan sesuatu, akan
lebih mudah mendapatkan uang. Menciptakan yang dimaksud bukan selalu yang
tampak canggih seperti mesin mobil hemat energi, mobil berbahan bakar air atau
lainnya, tapi juga menciptakan sistem dalam bisnis, menciptakan standar
tertentu, program komputer tertentu, menulis buku dan sebagainya. Pencipta akan
selalu dikenang sebagai pemenang. Dalam bisnis, kita boleh meniru pada awalnya,
sedangkan untuk berkembang perlu melakukan inovasi.
Ketiga, uang
mengalir kepada yang menciptakan nilai tambah. Jika anda punya warung makan
bersebelahan dengan warung makan lain yang lebih laris, anda wajib melihat
nilai tambah yang dia miliki. Begitu anda memiliki nilai tambah dibanding
warung lain, anda akan tenang karena rejeki akan mengalir ke kantong anda.
Keempat, uang
mengalir kepada yang pintar meningkatkan produktivitas uang. Saya menyebutnya
mental entrepreneur, yakni mental mengeluarkan uang untuk menjadi uang yang
lebih banyak. Robert T Kiyosaki memperkenalkan istilah ”uang bekerja untuk
kita” bukan kita bekerja untuk uang. Pesan saya, jika rekening anda ada
tambahan uang, mulailah berpikir kemana uang tersebut akan dialirkan. Sebagian
untuk sedekah, sebagian untuk pengembangan usaha, sebagian untuk investasi,
sebagian lagi untuk keperluan konsumtif. Sebagian dari kita, jika mendapatkan
uang langsung berpikir yang konsumtif seperti membeli mobil baru, motor baru
dan hal-hal lain yang justru menimbulkan pengeluaran baru.
Beberapa waktu
lalu saya pergi ke daerah pemukiman transmigrasi di Lampung. Mereka mulai
menghuni di sana sejak tahun 1983, dimana pemerintah menyediakan 2 Ha lahan dan
biaya hidup untuk 1,5 tahun. Apa yang terjadi 20 tahun kemudian? Ternyata
kepemilikan lahan sudah berubah total. Ada yang sudah memiliki 10 Ha, ada juga
yang lahannya dijual dan dia sebagai petani penggarap. Hal ini terjadi karena
sebagian ada yang produktif mengelola uang, sebagian lagi lebih memilih menjual
tanah untuk memperbaiki rumah atau beli kendaraan, dimana dalam beberapa tahun
kemudian mereka mengalami kesulitan pendapatan.
Perhatikanlah,
uang tidak berhenti bergerak. Ia terus mengalir dari satu tempat ke tempat lain. Entrepreneur bukanlah
yang menumpuk uang, melainkan mengalirkan uang. Jika anda punya restoran, anda
bekerja dengan cara membeli bahan baku, mengolah menjadi masakan, lantas
masakan dijual, beli bahan baku lagi, dan begitu seterusnya, dimana jika aliran
lancar maka aliran uang akan semakin besar.
Maka pahamilah
kemana uang mengalir.
Salam sukses.
Note: telah dimuat di majalah Pebisnis