MUTIARA KEHIDUPAN

header ads

Sikapmu Menentukan Kesuksesanmu

Teruslah belajar, bukan hanya untuk meningkatkan kemampuan teknis, tapi agar bisa memiliki sikap yang lebih baik.

Jalan-jalan di kota Teknologi Shenzen, China

Perjalanan ke kota Teknologi Shenzen, China, 1 Mei 2019 dalam rangka Shenzen International Pet Fair.

Launching buku Menggali Berlian di Surabaya

Buku Menggali Berlian di Kebun Sendiri karya Bambang Suharno diluncurkan di acara Grand City Convex Surabaya, di tengah acara pameran internasional Indolivestock Expo.

Meraih sukses

Jika sukses harus diraih dengan kerja keras banting tulang siang malam, itu namanya sukses dengan mesin manual. Anda perlu belajar meraih sukses dengan mekanisme sukses otomatis (Suksesmatic.com).

Pengalaman Naik Kereta TGV di Perancis

Perjalanan ke Rennes Perancis dalam rangka menghadiri pameran internasional, naik kereta TGV dari Paris ke Rennes.

MENYELESAIKAN PERTANDINGAN


 
John Stephen Akhwari  

Dalam dunia kompetisi termasuk di dunia olah raga, sang pemenang adalah bintang yang senantiasa dijadikan teladan dan idola bagi masyarakat. Mereka adalah simbol kerja keras, simbol pantang menyerah dan simbol kesuksesan. Itu hal yang lumrah.

Hal yang berbeda terjadi di arena olimpiade bulan oktober 1968.  Seorang pelari yang kalah, bahkan menjadi pelari “paling lambat” di kelasnya dibanding para pesaingnya, justru menjadi inspirator keberhasilan bagi dunia. Waktu itu berlangsung nomor lomba  lari marathon di stadion olimpiade Mexico City. Lebih dari satu jam sebelumnya pelari Ethiopia Mamo Wolde sudah mencapai garis finish dan sudah disahkan sebagai juara, tapi sebagian penonton masih setia menunggu pelari terakhir asal Tanzania yang bernama John Stephen Akhwari. Hari mulai gelap dan dingin.

Saat yang dinanti-nanti penonton olimpiade itu akhirnya tiba. John lari terhuyung-huyung mencapai garis finish dalam kondisi kaki berdarah akibat luka. Orang bersorak-sorai dan bertepuk tangan melihat semangat John untuk tetap menyelesaikan pertandingan itu. Sebagian penonton tak kuasa menitikan air mata.

Di arena ini, meski Juara olimpiade Mamo Wolde, tapi John Stephen Akhwari tak kalah populer. Bukan karena ia berada di paling belakang, melainkan karena kegigihannya untuk mencapai garis finish dengan keadaan berdarah-darah (dalam arti sebenarnya). Ia disanjung seperti pahlawan perang yang tetap maju melawan musuh sampai titik darah penghabisan.

Wartawan mengerubuti John dan sudah pasti pertanyaannya adalah “Mengapa John yang sudah pasti kalah dan dalam keadaan berdarah-darah tetap menyelesaikan lari hingga garis finish?”

Dengan peluh di sekujur tubuh dan luka yang berdarah, John menjawab, "Negara saya tidak mengirim saya untuk mendapat medali, melainkan untuk menyelesaikan pertandingan"

***
Inspirasi kesuksesan rupanya bukan hanya datang dari kemenangan, begitu kesimpulan saya membaca cerita di atas. Memang benar kemenangan adalah tujuan, dan untuk itulah ada “sejuta teknik” meraih kemenangan. Sejuta teknik ini tatkala dilaksanakan tidaklah selalu berjalan mulus. Seperti kita mau melakukan perjalanan jauh. Meskipun sudah dipersiapkan segala sesuatunya, kita tidak dapat memastikan semuanya dapat berjalan dengan lancar. Bisa saja terjadi ban kempes di jalan sepi di tengah malam. Atau bisa saja kehilangan barang ketika istirahat. Itu semua harus disikapi dengan sikap terbaik. Rintangan dalam perjalanan hidup ini juga begitu aneka rupa dan tidak mudah untuk ditebak. Dalam berbisnis, kita berupaya menggali bermacam ilmu agar produk laku di pasaran. Itu juga tidak menjamin barang tersebut langsung laris manis. Kadang ada proses benturan dinding yang memusingkan kepala entah itu penolakan oleh agen, distribusi tidak lancar ataupun penyebab lainnya.


Untunglah, lingkungan kita tidak melupakan orang-orang yang bekerja keras dan tuntas meski belum menghasilkan medali kejuaraan. Coba kita ingat di sekitar kita. Tak sedikit seorang tokoh organisasi yang kalah dalam pemilihan ketua umum, justru mendapat pujian hebat lantaran ia segera mengakui kekalahan dan mendukung program-program pesaingnya yang kini jadi pemenang. Pimpinan yang kalah ini membuat masyarakat sangat menghargainya.

Demikian pula halnya dengan John Stephen Akhwari yang tidak memenangkan nomor lari marathon, namun menunjukan kegigihan untuk menyelesaikan pertandingan. Ia menjadi simbol kegigihan menjalankan tugas hingga tuntas.

John C Maxwell dalam bukunya The Success Journey mengatakan dalam hidup ini tujuan kita adalah menyelesaikan pertandingan, dengan melakukan yang terbaik yang bisa kita lakukan.

Maxwell mengatakan,  John Stephen Akhwari adalah orang yang tetap konsisten dalam memandang tujuan. Ia menggunakan istilah “berfokus pada gambar besarnya”. Gambar besar di sini adalah menyelesaikan pertandingan, bukan “meraih medali”. Jika pelari Tanzania ini  fokus pada perolehan medali semata, maka dengan kondisi kaki terluka dan berdarah, ia memilih untuk berhenti di tengah jalan. Buat apa meneruskan, bukankah sudah jelas ia tak mungkin dapat medali di kejuaraan olimpiade ini?

Pelari ini juga tidak mencari-cari alasan untuk berhenti di tengah jalan meski ia berhak untuk melakukannya. “Sembilan puluh sembilan persen kegagalan datang dari orang yang mempunyai kebiasaan membuat alasan,” demikian kata George Washington Carver. Orang-orang yang sulit meraih sukses, umumnya pintar membuat alasan atas kekurangberhasilan yang mereka peroleh. Sebaliknya orang sukses tidak suka mencari-cari alasan atas kegagalannya meskipun ia berhak untuk melakukannya.

Dari kisah John Stephen Akhwari, saya lebih paham arti sebuah kegigihan dalam menyelesaikan kompetisi hidup. Bahwa kegagalan bukanlah peristiwa yang memalukan, buktinya John menjadi simbol orang sukses di dalam peristiwa “kegagalannya”.

sumber foto: http://www.mensajesdeanimo.com/wp-content/uploads/2013/05/sigue-co.jpg

(artikel ini telah dimuat di majalah Infovet April 20112.

MELAMPAUI EFEKTIVITAS



Jika kita ingin merubah nasib, maka perlu dimulai dengan merubah kebiasaan, karena kebiasaan adalah modal keberhasilan. Demikian pesan utama dalam buku “7 Habits of Highly Effective People” karya Stephen R Covey yang pernah saya ulas di artikel Refleksi bulan Maret 2013

Beberapa tahun setelah buku tersebut terbit, Stephen mengatakan, dalam hidup ini, efektif saja rupanya tidak cukup. Ada satu hal yang luar biasa dalam hidup ini yang akan menembus efektivitas seseorang, yaitu voice (suara hati, panggilan jiwa). Ia menyebut ini sebagai kebiasaan ke delapan.

Stephen kemudian menulis buku berjudul The 8th Habits, kebiasaan ke delapan, sebagai penjelas pandangannya mengenai suara hati. Dikatakan, kebiasaan ke delapan dapat melampuai efektivitas, menggapai keagungan dalam hidup.

Beberapa waktu lalu saya bertemu dengan Bangun Dioro, pemilik Bangun Karso Farm di daerah Cijeruk, Bogor. Ia adalah seorang anggota TNI berpangkat Sersan yang mampu memanfaatkan waktu senggangnya untuk mengembangkan peternakan kambing dan domba di kawasan seluas lebih dari 10 hektar dengan memberdayakan masyarakat sekitar.

Di masa kecilnya ia adalah pemelihara kambing di kampung halamannya di Jawa Tengah.  Semenjak tinggal di Bogor dan menjadi anggota TNI, kemampuan beternak kambing ia asah dengan melakukan magang di Balai Penelitian Ternak (Balitnak) Ciawi. Setelah mulai mempraktekkan ilmunya, usaha peternakan kambing jauh lebih bagus dibanding waktu ia memelihara kambing di kampungnya. Ia makin paham bedanya kebutuhan nutrisi kambing perah, kambing pedaging dan domba, sehingga ia dapat menyediakan pakan yang sesuai dengan kebutuhan. Untuk menyediakan kambing sebagai hewan kurban, ia tahu kapan harus memulai memelihara kambing bakalan. Ia juga paham fermentasi pakan, hijauan mana yang mengandung sianida, juga soal biosecurity serta bermacam penyakit yang mengancam kambing beserta solusinya.

Singkat cerita, peternakan kambingnya semakin berkembang hingga ribuan ekor dan mampu memasok kambing ke lembaga amil zakat, panitia hewan kurban maupun ke masyarakat umum. Ia dijuluki sebagai sersan kambing dan sersan berpenghasilan jenderal, akibat kemajuan usahanya yang luar biasa.

Berbagai penghargaan ia terima baik yang tingkat kabupaten, propinsi hingga tingkat nasional. Mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi banyak yang melakukan penelitian dan praktek kerja lapangan di lokasi peternakannya. Peternak dari berbagai penjuru tanah air banyak juga yang berguru kepadanya. Bahkan Presiden SBY pun menyempatkan menyambangi lokasi usahanya setelah mendengar popularitas Bangun Dioro sebagai  anggota TNI yang mampu mengembangkan usaha peternakan kambing.

Di kawasan Bangun Karso Farm berbagai tanaman ia kembangkan untuk kambing dan domba. Ia menaman indigofera, tanaman asal Afrika, untuk kambing perah. Tanaman katuk yang sangat populer di kalangan ibu-ibu yang tengah menyusui, juga ia tanam untuk makanan kambing perah agar air susu kambingnya lebih produktif. Jenis kambing yang ia pelihara juga aneka ragam, ada domba merino, domba garut, domba persilangan, kambing boer, kambing PE dan sebagainya. Ia sangat lihai menjelaskan plus minus memelihara berbagai jenis kambing dan domba.
Dengan pemeliharaannya yang menerapkan ilmu terkini, kambing perah yang ia pelihara mampu berproduksi 7 liter sehari. Ia juga memelihara kambing dengan pakan ramuan khusus dari China sehingga menghasilkan daging kambing rendah kolesterol.

Bangun mengakui, apapun yang ia pikirkan adalah untuk kambing. “Saya mudah sekali mengeluarkan uang puluhan juta rupiah untuk membuat kandang kambing, sedangkan untuk rumah sendiri sangat hitung-hitungan hehehe”, akunya. Begitupun dalam hal kendaraan. Ia memilih membeli mobil bak terbuka agar kemana-mana jika ketemu limbah pertanian yang bisa untuk makanan kambing bisa langsung dibeli dan diangkut.

Hampir segala urusan dikaitkan dengan kambing. Di kesatuannya juga membantu rekan-rekan dari memelihara kambing. Pun kepada masyarakat sekitar, ia membantu warga berupa kambing. Hidupnya demikian menyatu dengan kambing.

“Saya sendiri heran, kalau ada tugas keluar kota, saya telepon ke rumah yang pertama kali ditanyakan ke istri saya adalah gimana kambingnya, bukan menanyakan kabar keluarga, sampai istri saya protes,” tambahnya setengah bercanda,  seraya menambahkan untuk yang satu ini sekarang sudah mulai berlatih menanyakan kabar anak istri.

Bangun Dioro mungkin belum membaca buku The 8th Habits karya Stephen R Covey. Tapi ia sudah melakukan apa yang disampaikan Covey di buku The 8th Habit. Bangun sudah menemukan panggilan jiwanya yaitu  hidup di dunia dengan peran utama dalam pengembangan peternakan kambing.

Covey menuturkan, siapapun boleh saja sukses sampai ke ujung langit, namun jika ia tidak memenuhi panggilan jiwanya, maka dia bukan siapa-siapa. Bangun sudah menjadi “siapa” dengan mengembangkan peternakan kambing dengan berbagai inovasinya. ***

 Catatan: Artikel di atas telah dimuat di Majalah Infovet, Edisi Mei 2013

Masih Tersedia buku kumpulan Artikel Refleksi “Menggali Berlian di Kebun Sendiri”. Pesan ke Gita Pustaka, telp: 021.7884  1279.

RIZQI DAN IKHTIAR


Mungkin kau tak tahu di mana rizqimu. Tapi rizqimu tahu di mana engkau. Dari langit, laut, gunung, dan lembah; Rabb memerintahkannyamenujumu.

Allah berjanji menjamin rizqimu. Maka melalaikan ketaatan padaNya demi mengkhawatirkan apa yang sudah dijaminNya adalah kekeliruan berganda.

Tugas kita bukan mengkhawatirkan rizqi atau bermuluk cita memiliki; melainkan menyiapkan jawaban "Dari Mana" & "Untuk Apa" atas tiap karunia.

Betapa banyak orang bercita menggenggam dunia; dia alpa bahwa hakikat rizqi bukanlah yang tertulis dalam angka; tapi apa yang dinikmatinya.

Betapa banyak orang bekerja membanting tulangnya, memeras keringatnya; demi angka simpanan harta yang mungkin esok pagi ditinggalkannya mati.

Maka amat keliru jika bekerja dimaknai mentawakkalkan rizqi pada perbuatan kita. Bekerja itu bagian dari ibadah. Sedang rizqi itu urusanNya.

Kita bekerja untuk bersyukur, menegakkan taat & berbagi manfaat. Tapi rizqi tak selalu terletak di pekerjaan kita; Allah taruh sekehendakNya.

Bukankah Hajar berlari 7x bolak-balik dari Shafa ke Marwa; tapi Zam-zam justru terbit di kaki bayinya? Ikhtiar itu laku perbuatan. Rizqi itu kejutan.

Ia kejutan tuk disyukuri hamba bertaqwa; datang dari arah tak terduga. Tugasnya cuma menempuh jalan halal; Allah lah yang melimpahkan bekal.

Sekali lagi; yang terpenting di tiap kali kita meminta & Allah memberi karunia; jaga sikap saat menjemputnya & jawab soalanNya, "Buat apa?"

Betapa banyak yang merasa memiliki manisnya dunia; lupa bahwa semua hanya "hak pakai" yang halalnya akan dihisab & haramnya akan di'adzab.

Banyak yang mencampakkan keikhlasan 'amal demi tambahan harta, plus dibumbui kata tuk bantu sesama; lupa 'ibadah apapun semata atas pertolonganNya.

Dengan itu kita mohon petunjuk ke jalan orang nan diberi nikmat ikhlas di dunia & nikmat ridhaNya di akhirat.

Maka segala puji bagi Allah; hanya dengan nikmatNya-lah menjadi sempurna semua kebajikan.

Sumber : Harris Priyadi
 


Sidik Jari Kemenangan






“Setiap orang adalah unik. Setiap orang punya cara tersendiri untuk meraih kemenangan dengan lebih cepat. Cara tersebut mungkin hanya berlaku pada dirinya dan tidak berlaku bagi orang lain. Ya, unik seperti sidik jari. Sebut saja Sidik Jari Kemenangan.”

Kalimat di atas saya kutip dari buku 7 keajaiban Rezeki karya Ippho Santosa. Sidik Jari Kemenangan adalah istilah khas dari Ippho untuk menggambarkan bahwa setiap orang sejatinya memiliki cara sendiri untuk meraih kemenangan. Kita boleh belajar tentang bermacam strategi dan taktik, tapi dalam merealisasikannya bisa berbeda-beda hasilnya. Misalkan anda berada dalam satu kelas training marketing yang diajar oleh suhu marketing Hermawan Kertajaya. Jika dalam satu kelas mempraktekkan ilmu Hermawan sama persis, hasilnya tidaklah akan sama. Anda berguru kepada seorang pengusaha yang mencetak laba miliaran rupiah tiap hari dan langsung mempraktekkannya, apakah hasilnya sama? Tidak juga. Ingat, ada sidik jari kemenangan. Kita perlu melihat pada diri kita, berdasar pengalaman-pengalaman lampau, berdasarkan minat dan bakat kita sehingga dapat menulis kalimat demi kalimat mengenai kehebatan kita untuk meraih kemenangan. Dengan cara ini, anda akan tahu bahwa cara sukses anda berbeda dengan orang lain.

Menurut Ippho, apapun bentuk sidik jari kemenangan anda, dibutuhkan beberapa pendukung untuk dapat meraih keajaiban rezeki. Saya tidak dapat merangkum semua isi buku itu dalam satu halaman artikel ini. Saya akan menyampaikan poin menarik yang sepengetahuan saya belum disampaikan oleh pengarang lainnya.

Yaitu tentang sepasang bidadari. Ippho menyebutkan, ada sepasang bidadari yang akan membantu anda meraih keajaiban dalam hidup. Siapakah dia?

Dikisahkan seorang sahabat ingin membeli satu unit rumah di sebuah kompleks perumahan. “Saya ingin membeli rumah ini untuk investasi, tapi saya juga ingin membiayai ibu saya menjalankan ibadah umrah. Saya jadi bingung ngatur duitnya” kata calon pembeli.

Sang penjual mengatakan, “kalau begitu tunda dulu beli rumahnya, kapan lagi dapat membahagiakan sang ibu kalau bukan sekarang?” (Penjual ini agak aneh, ada pembeli potensial kok malah menyuruh menunda beli rumah hehe).

Singkat cerita pembeli tersebut akhirnya memutuskan akan tetap membiayai umrah sang ibunda tercinta dan tetap berniat membeli rumah. Rupanya si penjual sangat beruntung, menyuruh calon pembeli mendahulukan yang lain malah tetap dapat pembeli.

Kemudian apa yang terjadi? Tidak disangka-sangka, pembeli tadi malah memenangkan salah satu doorprize yang memang disediakan dan diundi untuk setiap pembeli. Anda mau tahu doorprizenya? Satu unit sepeda motor senilai biaya umrah. Luar biasa, yang awalnya mau dapat satu malah dapat semuanya. Begitulah, berbakti pada orang tua tidak akan berakhir dengan sia-sia.

Itu adalah bidadari pertama, yaitu ibu. Pesan utama dari cerita ini, kalau anda serius ingin meraih kemenangan, berbaktilah pada orang tua. Iphho menegaskan, berbakti pada orang tua akan menguak langit dan memanggil rejeki. Doa orang tua membuat rezeki betul-betul tercurah. (Dan hati-hati karena yang sebaliknya juga berlaku, cerita Malin Kundang adalah contohnya). Begitu doa orang tua selaras dengan doa kita, maka energi doa akan berlipat ganda. Orang tua adalah bidadari pertama.

Siapakah bidadari kedua? Tidak lain adalah pasangan kita. Percaya atau tidak, adanya pasangan akan membuat rejeki bertambah. Banyak kaum muda menunda pernikahan karena alasan belum siap secara ekonomi. Mereka mensyaratkan punya rumah sebelum menikah. Setelah punya rumah, ingin punya perangkat rumah sebelum menikah, selanjutnya ingin kendaraan dan seterusnya.

Untuk anda yang belum punya pasangan dan mempertimbangkan kesiapan ekonomi, disarankan untuk segera menikah dalam keadaan ekonomi sulitpun, karena dengan menikah akan terbuka pintu rezeki. Lihat buktinya di kanan kiri anda. Betapa banyak orang yang menunda pernikakan akhirnya malah tidak dapat mengumpulkan uang, sebaliknya yang berani menikah dalam keterbatasan, secara bertahap mereka dapat “memanggil rejeki”. Ini terjadi karena adanya keselarasan impian di dalam pasangan tersebut. keselarasan impian akan diikuti dengan keselarasan doa.

Jika anda sudah punya impian kemenangan, sampaikankah pada sepasang bidadari agar menyelaraskan doa mereka dengan doa anda. Kekuatan doa akan mengalirkan energi kebaikan dan kesuksesan.

Kembali ke sidik jari kemenangan, Ippho Santosa dalam bukunya memberikan halaman kosong yang harus diisi oleh pembaca mengenai sidik jari kemenangan. Setahu saya memang belum ada teknologi yang dapat memotret sidik jari kemenangan setiap individu. Untuk anda yang ingin meraih kemenangan, mulailah menulis keunikan anda, keunggulan anda dan bagaimana cara anda meraih kemenangan yang mungkin berbeda dengan orang-orang di sekitar anda. Selanjutnya sampaikan kepada sepasang bidadari agar keduanya mendukung dan mendoakannya.

Selamat meraih kemenangan.