MUTIARA KEHIDUPAN

header ads

Sikapmu Menentukan Kesuksesanmu

Teruslah belajar, bukan hanya untuk meningkatkan kemampuan teknis, tapi agar bisa memiliki sikap yang lebih baik.

Jalan-jalan di kota Teknologi Shenzen, China

Perjalanan ke kota Teknologi Shenzen, China, 1 Mei 2019 dalam rangka Shenzen International Pet Fair.

Launching buku Menggali Berlian di Surabaya

Buku Menggali Berlian di Kebun Sendiri karya Bambang Suharno diluncurkan di acara Grand City Convex Surabaya, di tengah acara pameran internasional Indolivestock Expo.

Meraih sukses

Jika sukses harus diraih dengan kerja keras banting tulang siang malam, itu namanya sukses dengan mesin manual. Anda perlu belajar meraih sukses dengan mekanisme sukses otomatis (Suksesmatic.com).

Pengalaman Naik Kereta TGV di Perancis

Perjalanan ke Rennes Perancis dalam rangka menghadiri pameran internasional, naik kereta TGV dari Paris ke Rennes.

ALAM SEMESTA MENDUKUNG (Bambang Suharno)

Seorang mahasiswa yang menjadi pendiri dan pembina sebuah Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) di sebuah SMA swasta di Purwokerto Jawa Tengah sedang mengalami ujian berat. Ia bersama anak buahnya sudah terlanjur merencanakan kegiatan besar berupa seminar akbar tentang pangan dan gizi dalam rangka Hari Pendidikan Nasional. Untuk ukuran sebuah sekolah yang baru meluluskan siswa 2 kali, kegiatan itu dianggap terlalu ambisius. Apalagi modal kegiatan ini hanyalah dukungan dari Kepala Sekolah dan siswa anggota KIR tersebut, serta dukungan seorang dokter dan ahli nutrisi yang siap jadi pembicara tanpa perlu dikasih honor. Tak ada dana sepeserpun untuk kegiatan itu.

Ia bersama para siswa menghadap kepala dinas pendidikan, kepala yayasan pemilik sekolah, beberapa perusahaan dan tokoh masyarakat. Namun menjelang jadwal yang ditentukan, hanya 1 perusahaan kecil yang bersedia mendukung pencetakan brosur dan makalah. Sampai 2 minggu menjelang acara, belum ada dukungan yang sesuai harapan. Ada pemikiran untuk dibatalkan saja, tapi kepala sekolah mengatakan, “tidak mungkin, ini kegiatan yang baik, harusnya banyak yang mendukung”.

Suasana benar-benar kritis. Tiba-tiba muncul gagasan mencetak kaos berlogo kelompok ilmiah remaja untuk dijual ke para siswa dan guru. Gagasan ini langsung diimplementasikan. Hasilnya mulai tampak. Hari berikutnya ada kabar dari pengelola gedung pertemuan bahwa usulan menggunakan gedung secara gratis diterima. Pada hari yang sama ada surat tembusan dari Dinas Pendidikan yang mengimbau kepada sekolah di beberapa kabupaten untuk mengirimkan siswanya mengikuti seminar. Dua hari itu panitia sibuk menerima pendaftaran peserta. Keajaiban tiba-tiba muncul.

Hari selanjutnya, diperoleh kabar bahwa ibu-ibu yayasan pemilik sekolah akan menyumbangkan konsumsi untuk semua peserta seminar. Ibu Dharma Wanita dan pengurus Posyandu ikut membantu mengundang anggotanya untuk ikut seminar. Seorang wartawan lokal siap akan membawa teman-temannya untuk ikut meliput kegiatan seminar.

Menakjubkan, acara berjalan sukses, peserta membludak sampai 300an orang. Bahkan kegiatannya dimuat di media terkemuka di Jawa tengah, Yogyakarta,  RRI dan satu majalah nasional. Sungguh aneh, dalam kondisi kritis ada saja jalan keluar. Bukan hanya itu, seminar ini tak hanya mengangkat reputasi SMA, tapi juga anak-anak anggota memiliki kepercayaan diri bersaing dengan SMA negeri. Hasil yang tak kalah menyenangkan, para anggota bersama-sama mengadakan studi tour dengan menggunakan dana hasil seminar itu. Yang lebih menyenangkan lagi adalah bahwa ternyata mahasiswa itu adalah saya sendiri, di tahun 1989.

Ini adalah fenomena Mestakung, kata Yohanes Surya. Mestakung singkatan dari Semesta Mendukung. Menurutnya, dalam kondisi kritis, manusia dapat melakukan banyak hal yang jauh di atas kemampuan normal. Umpamanya, saat dikejar seekor anjing galak, seorang anak dapat lari 2 kali lebih cepat dari biasanya. Seorang ibu bisa memiliki keberanian menerobos kobaran api untuk menyelamatkan anaknya dari kebakaran rumah. Para prajurit Indonesia yang melawan penjajah, mampu berjalan ratusan kilometer dengan kondisi perut lapar.

Sebuah eksperimen fisika menunjukan, pada tekanan sekitar 218 tekanan udara normal dan suhu 374 derajat celcius, air berada pada kondisi kritis. Pada kondisi ini wujud air tidak bisa dibedakan antara cair dan gas. Jika sistem ini diganggu sedikit saja (misal dengan menaikan suhu sedikit saja), secara serentak, seluruh molekul mengatur dirinya merubah wujud air menjadi gas. Mestakung mengubah kondisi kritis, mengubah air menjadi gas dalam seketika. “Dalam fisika kejadian ini disebut fenomena kritis (critical phenomena),” kata Surya. Untuk Anda ketahui, Prof Yohanes Surya adalah ahli fisika yang berhasil membawa pelajar Indonesia juara olimpiade fisika.

Alam semesta, kata Surya, telah didesain oleh Sang Pencipta sedemikian rupa sehingga mampu membantu kita keluar dari kondisi-kondisi kritis. Semesta mempunyai cara-cara yang unik (melalui self organizing atau pengaturan diri) untuk membantu kita melewati masa-masa sulit ini. “Jangan takut dengan keadaan kritis, bahkan untuk mencapai sukses, anda harus berani menciptakan keadaan kritis. Alam semesta selalu mendukung siapapun yang ingin melepaskan diri dari kondisi kritis,”kata Yohanes Surya.

Mestakung terjadi dimana-mana. Pasir mengatur diri ketika dituangkan ke atas lantai. Mula-mula pasir membentuk satu bukit. Tapi ketika bukit pasir mencapai ketinggian tertentu yang kita namakan ketinggian kritis, pasir yang jatuh mulai mengatur diri.
Mereka menempati posisi-posisi sedemikian sehingga kemiringan bukit tetap sama.


Angsa-angsa yang bermigrasi berada pada kondisi kritis (lingkungan tidak sesuai lagi untuk hidup mereka), secara alamiah akan bermestakung. Mereka akan mengatur dirinya, terbang membentuk formasi huruf V. Dalam formasi ini angsa dapat terbang ribuan kilometer tanpa terlalu lelah.

Saya meyakini, para pembaca pasti pernah mengalami kejadian “lolos dari kondisi kritis”. Kejadian ini bisa berupa keberanian menyatakan “tidak” pada orang yang paling ditakuti, keberhasilan menjadi panitia tujuhbelasan, keberanian menghadapi calon mertua, atau apapun, dimana saat itu anda dalam kondisi kritis dan mampu melewatinya dengan sangat baik. Kejadian tersebut sangat pantas menjadi sumber motivasi ketika suatu saat menghadapi hal serupa.



Ketika suatu hari Anda merasa terjepit suatu masalah berat, ingatlah kejadian mestakung masa lalu. Anda akan mendapatkan energi baru untuk bangkit dan sukses. ***
Bambang Suharno

Artikel ini dikutip dari buku "Jangan Pulang Sebelum Menang" karya Bambang Suharno.
bambangsuharno@gmail.com 

APAKAH MENYUSUN ARTIKEL OPINI DAN ILMIAH POPULER MEMBUTUHKAN "ANGLE"?

Sebagaimana sharing saya beberapa waktu lalu, kualitas sebuah berita sangat ditentukan oleh "angle" yang dipilih oleh wartawan. Coba kita perhatikan, jika puluhan wartawan mengikuti konferensi perss, bahan yang diterima untuk menulis begitu banyak. Wartawan bertugas memilih bagian mana layak dipilih sebagai angle berita.

Misalnya di akhir tahun Menteri Pertanian mengadakan konferensi pers untuk menyajikan kinerja selama setahun. Yang muncul di berita media umum, mungkin saja yang ditonjolkan adalah soal impor daging sapi yang melibatkan petinggi PKS. Berita tentang hortikultura, jagung dan padi tidak mendapat sorotan. Angle itu dipilih karena saat itu yang paling menarik untuk disajikan adalah soal daging sapi.

Bagaimana dengan artikel ilmiah populer? Apakah perlu menetapkan angle atau berpatokan pada gaya penulisan ilmiah yang dimulai dengan latar belakang, tujuan, pembahasan dan penutup? Kalau kita lihat ulasan pakar di media masa dalam bentuk ilmiah populer, kita akan melihat bahwa karya ilmiah populer membutuhkan angle yang tajam juga.

Jika anda ingin mengulas tentang bagaimana berbandingan sistem produksi peternakan di Australia dan Indonesia, maka akan menjadi menarik jika diawali dengan cerita singkat tentang kisruh impor daging. Dari situ anda bisa memulai dengan perbandingan sistem budidaya dan juga kebijakan pemerintah dalam mengembagan peternakan sapi. Jika anda langsung pada pendahuluan yang tidak menyinggung kisruh impor daging, pembahasan menjadi kurang menarik.

Begitupun jika anda akan menulis bagaimana sistem penerbangan pesawat yang aman. Lebih menarik jika diawali dengan kasus hilangnya pesawat Malaysia, umpamanya.
Dengan demikian, menulis artikel ilmiah populer tetap perlu memenuhi syarat sebagaimana layaknya berita. Jika anda ingin menulis mengenai Pemilu, saatnyalah sekarang, jangan menunggu orang lain bicara topik yang lain.

Begitulah kira-kira sharing saya mengenai Rahasia Penulis Pemula (RPP). Semoga bermanfaat.
Salam sukses

TENTANG CAPRES JOKOWI; KEPUTUSAN BESAR SELALU ADA PRO KONTRA

Setiap keputusan besar mengundang reaksi pro kontra. Jika anda pemimpin (di level manapun), pasti paham dan merasakan betul pernyataan ini. Pemimpin adalah pengambil keputusan. Pekerjaan pemimpin adalah mengambil keputusan. Jika anda ketua RT, anda perlu mendengar saran warga, saran Lurah, saran ketua RW. lalu ambil keputusan. Setelah itu tunggulah orang yang akan mencemooh anda. Begitulah pemimpin .

Jika anda stress gara-gara dicemooh masyarakat, anda belum siap jadi pemimpin. Hidup ini tinggal pilih, mau bagian yang jadi tukang kritik atau sebagai pelaku sejarah, dengan resiko dikritik tanpa henti .

Satu contoh adalah tentang pencapresan Jokowi. Sebelum Megawati mengeluarkan pernyataan bahwa Jokowi jadi Capres, banyak orang yang berkata "kalau Mega mencalonkan diri, itu namanya tidak tahu diri. Faktanya Jokowi lebih hebat dari Mega".

Setelah mega mengambil keputusan untuk tidak mencapreskan diri dan menunjuk Jokowi sebagai capres, orang yang sama mengatakan," lho jadi Jokowi tidak bertanggungjawab dong, masak DKI baru mulai dibangun langsung ditinggal?"""

Itulah resiko pengambil  keputusan. Kita harus mengambil keputusan. Harus cepat menganalisa dan tajam intusinya.
Soal resiko, mau ambil keputusan  besar, keputusan kecil, semuanya mengandung resiko.
salam hormat

Artikel Motivasi: Tingkat Penerimaan Sukses



Hal terpenting bukanlah apa yang kita harapkan, melainkan apa yang bisa kita terima.
(Adam Khoo dan Stuart Tan)

Jika anda ingin meraih kesukseskan, buatkan impian yang jelas dan sampaikanlah impian itu ke orang lain. Jangan takut untuk bermimpi dan jangan takut dicemooh orang. Silakan anda bercita-cita berpenghasilan setinggi mungkin, bercita-cita keliling dunia bersama keluarga, bercita-cita membangun tempat ibadah dan sekolah gratis. Apapun. Kata Bung Karno, “Gantungkan cita-citamu setinggi bintang di langit”.

Yang perlu diingat, dalam pencapaian atas cita-cita tersebut, ada satu faktor yang sangat penting, yaitu tingkat penerimaan anda.

Dalam buku Master Your Mind Design Your Destiny, Adam Khoo, seorang motivator asal Singapura, menegaskan , hal terpenting adalah bukan yang kita harapkan melainkan apa yang kita bisa terima dalam hidup. Itulah yang disebut “tingkat penerimaan”.

Begini kira-kira penjelasan singkatnya.  Umpamanya Anda memimpikan penghasilan bersih 100  juta per bulan, rumah bagus di tengah kota, mobil mewah dan sejumlah simbol kekayaan lainnya. Akan tetapi dengan latar belakang keluarga dan pengalaman anda selama ini, anda masih bisa menerima pendapatan 3 juta/bulan.  Pendapatan sebesar 3 juta itulah yang disebut tingkat penerimaan anda.

Tingkat penerimaan ini menjadi begitu penting karena faktanya, pada umumnya pendapatan kita berada di sekitar tingkat penerimaan itu. Misalkan suatu saat penghasilan anda kurang dari 2juta, maka pikiran bawah sadar anda akan menyentuh “tombol panik” dan anda akan melakukan berbagai kreativitas agar memperoleh pendapatan di atas “tingkat penerimaan” tadi.

Dari banyak kasus, ternyata kondisi panik ini akan membuat orang lebih kreatif dan berhasil menaikkan pendapatan minimal sesuai tingkat penerimaan.

Bukan hanya soal pendapatan, tingkat penerimaan berlaku dalam banyak hal di kehidupan kita sehari-hari. Anda ingin  mengunjungi 100 negara dalam 10 tahun? Jika keinginan ini hanya sebatas keinginan dan anda merasa tidak apa-apa jika hanya bisa pergi ke kawasan ASEAN, maka tingkat penerimaan ini cenderung akan membuat impian 100 negara hanya tercapai sampai wilayah ASEAN saja.

Nah, di sinilah kita perlu mengkaji ulang, antara cita-cita besar dan tingkat penerimaan. Cita-cita besar dan kerja keras belumlah cukup untuk menghasilkan keberhasilan yang nyata, kalau anda memiliki tingkat penerimaan yang rendah.

Itu sebabnya, tatkala kita memiliki cita-cita yang tinggi, kita perlu menaikan tingkat penerimaan secara bertahap, sehingga secara bertahap target kita akan tercapai. Naikkanlah tingkat penerimaan anda, maka anda akan lebih dekat dengan impian anda.

Proses menaikkan tingkat penerimaan adalah proses yang membutuhkan kemampuan menangani stress. Bukan hanya kerja keras yang anda perlukan. Dibutuhkan langkah inovasi. Jangan lupa anda perlu berdoa meminta jalan terbaik dari-Nya.

Brad Sugar, pebisnis  asal Australia menambahkan saran  yang sangat baik, dan menurut saya bisa mendukung pandangan Adam Khoo. Ia mengatakan, nasib ada 5 tahun lagi tergantung pada apa yang anda pelajari, dengan siapa saja anda berteman/bekonsultasi, dan aksi apa yang anda lakukan sehari-hari. Dapat  dikatakan, jika kita sudah menaikkan tingkat penerimaan, selanjutnya lakukan 3 hal sebagaimana saran  Brad Sugar.

Misalkan anda ingin berkunjung ke 100 negara, anda perlu mempelajari soal travelling, tempat wisata, jasa wisata, harga tiket, harga sewa hotel dan sebagainya. Anda perlu sering bersilaturahmi dengan rekan-rekan yang pernah keliling dunia untuk memotivasi dan mendapat pengetahuan tentang “kiat meraih impian keliling dunia”. Dan anda perlu melakukan aksi mengumpulkan dana untuk meraih impian anda.

 Tingkat penerimaan, adalah pertanda sebuah keharusan, bukan anjuran. Adam Khoo mengatakan, sebagian besar manusia ingin meraih impian tapi jarang yang menganggap sebagai keharusan. Cita-cita itu hanya sebatas sebagai anjuran saja. Jikalau cita-cita hanya berupa anjuran saja, maka anda akan mudah berhenti ketika hambatan menghadang.

Bagaimana dengan Anda?***

Perbedaan Menulis Artikel Media Cetak, Menulis Buku dan Menulis Website

Apa perbedaan menulis artikel di media cetak dengan menulis buku dan menulis di website?
Ada perbedaan khusus yang perlu kita pahami, berikut ini.

1. Artikel media cetak (termasuk liputan) sangat mengandalkan "angle"/sudut pandang. Jika angle-nya tajam, artikel makin bagus. Menulis liputan berita maupun artikel opini, dibatasi oleh halaman media cetak. Umumnya satu artikel hanya sekitar 800 kata. Maka untuk membuat artikel yang bagus tidak mungkin dapat mengungkap semua opini dan informasi yang ada di diri penulis. Itulah sebabnya diperlukan angle artikel.
2. Menulis buku mengandalkan "outline". Ibarat sedang melakukan perjalanan jauh, outline sangat penting sebagai peta yang memberi arah kemana kita mau pergi. Bagi penulis buku, outline sangat penting karena dari outline inilah buku disusun secara bertahap. proses penulisannyapun tidak harus berurutan mulai dari halaman pertama. Kadang bisa dimulai dari bagian tengah atau akhir.
3. Menulis artikel website. Yang utama adalah "keyword"/kata kunci. Kata kunci terkait dengan SEO (search engine optimation). Maka di artikel web, mengulang-ulang kata kunci menjadi penting. sebaliknya dalam menulis di media cetak dan menulis buku, pengulangan kata yang terlalu sering bisa dianggap kurang kreatif mengolah kalimat. Keyword dan SEO adalah bahasa khas di dunia bisnis online. Saya akan membahasnya di lain waktu.