http://www.bambang-suharno.blogspot.com
Sikapmu Menentukan Kesuksesanmu
Teruslah belajar, bukan hanya untuk meningkatkan kemampuan teknis, tapi agar bisa memiliki sikap yang lebih baik.
Jalan-jalan di kota Teknologi Shenzen, China
Perjalanan ke kota Teknologi Shenzen, China, 1 Mei 2019 dalam rangka Shenzen International Pet Fair.
Launching buku Menggali Berlian di Surabaya
Buku Menggali Berlian di Kebun Sendiri karya Bambang Suharno diluncurkan di acara Grand City Convex Surabaya, di tengah acara pameran internasional Indolivestock Expo.
Meraih sukses
Jika sukses harus diraih dengan kerja keras banting tulang siang malam, itu namanya sukses dengan mesin manual. Anda perlu belajar meraih sukses dengan mekanisme sukses otomatis (Suksesmatic.com).
Pengalaman Naik Kereta TGV di Perancis
Perjalanan ke Rennes Perancis dalam rangka menghadiri pameran internasional, naik kereta TGV dari Paris ke Rennes.
Kekuatan Bersyukur
http://www.bambang-suharno.blogspot.com
Belajar Mental Entrepreneur Dari Transmigran
Utara. Mereka berasal dari Pulau Jawa dan Bali, memulai bermukin dan membuka
lahan perkebunan di sana sejak tahun 1983. Sebagai sebuah program besar dari
pemerintah, setiap keluarga petani mendapat jatah 2 Ha lahan dan biaya hidup
untuk 1,5 tahun gratis. Mereka semua juga diberi perlengkapan pertanian dan
paket penyuluhan pertanian. Pendek kata mereka datang dengan modal yang
sama.
Tahun berganti tahun, mereka sudah mulai dapat memanen hasil jerih payahnya
di perkebunan mereka, yakni kebun karet dan sebagian kebun kelapa sawit.
Ada pula tanaman lainnya seperti singkong, nanas dan sebagainya. Ternyata
dengan modal yang sama, perkembangan mereka di kemudian hari sangat
berbeda-beda.
Sekarang, setelah 25 tahun berjalan kekayaan mereka sangat jauh beda. Ada
yang sudah memiliki 10 Ha, ada yang 15 ha, tapi ada juga yang lahannya sudah
habis, yang tersisa hanya rumah dan pekarangan saja. Bagi yang sudah habis
tanahnya, mereka kini bertindak sebagai petani penggarap alias buruh tani.
Kondisi ini menegaskan bahwa modal bukanlah faktor utama untuk kesuksesan
bisnis. Umpamanya saya memberi Anda masing-masing Rp 100 juta untuk modal
usaha, 10 tahun yang akan datang di antara Anda ada yang memiliki 300 juta,
ada yang 400 juta, ada pula yang nol rupiah, bahkan bisa saja ada yang malah
terjerat hutang ratusan juta rupiah.
Dalam kasus petani transmigran yang sekarang hanya sebagai petani penggarap,
mereka pada umumnya mengalami hal demikian akibat cara pengelolaan uangnya
bukan dengan cara entrepreneur.
Orang-orang yang berjiwa entrepreneur selalu berusaha mengeluarkan uang yang
produktif. Mereka berusaha uang yang keluar tidak hilang begitu saja
melainkan menjadi uang kembali dalam jumlah yang lebih banyak. Para petani
transmigran yang sukses, sejak awal pandai berhemat. Berhemat itu bukan
sekedar mengencangkan ikat pinggang melainkan penghematan dalam rangka
meningkatkan produktivitas uang. Jadi ketika mereka panen, sebagian uangnya
segera disisihkan untuk membuat penghasilan baru yang lebih besar.
Sementara itu di tengah masyarakat transmigrasi itu ada pula keluarga yang
ingin cepat menikmati hasil. Begitu mereka panen, segera sepeda motor baru,
perlengkapan rumah tangga yang lebih mewah, baju yang lebih mahal dan
pengeluaran konsumtif lainnya sehingga tak ada sisa dana untuk membuat
kebunnya lebih produktif.
Mereka terbiasa hidup boros. Hasil panen ternyata terasa kurang. Mereka
pinjam uang ke sana-kemari untuk membeli barang mewah. Beberapa tahun
kemudian, ketika kebutuhan hidup semakin tinggi, sementara hutang makin
menumpuk, apa boleh buat kebun sebagai aset yang harus dikembangkan, malah
harus dijual.
Ini seperti kisah angsa bertelur emas. Alkisah, di sebuah desa ada petani
yang kara raya. Ia kaya karena memiliki angsa bertelur emas. Setiap angsanya
bertelur, kehidupannya bertambah mewah dan konsumtif, apapun yang bisa
dibeli langsung dibeli. Dengan memiliki angsa bertelur emas, dia berani
pinjam duit karena dapat dikembalikan dengan menjual telur emas.
Lambat laun hutang makin tak terkendali, dan makin banyak debt colector
mendatangi rumahnya. Akibatnya ia minta kepada angsa agar dapat bertelur
emas sehari dua kali. Tentu saja tidak bisa. Akhirnya karena ia tidak dapat
memperoleh telur emas, ia memutuskan menyembelih angsa tadi dan membedah
perutnya dengan harapan sudah ada telur di perut sana. Ia tidak menemukan
telur, melainkan angsa mati yang tak dapat bertelur lagi.
Hal yang senada terjadi pada transmigran di Lampung yang saya kunjungi.
Mereka yang tidak dapat mengendalikan uang, menjadi boros dan lambat laun
hutangnya (hutang konsumtif) semakin menumpuk. Mereka kehabisan akal hingga
kemudian memutuskan untuk menjual perkebunannya yang selama ini bertindak
sebagai angsa bertelur emas.
Ujian mental seorang entrepreneur adalah ketika ia mulai mendapatkan uang.
Apakah tetap konsisten membuat uang lebih produktif atau langsung tergoda
untuk membelanjakan uangnya sebagai uang konsumtif.
Bila anda ingin lulus dari "ujian mendapatkan uang", segeralah ingat petuah
ini; seorang entrepreneur selalu berusaha untuk produktif, yaitu
mengeluarkan uang untuk menjadi uang yang lebih banyak. Dan jangan lupa
sedekah, sebagai pembuka pintu rejeki yang halal dan barokah.
Sukses untuk anda.****
Pelajaran dari Coca-Cola; Botolkan Saja
KEBERUNTUNGAN SEORANG PETANI MISKIN
Ada seorang petani miskin memiliki seekor kuda putih yang sangat cantik dan gagah. Suatu hari, seorang saudagar kaya ingin membeli kuda itu dan menawarkan harga yang sangat tinggi. Sayang si petani miskin itu tidak menjualnya. Teman-temannya menyayangkan dan mengejek dia karena tidak menjual kudanya itu.
Keesokan harinya, kuda itu hilang dari kandangnya. Maka teman-temannya berkata,”sungguh jelek nasibmu, padahal kalo kemarin dijual kamu kaya, sekarang kudamu sudah hilang”. Si petani miskin hanya diam saja.
Beberapa hari kemudian, kuda si petani kembali bersama 5 ekor kuda lainnya. Lalu teman-teman nya berkata, “wah beruntung sekali nasibmu, ternyata kudamu membawa keberuntungan”. Si petani hanya diam saja.
Beberapa hari kemudian, anak si petani yang sedang melatih kuda-kuda baru mereka terjatuh dan kakinya patah. Teman-temannya berkata,”rupanya kuda-kuda itu membawa sial, lihat sekarang anakmu kakinya patah”. Si petani tetap diam tanpa komentar.
Seminggu kemudian terjadi peperangan di wilayah itu, semua anak muda di desa dipaksa untuk berperang, kecuali si anak petani karena tidak bisa berjalan. Teman-temannya mendatangi si petani sambil menangis,” beruntung sekali nasibmu karena anakmu tidak ikut berperang, kami harus kehilangan anak-anak kami.
Si petani kemudian berkomentar,”Janganlah terlalu cepat membuat kesimpulan dengan mengatakan nasib baik atau jelek, semuanya adalah suatu rangkaian proses. Syukuri dan terima keadaan yg terjadi saat ini, apa yang kelihatan baik hari ini belum tentu baik untuk hari esok. Apa yang buruk hari ini belum tentu buruk untuk hari esok. Tetapi yg PASTI : Tuhan paling tahu yg terbaik buat kita.. Bagian kita adalah "Mengucap syukurlah dalam segala hal"...
(By Bambang Suharno, sumber dari sebuah milis)
Farrah Gray - Milyarder Termuda Sejak Umur 14 Tahun
Tapi, mungkin lebih tepat lagi kalau disebut “ngebut”, karena ia benar-benar mencapai impiannya dengan usahanya sendiri, dan tentunya dukungan dari keluarga dan rekan-rekannya. Gray ialah seorang anak muda yang begitu menginspirasi banyak orang. Dahulu, pria kelahiran tahun 1984 ini tinggal bersama keluarganya di sebuah apartemen kelas bawah, yang toiletnya sering macet dan banyak dihuni kecoak. Rasa sayangnya terhadap keluarga membuatnya ingin memberi yang terbaik bagi mereka, seperti apa yang sering ia lihat di layar televisi.
Pikiran Farrah Gray yang sudah begitu berpandangan ke depan membuatnya berkeputusan untuk mencari uang dengan cara berjualan ketika berusia 6 tahun. Apa yang ia jual waktu itu pun cukup sederhana, yaitu batu yang ia lukis sendiri sebagai ganjalan pintu. Ia berjualan keliling dari rumah ke rumah, dan bahkan membuat kartu namanya sendiri. Di dalam kartu nama tersebut, ia menyebut dirinya sebagai “CEO Abad 21”.
Suatu saat, ia memberi kartu namanya pada seseorang yang bernama Roy Tauer. Tentu saja ia terkesan dengan kartu nama bertuliskan “CEO Abad 21” yang dimiliki oleh seorang anak yang berusia sekitar 8 tahunan waktu itu. Tauer kemudian melihat adanya ambisi entrepreneurship dalam diri Gray, sehingga ia mengajaknya mendirikan sebuah klub bisnis yang diberi nama U.N.E.E.C ( dibaca Unique, singkatan dari Urban Neighborhood Economic Enterprise Club). Klub itu sendiri adalah sebuah organisasi yang mendorong anak-anak muda menjadi pengusaha.
Perjalanan bisnis Farrah Gray terus saja mengalir, dan bahkan Gray berhasil memiliki kantor di Wall Street, sehingga ia menjadi orang termuda di sana!
Di usianya yang ke-11, Farrah Gray kemudian mendapat wawancaranya yang pertama di KVBC Channel 3. Tiga tahun kemudian, di usianya yang ke-14, Gray secara resmi berhasil menjadi seorang milyarder muda dari penjualan yang menembus $1.5 juta dolar dari perusahaan Farr-Out Food miliknya. Kerajaan bisnisnya bertambah lagi ketika ia mengakuisisi majalah Innercity di usia 19 tahun.
Berkat kiprah Farrah Gray dalam bidang bisnis dan juga kepemimpinan & integritasnya, ia mendapat gelar Doktor kehormatan dari Allen University. Buku-buku yang ditulisnya pun laris manis, dan buku yang melambungkan namanya yang berjudul Reallionaire telah dipuji berbagai kalangan, termasuk mantan presiden A.S. Bill Clinton serta pengarang Chicken Soup For The Soul, Jack Canfield dan Mark V. Hansen.
Dengan berbagai prestasinya yang luar biasa dan usianya yang masih muda itu, Gray tentunya masih memiliki banyak cita-cita. Gray mengatakan bahwa tujuan hidupnya adalah untuk terus tumbuh, berkembang, dan memberi sumbangan atau kontribusi pada masyarakat. Jiwa sosialnya ini telah ia buktikan dengan berdirinya Farrah Gray Foundation, sebuah yayasan yang fokus pada pendidikan entrepreneurship bagi anak muda, di mana ia menyumbangkan honornya sebagai seorang pembicara.
Farrah Gray adalah seorang pemuda yang dinamis dan optimis, yang senantiasa percaya akan kata-kata neneknya yang berbunyi:
“’If better is possible, than good is just not enough.” (Jika kita bisa melakukan yang lebih baik, maka bagus saja belum cukup.)