Tahun 1869 , seorang
pria Amerika yang menjabat sebagai pembantu di kedutaan Amerika Serikat di
Jepang berjalan-jalan menikmati pemandangan indah di kota Yokohama. Saat itu ia
berpikir bagaimana caranya agar istrinya yang kakinya lumpuh bisa ikut jalan-jalan
menikmati pemandangan. Setelah
merenungkan idenya, ia menemukan gagasan untuk membuat kendaraan yang tidak
perlu ditarik pakai kuda karena hanya untuk satu penumpang saja.
Untuk menuangkan
gagasannya, ia mulai menggambarkereta kecil tanpa atap di atas secarik kertas.
Kereta itu berjalan dengan dua roda dan cukup ditarik manusia, tidak perlu kuda
sebagaimana kereta yang ada pada saat itu. Gagasan itu kemudian menjadi
kenyataan. Orang Jepang menyebut kendaraan ini jinrikisha. Seiring berjalannya waktu, jinrikisha menarik perhatian
masyarakat Jepang, khususnya para bangsawan. Para penarik jinrikisha diberi upah
setiap minggu atas jasanya menarik kendaraan ini untuk keuarga bangsawan dan
orang berada yang membutuhkan jasa “jalan-jalan” menikmati pemandangan.
Di kemudian hari
kendaraan ini populer di berbagai negara setelah mengalami berbagai
penyempurnaan. Semula dua roda menjadi roda tiga. Yang semula ditarik
manusia, menjadi dikayuh dua kaki manusia .
Kendaraan ini di Indonesia dikenal dengan nama becak.
Coba kita perhatikan.
Bermula dari sebuah masalah, kemudian timbul gagasan menciptakan sesuatu yang
bermanfaat bagi istrinya, berikutnya berkembang menjadi “bermanfaat bagi banyak
orang”. Gagasan bisa muncul atas masalah
yang dihadapi seseorang. Solusinya untuk
seseorang, kemudian bisa berkembang menjadi “bermanfaat bagi masyarakat”. Pencipta becak semula pasti
tidak mengira bahwa gagasan sebuah kendaraan untuk istrinya itu di kemudian
hari menjadi kendaraan yang dipakai oleh jutaan orang di berbagai negara, dan
mampu menjadi sumber penghasilan bagi tukang becak.
Apapun masalah yang
kita hadapi, bukanlah sebuah alasan untuk banyak mengeluh. Soal jalan macet,
sampah berserakan, banjir, panas terik, udara kotor, itu semua bukan alasan
bagi siapapun untukberdiam diri dan menyalahkan situasi. Anda tahu apa yang terjadi di dalam
situasi macet di pagi dan sore hari di Ibu Kota? Di saat itulah para pengendara
mobil mendengarkan radio kesayangannya. Jumlah pendengar radio dari kalangan kelas
menengah melonjak di saat jalanan macet. Itu artinya harga iklan radio pada jam
macet menjadi lebih tinggi dibanding jam lainnya. Dalam bisnis periklanan
dikenal sebagai “prime time” yang nilainya jauh di atas waktu normal.
Kemacetan adalah
masalah. Acara radio adalah salah satu
cara untuk mengusir kepenatan di tengah kemacetan. Dampaknya adalah harga iklan menjadi lebih
tinggi. Begitulah salah satu cara menyikapi masalah. Pasti kemacetan bukan hanya acara radio
sebagai “pelariannya”. Ada sumber lain untuk mengatasinya, yakni teknologi internet. Jalanan macet telah membuat
pemborosan luar biasa di jalan. Betapa banyak bahan bakar terbuang percuma
gara-gara macet. Daripada menghabiskan banyak waktu untuk macet, mulai
saja dibuat cara agar orang bisa berbelanja melalui internet. Jangkaun pasarnya
telah melampaui prediksi masyarakat. Bukan hanya untuk orang yang malas keluar
karena macet, tapi juga untuk masyarakat yang jauh. Internet marketing telah menjangkau lintas
negara. Kini kita bisa membeli banyak barang dan jasa di internet tanpa harus bertemu
dengan si penjual.
Kini kita menghadapi
masalah sumber bahan bakar yang kian menipis di perut bumi. Jika 10 tahun lagi minyak bumi benar-benar
habis, apakah kita tidak bisa mengisi bensin lagi? Tak usah khawatir, telah
banyak penelitian tentang pengganti bahan bakar minyak. Saat ini bukan hanya
gas sebagai alternatifnya, tapi juga energi matahari, angin, ombak dan
sebagainya. Bahkan guru biologi SMA saya di tahu 1980an pernah mengatakan, bisa
saja kelak mobil tidak usah diisi bensin tapi diisi gula atau beras. Itu kan
bahan bakar. Kenapa tidak?
Saat ini para ahli
sedang berlomba-lomba membuat batere yang dapat menyimpan energi yang besar dan
tahan lama. Jika ini sudah berhasil, kita tidak hanya mengisi (charge) batere telepon seluler saja,
tapi juga batere kendaraan, dan batere seisi rumah. Kelak kita di negara tropis
tinggal menyerap energi matahari disimpan untuk diubah menjadi listrik dan energi
untuk kendaraan.
Masalah kita begitu
banyak, ada korupsi yang sangat mengganggu jalannya pembangunan, sekolah mahal,
pemanasan global, sampah yang menumpuk dimana-mana, transportasi mahal.
Stop mengeluh! Mari kita belajar dari si pencipta becak.
Selamat berkarya.***
Bambang Suharno
Artikel ini telah dimuat di majalah Info Akuakultur Edisi Agustus 2015
0 Comments:
Posting Komentar