Jika kita ingin merubah nasib, maka perlu dimulai dengan merubah
kebiasaan, karena kebiasaan adalah modal keberhasilan. Demikian pesan utama dalam
buku “7 Habits of Highly Effective People”
karya Stephen R Covey yang pernah saya ulas di artikel Refleksi bulan Maret 2013
Beberapa tahun setelah buku tersebut terbit, Stephen mengatakan, dalam
hidup ini, efektif saja rupanya tidak cukup. Ada satu hal yang luar biasa dalam
hidup ini yang akan menembus efektivitas seseorang, yaitu voice (suara hati, panggilan jiwa). Ia menyebut ini sebagai
kebiasaan ke delapan.
Stephen kemudian menulis buku berjudul The 8th Habits, kebiasaan ke delapan, sebagai penjelas pandangannya
mengenai suara hati. Dikatakan, kebiasaan ke delapan dapat melampuai efektivitas,
menggapai keagungan dalam hidup.
Beberapa waktu lalu saya bertemu dengan Bangun Dioro, pemilik Bangun
Karso Farm di daerah Cijeruk, Bogor. Ia adalah seorang anggota TNI berpangkat Sersan
yang mampu memanfaatkan waktu senggangnya untuk mengembangkan peternakan
kambing dan domba di kawasan seluas lebih dari 10 hektar dengan memberdayakan
masyarakat sekitar.
Di masa kecilnya ia adalah pemelihara kambing di kampung halamannya di
Jawa Tengah. Semenjak tinggal di Bogor
dan menjadi anggota TNI, kemampuan beternak kambing ia asah dengan melakukan
magang di Balai Penelitian Ternak (Balitnak) Ciawi. Setelah mulai mempraktekkan
ilmunya, usaha peternakan kambing jauh lebih bagus dibanding waktu ia
memelihara kambing di kampungnya. Ia makin paham bedanya kebutuhan nutrisi
kambing perah, kambing pedaging dan domba, sehingga ia dapat menyediakan pakan
yang sesuai dengan kebutuhan. Untuk menyediakan kambing sebagai hewan kurban,
ia tahu kapan harus memulai memelihara kambing bakalan. Ia juga paham fermentasi
pakan, hijauan mana yang mengandung sianida, juga soal biosecurity serta
bermacam penyakit yang mengancam kambing beserta solusinya.
Singkat cerita, peternakan kambingnya semakin berkembang hingga ribuan
ekor dan mampu memasok kambing ke lembaga amil zakat, panitia hewan kurban
maupun ke masyarakat umum. Ia dijuluki sebagai sersan kambing dan sersan
berpenghasilan jenderal, akibat kemajuan usahanya yang luar biasa.
Berbagai penghargaan ia terima baik yang tingkat kabupaten, propinsi
hingga tingkat nasional. Mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi banyak yang
melakukan penelitian dan praktek kerja lapangan di lokasi peternakannya.
Peternak dari berbagai penjuru tanah air banyak juga yang berguru kepadanya.
Bahkan Presiden SBY pun menyempatkan menyambangi lokasi usahanya setelah
mendengar popularitas Bangun Dioro sebagai anggota TNI yang mampu mengembangkan usaha peternakan
kambing.
Di kawasan Bangun Karso Farm berbagai tanaman ia kembangkan untuk
kambing dan domba. Ia menaman indigofera, tanaman asal Afrika, untuk kambing
perah. Tanaman katuk yang sangat populer di kalangan ibu-ibu yang tengah
menyusui, juga ia tanam untuk makanan kambing perah agar air susu kambingnya
lebih produktif. Jenis kambing yang ia pelihara juga aneka ragam, ada domba
merino, domba garut, domba persilangan, kambing boer, kambing PE dan
sebagainya. Ia sangat lihai menjelaskan plus minus memelihara berbagai jenis
kambing dan domba.
Dengan pemeliharaannya yang menerapkan ilmu terkini, kambing perah yang
ia pelihara mampu berproduksi 7 liter sehari. Ia juga memelihara kambing dengan
pakan ramuan khusus dari China sehingga menghasilkan daging kambing rendah
kolesterol.
Bangun mengakui, apapun yang ia pikirkan adalah untuk kambing. “Saya
mudah sekali mengeluarkan uang puluhan juta rupiah untuk membuat kandang kambing,
sedangkan untuk rumah sendiri sangat hitung-hitungan hehehe”, akunya. Begitupun
dalam hal kendaraan. Ia memilih membeli mobil bak terbuka agar kemana-mana jika
ketemu limbah pertanian yang bisa untuk makanan kambing bisa langsung dibeli
dan diangkut.
Hampir segala urusan dikaitkan dengan kambing. Di kesatuannya juga
membantu rekan-rekan dari memelihara kambing. Pun kepada masyarakat sekitar, ia
membantu warga berupa kambing. Hidupnya demikian menyatu dengan kambing.
“Saya sendiri heran, kalau ada tugas keluar kota, saya telepon ke rumah
yang pertama kali ditanyakan ke istri saya adalah gimana kambingnya, bukan menanyakan kabar keluarga, sampai istri
saya protes,” tambahnya setengah bercanda, seraya menambahkan untuk yang satu ini
sekarang sudah mulai berlatih menanyakan kabar anak istri.
Bangun Dioro mungkin belum membaca buku The 8th Habits karya Stephen R Covey. Tapi ia sudah
melakukan apa yang disampaikan Covey di buku The 8th Habit. Bangun sudah menemukan
panggilan jiwanya yaitu hidup di dunia
dengan peran utama dalam pengembangan peternakan kambing.
Covey menuturkan, siapapun boleh saja sukses sampai ke ujung langit,
namun jika ia tidak memenuhi panggilan jiwanya, maka dia bukan siapa-siapa.
Bangun sudah menjadi “siapa” dengan mengembangkan peternakan kambing dengan
berbagai inovasinya. ***
Catatan: Artikel di atas telah dimuat di Majalah Infovet, Edisi Mei 2013