MUTIARA KEHIDUPAN

header ads

Sikapmu Menentukan Kesuksesanmu

Teruslah belajar, bukan hanya untuk meningkatkan kemampuan teknis, tapi agar bisa memiliki sikap yang lebih baik.

Jalan-jalan di kota Teknologi Shenzen, China

Perjalanan ke kota Teknologi Shenzen, China, 1 Mei 2019 dalam rangka Shenzen International Pet Fair.

Launching buku Menggali Berlian di Surabaya

Buku Menggali Berlian di Kebun Sendiri karya Bambang Suharno diluncurkan di acara Grand City Convex Surabaya, di tengah acara pameran internasional Indolivestock Expo.

Meraih sukses

Jika sukses harus diraih dengan kerja keras banting tulang siang malam, itu namanya sukses dengan mesin manual. Anda perlu belajar meraih sukses dengan mekanisme sukses otomatis (Suksesmatic.com).

Pengalaman Naik Kereta TGV di Perancis

Perjalanan ke Rennes Perancis dalam rangka menghadiri pameran internasional, naik kereta TGV dari Paris ke Rennes.

Pelajaran dari Coca-Cola; Botolkan Saja



Tahun 2003 lalu saya berkesempatan untuk berkunjung ke kota Atlanta, Negara Bagian Georgia, Amerika Serikat, untuk mengikuti seminar dan melihat sebuah pameran bisnis perunggasan terbesar di dunia, International Poultry Expo (IPE). Lokasi pameran sangat strategis, yakni di Georgia World Conggres Center (GWCC). Tidak jauh dari sana, ada kantor pusat studio televisi CNN dan kantor pusat perusahaan  minuman ringan terbesar di dunia, Coca-cola. 

Sayang sekali, karena padatnya acara di pameran dan seminar saya tidak sempat melihat lebih jauh kantor pusat Coca-cola yang sebenarnya sangat menarik perhatian saya. Sebelumnya saya sudah mencari informasi perihal minuman botol yang paling merajai dunia itu. Saya ingat, sebuah survey yang menyatakan ada satu merek yang paling dikenal seluruh penduduk bumi ini adalah Coca-cola. Dari New York hingga pedalaman Afrika hampir semuanya mengenal merek tadi.

Coca-Cola didirikan oleh Candler yang semula adalah pemilik sebuah toko kimia yang tidak begitu terkenal. Pada awalnya minuman Coca-cola dijual dalam sebuah kedai minuman, semacam warkop di negeri kita. Para penggemar Coca-cola dimanapun, bila ingin menikmati minuman Coca-cola harus datang ke kedai, cukup dengan mengeluarkan kocek 5 sen dolar. Ramuannya adalah coke dicampur soda, yang membuat tubuh terasa segar.

Coca-cola berhasil merebut hati konsumen di wilayah Atlanta. Hampir setiap toko kimia di kota itu memiliki kedai soda yang menjual minuman Coca-cola. Lantas pada tahun 1888, Candler mendapatkan hak paten atas karyanya tersebut.

Perjalanan sukses Candler tidak berhenti sampai di sini. Dikisahkan, pada suatu hari seorang kawan Candler datang ke kantornya dan menawarkan sebuah rahasia penting yang bisa membuat Coca-cola menyebar ke seantero dunia. Untuk mengungkap rahasia tersebut, teman Candler meminta bayaran yang tidak kecil untuk ukuran dia.

Setelah berdiskusi cukup alot, akhirnya Candler bersedia menandatangi cek pembayaran atas informasi dari sang kawan tadi. Dengan gembira, sang kawan menerima cek tersebut. Kemudian ia mendekatkan wajahnya ke telinga Candler membisikkan dua kata yang di kemudian hari merubah perusahaan coca cola yang semula perusahaan lokal menjadi perusahaan yang mendunia.

Dua kata tersebut adalah ”Botolkan saja!”.  

”Ya, botolkan saja. Hanya itu!” kata kawannya. Candler terkesima. Kepalang sudah mengeluarkan uang yang banyak,  Candler menuruti apa yang disarankan kawannya tadi. Selanjutnya anda tahu sendiri bagaimana suksesnya minuman ini di berbagai belahan bumi.

Sebelum coca-cola dijual botolan, orang yang mau menikmati Coca-cola harus berkunjung ke kedai.  Sama seperti kita berkunjung ke warung makan, minta kopi atau teh manis hangat. Kita nunggu dan datanglah pesanan kita.

Dengan sistem penjualan melalui warung atau kedai, pertumbuhan bisnis Coca-cola hanya berkembang di wilayah kota Atlanta dan sekitarnya saja.  Untuk merambah ke kota lain, dibutuhkan survey lokasi, survey konsumen, modal untuk sewa tempat dan sebagainya. Setelah minuman ini disajikan dalam botol, konsumen dimanapun di dunia bisa menikmati coca cola, tanpa harus datang ke kantin atau warung makan. Ambil botol, langsung nikmati.

Proses ini kata Burke Hedges dalam buku Copycat Marketing disebut sebagai efisiensi yang sebenar-benarnya. Padanan dari kata efisiensi adalah leverage yang berasal dari Bahasa Perancis yang artinya menjadikan lebih ringan. Perubahan penjualan coca cola dari bentuk kedai menjadi bentuk botol adalah sebuah efisiensi. Pengembangan coca cola menjadi jauh lebih ringan dengan model pembotolan, dibanding dengan membangun kedai di berbagai penjuru.

Teknologi telah begitu banyak membuat banyak hal lebih efisien. Contoh yang paling sederhana dan telah diajarkan siswa Sekolah Dasar adalah alat ungkit. Bila kita akan mengganti ban mobil, berapakah waktu dan orang yang bisa mengangkat mobil dan mengganti ban? Tiga orang? Mungkin lebih. Dengan alat ungkit alias dongkrak, cukup satu orang bisa mengganti ban mobil.

Efisiensi bukan saja karena semata-mata teknologi seperti alat ungkit, dapat pula dalam bentuk gagasan radikal untuk merubah pola kerja, seperti halnya yang terjadi di Coca-cola.

Alkisah, di sebuah gedung perkantoran, banyak keluhan terhadap lamanya waktu menunggu lift. Manajemen gedung berusaha menambah lift baru, tapi komplain tentang hal itu tetap bermunculan. Kemudian muncullah satu ide yang mudah dan sangat murah untuk dilaksanakan, yaitu memasang cermin di lift. Setelah ada cermin di pintu lift, pengunjung maupun karyawan di gedung tersebut tidak merasa menunggu terlalu lama antrian lift, karena asyik bercermin. Ini benar-benar cara menangani komplain yang sangat efisien.

Dalam hal pengalaman coca-cola tadi, proses merubah sajian coca-cola dari bentuk konvensional menjadi bentuk botol tidaklah sesederhana cerita tadi. Di balik kisah sukses itu pasti ada tantangan, bagaimana merubah pola manajemen dari sistem penjualan eceran menjadi penjualan masal dan dari manajemen warung menjadi manajemen korporasi.

Itu sebabnya gagasan merubah sesuatu perlu dibarengi dengan sistem yang mendukung. Setiap perubahan membutuhkan mental untuk siap berubah ke arah yang lebih baik. Bagi saya, Candler bukan hanya berhasil ”membotolkan saja”, melainkan sukses untuk membuat semua karyawan Coca-cola untuk bersama-sama berubah dalam mengelola perusahaan.

“Botolkan saja” adalah awal dari sebuah perubahan, selanjutnya perubahan terus terjadi di segala lini perusahaan. Hal senada sering terjadi di perusahaan ketika ada keputusan baru, pemimpin baru, pabrik baru dan hal-hal baru lain yang menuntut perubahan di semua bagian. 
(dari buku: Jangan Pulang Sebelum Menang. www.bambang-suharno.blogspot.com)











Sudahkah anda mengalaminya?

KEBERUNTUNGAN SEORANG PETANI MISKIN

 

Ada seorang petani miskin memiliki seekor kuda putih yang sangat cantik dan gagah. Suatu hari, seorang saudagar kaya ingin membeli kuda itu dan menawarkan harga yang sangat tinggi. Sayang si petani miskin itu tidak menjualnya. Teman-temannya menyayangkan dan mengejek dia karena tidak menjual kudanya itu.

 

Keesokan harinya, kuda itu hilang dari kandangnya. Maka teman-temannya berkata,”sungguh jelek nasibmu, padahal kalo kemarin dijual kamu kaya, sekarang kudamu sudah hilang”. Si petani miskin hanya diam saja.

 

Beberapa hari kemudian, kuda si petani kembali bersama 5 ekor kuda lainnya. Lalu teman-teman nya berkata, “wah beruntung sekali nasibmu, ternyata kudamu membawa keberuntungan”. Si petani hanya diam saja.

 

Beberapa hari kemudian, anak si petani yang sedang melatih kuda-kuda baru mereka terjatuh dan kakinya patah. Teman-temannya berkata,”rupanya kuda-kuda itu membawa sial, lihat sekarang anakmu kakinya patah”. Si petani tetap diam tanpa komentar.

 

Seminggu kemudian terjadi peperangan di wilayah itu, semua anak muda di desa dipaksa untuk berperang, kecuali si anak petani karena tidak bisa berjalan. Teman-temannya mendatangi si petani sambil menangis,” beruntung sekali nasibmu karena anakmu tidak ikut berperang, kami harus kehilangan anak-anak kami.

 

Si petani kemudian berkomentar,”Janganlah terlalu cepat membuat kesimpulan dengan mengatakan nasib baik atau jelek, semuanya adalah suatu rangkaian proses. Syukuri dan terima keadaan yg terjadi saat ini, apa yang kelihatan baik hari ini belum tentu baik untuk hari esok. Apa yang buruk hari ini belum tentu buruk untuk hari esok. Tetapi yg PASTI : Tuhan paling tahu yg terbaik buat kita.. Bagian kita adalah "Mengucap syukurlah dalam segala hal"...

(By Bambang Suharno, sumber dari sebuah milis)

 

Farrah Gray - Milyarder Termuda Sejak Umur 14 Tahun

Farrah Gray adalah seorang anak yang berasal dari kalangan minoritas di Amerika, dan sekarang pun ia masih menjadi bagian dari kalangan minoritas. Bedanya, kalau dahulu Gray adalah seorang keturunan Afrika-Amerika miskin, yang merupakan minoritas di Amerika, maka sekarang ia telah menjelma menjadi milyarder muda, yang juga merupakan minoritas di dunia ini, karena ia telah menjadi bagian dari 1% penduduk dunia yang menguasai peredaran uang. Perjalanan Gray menuju kesuksesan bisa dibilang begitu “instant”.



Tapi, mungkin lebih tepat lagi kalau disebut “ngebut”, karena ia benar-benar mencapai impiannya dengan usahanya sendiri, dan tentunya dukungan dari keluarga dan rekan-rekannya. Gray ialah seorang anak muda yang begitu menginspirasi banyak orang. Dahulu, pria kelahiran tahun 1984 ini tinggal bersama keluarganya di sebuah apartemen kelas bawah, yang toiletnya sering macet dan banyak dihuni kecoak. Rasa sayangnya terhadap keluarga membuatnya ingin memberi yang terbaik bagi mereka, seperti apa yang sering ia lihat di layar televisi.

Pikiran Farrah Gray yang sudah begitu berpandangan ke depan membuatnya berkeputusan untuk mencari uang dengan cara berjualan ketika berusia 6 tahun. Apa yang ia jual waktu itu pun cukup sederhana, yaitu batu yang ia lukis sendiri sebagai ganjalan pintu. Ia berjualan keliling dari rumah ke rumah, dan bahkan membuat kartu namanya sendiri. Di dalam kartu nama tersebut, ia menyebut dirinya sebagai “CEO Abad 21”.

Suatu saat, ia memberi kartu namanya pada seseorang yang bernama Roy Tauer. Tentu saja ia terkesan dengan kartu nama bertuliskan “CEO Abad 21” yang dimiliki oleh seorang anak yang berusia sekitar 8 tahunan waktu itu. Tauer kemudian melihat adanya ambisi entrepreneurship dalam diri Gray, sehingga ia mengajaknya mendirikan sebuah klub bisnis yang diberi nama U.N.E.E.C ( dibaca Unique, singkatan dari Urban Neighborhood Economic Enterprise Club). Klub itu sendiri adalah sebuah organisasi yang mendorong anak-anak muda menjadi pengusaha.

Perjalanan bisnis Farrah Gray terus saja mengalir, dan bahkan Gray berhasil memiliki kantor di Wall Street, sehingga ia menjadi orang termuda di sana!

Di usianya yang ke-11, Farrah Gray kemudian mendapat wawancaranya yang pertama di KVBC Channel 3. Tiga tahun kemudian, di usianya yang ke-14, Gray secara resmi berhasil menjadi seorang milyarder muda dari penjualan yang menembus $1.5 juta dolar dari perusahaan Farr-Out Food miliknya. Kerajaan bisnisnya bertambah lagi ketika ia mengakuisisi majalah Innercity di usia 19 tahun.

Berkat kiprah Farrah Gray dalam bidang bisnis dan juga kepemimpinan & integritasnya, ia mendapat gelar Doktor kehormatan dari Allen University. Buku-buku yang ditulisnya pun laris manis, dan buku yang melambungkan namanya yang berjudul Reallionaire telah dipuji berbagai kalangan, termasuk mantan presiden A.S. Bill Clinton serta pengarang Chicken Soup For The Soul, Jack Canfield dan Mark V. Hansen.

Dengan berbagai prestasinya yang luar biasa dan usianya yang masih muda itu, Gray tentunya masih memiliki banyak cita-cita. Gray mengatakan bahwa tujuan hidupnya adalah untuk terus tumbuh, berkembang, dan memberi sumbangan atau kontribusi pada masyarakat. Jiwa sosialnya ini telah ia buktikan dengan berdirinya Farrah Gray Foundation, sebuah yayasan yang fokus pada pendidikan entrepreneurship bagi anak muda, di mana ia menyumbangkan honornya sebagai seorang pembicara.

Farrah Gray adalah seorang pemuda yang dinamis dan optimis, yang senantiasa percaya akan kata-kata neneknya yang berbunyi:

“’If better is possible, than good is just not enough.(Jika kita bisa melakukan yang lebih baik, maka bagus saja belum cukup.)
 
sumber: kolom-biografi.blogspot.com

KEKAYAAN BERNAMA KESALAHAN


Saat artikel ini disusun, Ujian Nasional tengah berlangsung, para pelajar sedang melakukan upaya amat sangat serius untuk menghindari kesalahan dalam menjawab soal ujian. Sekalipun demikian sangat jarang seorang siswa dapat memperoleh angka 100 alias betul 100%. Penyebabnya bisa karena memang tidak tahu sama sekali jawabannya. Bisa juga sudah pernah tahu tapi lupa. Kadang juga  menemukan soal yang baru tadi pagi dipelajari dan ketika menemukan soal serupa di ujian, langsung lupa. Dan ada pula yang merasa bisa, tapi ternyata salah ngisi. Begitulah ujian nasional. Begitu pulalah ujian dalam internasional alias ujian kehidupan dunia.

Kesalahan dalam konteks kehidupan adalah milik semua orang. Kita hidup untuk belajar dari kesalahan dan agar sesedikit mungkin melakukan kesalahan.

Dalam buku Becoming A Star, Mario Teguh menyatakan, kita membutuhkan kesalahan untuk mencapai kualitas hasil yang lebih tinggi. Terimalah kemungkinan akan adanya kesulitan, masalah dan kesalahan. Karena jika anda bersungguh sungguh bekerja keras, sebetulnya juga sedang bersungguh-sungguh menyediakan kesempatan bagi timbulnya kesalahan.

"Bagaimanapun kesalahan kita butuhkan untuk mencapai hasil yang lebih baik, karena timbulnya kesalahan adalah tanda diperlukannya cara-cara yang lebih baik," kata Mario "Super" Teguh.

Membuat kesalahan, dan bahkan gagal dalam melakukan sesuatu yang berguna, adalah lebih baik daripada tidak pernah salah karena tidak melakukan apapun. Banyak orang terpelajar sangat teliti dan hati-hati memulai sesuatu, mereka melakukan perencanaan matang, melakukan analisa dan review berulang-ulang, tapi tak juga berani memulai karena takut salah. Padahal seandainya segera memulai, mungkin lebih banyak pelajaran yang diperoleh, baik itu berhasil maupun gagal.

Masih menurut Mario teguh, kesalahan dan kegagalan yang tidak kita hadapi dengan sungguh-sungguh, akan timbul lagi pada tempat dan kesempatan lain, bahkan dalam skala yang lebih besar. Mario mengatakan kesalahan mempunyai bakat mengajak “kakaknya” (skala yang lebih besar) dalam kesempatan berikutnya bila kita sengaja menghindarinya. Dalam bahasa sederhana, jika kita “lari dari kenyataan”, maka makin buruklah kenyataan yang harus kita hadapi.

Kesalahan dalam konteks kepemimpinan, apabila ada seorang pemimpin yang kemarahannya adalah tentang hal-hal yang sama selama bertahun-tahun, maka ia adalah orang yang sedang memimpin organisasi yang sedang dalam perjalanan turun, artinya dia beserta timnya tidak belajar dari kesalahan.

Karena kesalahan selalu memberikan pelajaran untuk mencapai cara cara yang lebih baik, maka tidak penting apakah itu kesalahan kita atau kesalahan orang lain. Jadi bila kita jeli belajar dari kesalahan orang lain maka kita dapat lebih menghemat waktu .

Kita membutuhkan kunci pembuka pintu kesungguhan untuk menghadapkan wajah ini ke wajah kesalahan kita, untuk berdiri gagah di atas kesedihan dan ketakutan, dan mulai melakukan sesuatu yang akan mengeluarkan kita dari masalah, menuju keadaan yang lebih baik.

Bila anda melakukan kesalahan, anda memang tidak mencapai keberhasilan hebat, namun tak usah khawatir,  masih ada keberhasilan baik, keberhasilan lumayan, keberhasilan cukup, lalu...hampir berhasil, baru kemudian "...nggak apa-apa kok!", anda dimaafkan, yang penting belajarlah dari kesalahan agar lebih baik di kemudian hari.

Kesalahan adalah milik kita. Seorang anak kecil yang baru berlatih berjalan, tidak pernah putus asa untuk terus berlatih sampai ia bisa berjalan normal. Ia jatuh berkali-kali dan selalu bangkit, mencoba dan mencoba lagi. Ia berkali-kali salah melangkahkan kakinya, dan nalurinya mengatakan bahwa ia bisa memperbaikinya.

Kesalahan, sungguh sesuatu yang unik. Ia adalah salah satu kekayaan kita. Kita bisa dibuat marah olehnya, juga bisa sukses karenanya.***

Salam  Keberuntungan 
www.bambang-suharno.blogspot.com

Rumput Tetangga

 
Rumput tetangga tampak lebih hijau dibanding rumput di halaman sendiri. Itulah manusia, yang mungkin berbeda dengan sapi yang tetap lahap menikmati rumput yang dihidangkan untuknya, tanpa menoleh ke rumput milik sapi lain. Melihat rumput tetangga yang lebih hijau, pertanda kita belum cukup mensyukuri apa yang kita terima.

Dalam beberapa kasus, rumput tetangga yang lebih hijau kelihatan karena kita belum memahami situasi apa yang sebenarnya terjadi di ”halaman rumput ” tetangga tersebut.

Alkisah Rina, seorang mahasiswa berkonsultasi dengan dosen pembimbingnya. ”Pak saya tidak bisa berkonsentrasi belajar sehingga semester ini nilai saya jelek”.

”Apakah ada masalah keluarga atau karena kesibukan lain?” tanya dosennya.

”Terus terang akhir-akhir ini konsentrasi saya terganggu karena melihat teman satu kost saya yang sudah punya pacar. Saya melihat teman kost saya lebih semangat, kemana-mana ditemani pacarnya. Sedangkan saya kemana-mana sendiri,” urainya terus terang.

Sang dosen memberinya beberapa petuah untuk menenangkan hati mahasiswi bimbingannya.

Seminggu kemudian Rika, yang juga mahasiswi bimbingannya datang kepadanya. ”Pak saya sulit belajar dengan tenang. Waktu saya habis bersama pacar saya. Tiap saya belajar yang terpikir pacar saya saja. Saya pikir-pikir lebih enak teman kost saya yang belum punya pacar. Dia kelihatannya lebih tenang dan punya banyak waktu untuk belajar”.

”Siapa teman kost kamu? ”tanyanya. ”Rina, Pak,” jawabnya singkat.

Begitulah kalau kita selalu merasa bahwa yang dimiliki orang lain lebih baik dari milik kita.

Kita dapat melihat rumput tetangga lebih hijau, pada saat yang sama pemilik halaman rumput tadi merasa terganggu oleh rumput tersebut.
Beginilah contohnya. Ada dua pasien rumah sakit jiwa. Pasien pertama sedang duduk termenung sambil menggumam, "Desi, Desi,..!"

Seorang pengunjung yang keheranan menanyakan masalah yang dihadapi orang ini.

Si dokter menjawab, "Orang ini jadi gila setelah cintanya ditolak oleh Desi." Si pengunjung manggut-mangggut, tetapi begitu lewat sel lain ia terkejut melihat penghuninya terus menerus memukulkan kepalanya di tembok dan berteriak , " Desi...Desi...! "

”Orang ini juga punya masalah dengan Desi ?" tanya pengunjung itu
keheranan. Dokter kemudian menjawab, "Ya, dialah yang menikah dengan Desi.... ".

Kadangkala kita merasa lingkungan kita tidak adil terhadap kita. Sering kita dengar keluhan, ”saya sudah bekerja lebih keras di perusahaan ini, kenapa pimpinan memberi ke saya hanya ini, sedangkan si A yang kerjanya cuma begitu, mendapat sesuatu lebih hebat”.

Berikut ini saya kutip kisah  dari sebuah situs internet tentang motivasi. Alkisah, ada seorang hartawan di suatu negeri meninggal dunia dan meninggalkan wasiat tentang pembagian harta untuk kedua orang putranya.

Sepanjang hidup, si hartawan mengumpulkan hartanya satu per satu dengan sangat teliti sehingga ia sangat mengenal semua harta miliknya. Oleh karena itu ia dapat membagi semua hartanya menjadi dua dengan nilai
kurang lebih sama. Akan tetapi karena jenis-jenis harta itu tidak persis
sama yang diterima oleh masing-masing anaknya maka keduanya dengan penuh iri menganggap bahwa anak yang lain mendapatkan warisan lebih banyak dibanding dirinya.

Sepeninggal ayahnya, kedua putra tersebut saling ribut dan bersikeras bahwa orang tuanya telah bertindak tidak adil karena anak yang lain mendapatkan harta warisan yang lebih banyak dari dirinya.

Karena keributan yang tak kunjung selesai dan bahkan makin memuncak,
orang-orang sekitar mengusulkan keduanya untuk membawa masalah mereka ke pengadilan.

Di pengadilan Sang Hakim yang dikenal sangat pandai dalam menangani kasus-kasus yang rumit, dengan sabar dan hati-hati mendengarkan keterangan dari kedua orang putra orang kaya tersebut secara bergantian.

Lantas, sang Hakim berkata, "Tuliskanlah semua harta kekayaan yang dikatakan oleh orang tuamu telah diwariskan untuk kalian masing-masing. Jangan sampai ada yang ketinggalan karena harta yang ternyata tidak tercantum dalam tulisan tersebut akan menjadi milik umum". Demikian teliti keduanya dalam menuliskan semuanya dalam daftar masing-masing.

Setelah selesai, hakim kemudian meminta keduanya untuk saling bertukar daftar dan memeriksa secara teliti daftar dari saudaranya. "Apakah kalian masih merasa bahwa warisan dari saudaramu lebih banyak dari yang kalian terima untuk diri masing-masing ?".

Tanpa ragu keduanya segera menjawab, "Iya Pak Hakim, orang tua saya memang tidak adil. Harta yang diwariskan kepada saudara saya jauh lebih banyak daripada yang kuperoleh. Kami meminta penyelesaian yang seadil-adilnya".

"Baiklah, karena kalian masing-masing menganggap bahwa daftar harta yang dimiliki oleh saudara kalian jauh lebih banyak dari daftar kalian sendiri maka silakan untuk saling menukarkan daftar masing-masing dan harta dalam daftar tersebut sekarang menjadi milik kalian".

Sungguh suatu penyelesaian yang sangat sederhana akan tetapi pandai dan adil. Sang Hakim mengecoh kedua putra yang tamak dengan keserakahan mereka sendiri.

Rumput tetangga selalu kelihatan lebih hijau daripada rumput sendiri. Padahal setelah pindah ke rumah tetangga dan memiliki rumput tersebut, ternyata tidaklah sehijau rumput sendiri sebelumnya.

Kita kadang sulit berbahagia pada saat mendapatkan sesuatu lantaran kita ingin lebih dari yang baru saja kita dapatkan. Kita menjadi sulit bersyukur karena kita sendiri menetapkan syarat-syarat untuk bahagia yang terlalu berat. Padahal dalam posisi apapun kita saat ini, ada orang yang sedang menginginkan menjadi ”seperti kita”.

Kita sendirilah yang akhirnya menyulitkan gerakan kita untuk maju. Petuah yang sederhana, jika mau maju, bergeraklah maju, tak perlu terlalu sering menoleh kanan-kiri.***

PERUBAHAN PARADIGMA


Suatu hari Minggu di kereta bawah tanah New York. Para penumpang sedang duduk dengan tenang. Sebagian membaca surat kabar, sebagian sedang melamun, sebagian lagi menikmati istirahat dengan mata terpejam.

Tiba-tiba, seorang pria dan anak-anaknya masuk kedalam gerbong. Anak -anak tersebut begitu berisik dan ribut tak terkendali sehingga segera saja keseluruhan suasana berubah. Pria tersebut duduk di sebelah saya dan memejamkan matanya, agaknya tidak peduli akan situasi saat itu. Anak-anaknya berteriak-teriak, melemparkan barang-barang, bahkan merenggut koran yang dibaca orang. Sungguh, sangat mengganggu. Anehnya, pria yang duduk di sebelah saya tidak berbuat apapun. Sulit untuk tidak merasa jengkel. Saya tak mengerti ia dapat begitu tenang membiarkan anak-anaknya berlarian liar seperti itu dan tidak berbuat apapun untuk mencegah mereka, sama sekali tidak bertanggung jawab. Sangat terlihat bagaimana semua orang di dalam gerbong merasa terganggu.

Demikian Stephen R Covey mengawali kisah pengalamannya yang tidak terlupakan dalam sebuah bukunya. Dengan rasa sabar dan pengekangan diri yang luar biasa, Steven menoleh ke arah lelaki itu dan berkata, ”Tuan, anak-anak anda benar-benar mengganggu banyak orang. Dapatkah anda mengendalikan mereka?”

Orang itu mengangkat dagunya seolah baru tersadar akan situasi di sekitarnya lalu berkata dengan sedih, ”Oh, anda benar. Saya kira saya harus berbuat sesuatu. Kami baru saja dari rumah sakit dimana istri saya meninggal beberapa jam yang lalu. Saya tidak tahu harus berbuat apa, dan saya kira mereka juga tidak tahu harus bagaimana menghadapi kenyataan ibunya telah tiada.” 

Seketika itu perasaan Stephen berubah seratus delapan puluh derajat. Kejengkelan Stephen hilang seketika. Ia tidak lagi perlu mengendalikan kesabaran, karena perasaan jengkelnya telah berubang menjadi simpati. ”Oh, saya turut berduka, apa yang dapat saya lakukan untuk membantu anda?” ujar Stephen spontan.

Stephen telah mengalami perubahan fundamental dalam cara berpikir tentang kejadian di sekitarnya, yaitu tentang seorang Bapak dan anak yang membuat gaduh dalam gerbong kereta.

Peristiwa ini adalah gambaran tentang perubahan paradigma. Anda pernah mengalami hal serupa? Sungguh beruntung, bila kita dapat mengambil hal-hal positif dari sebuah kekuatan perubahan paradigma. Dalam pergaulan manusia, kekuatan ini dapat membuat perubahan yang fantastis dalam diri seseorang. Banyak pertengkaran antar manusia, pergolakan antar kelompok, peperangan maupun percintaan mengalami perubahan drastis akibat perubahan paradigma.

Jaman kolonialisme, negara yang menjadi kolonial sangat bangga akan dirinya. Lantas terjadilah perubahan paradigma tentang perdamaian dunia, sehingga negara yang mengekspoatasi penderitaan negara lain dikucilkan. Kita sering mengatakan ”jaman telah berubah”, dan itu adalah hasil dari perubahan paradigma. Kata Stephen, bila ingin mengalami perubahan kecil, kita dapat merubah sikap dan perilaku kita. Sedangkan jika ingin mengalami perubahan besar, yang harus dirubah adalah paradigmanya.

Perubahan paradigma yang populer setidaknya sejak negeri ini mengalami reformasi tahun 1997, pertama kali diperkenalkan oleh Thomas Khun dalam bukunya yang amat berpengaruh, The Structure Of Scientific Revolution. Kuhn mengatakan, hampir setiap terobosan penting dalam bidang keilmuan, merupakan pemutusan tradisi pola pikir lama.

Ratusan tahun lalu, Ptolomeus mengatakan bumi adalah pusat alam semesta. Kemudian semenjak Copernicus mengatakan matahari sebagai pusat alam semesta, segala cara pandang tentang alam semesta langsung berubah, dan terjadilah perubahan besar dalam kajian ilmu alam sejak itu.

Demikian pun dalam ilmu kedokteran. Sebelum teori bakteri dikembangkan, banyak anak dan wanita meninggal dalam proses persalinan dan tak seorang pun mengerti penyebabnya. Dalam pertempuran lebih banyak prajurit yang meninggal karena luka kecil dibanding dengan kematian akibat serangan di garis depan. Segera setelah teori bakteri dikembangkan, sebuah paradigma baru yang lebih baik, dapat meningkatkan pemahaman tentang apa yang sebenarnya terjadi yang membuat terjadinya perubahan dramatis dan sangat berarti dalam dunia kedokteran dan kedokteran hewan.

Dalam soal mikro di perusahaan, di keluarga dan hubungan antar manusia, kita dapat mengalami perubahan paradigma terhadap sesuatu masalah, tatkala kita mendapatkan informasi yang sebelumnya tersimpan entah dimana. Sama seperti kisah Stephen di kereta tadi. Kita bisa membenci tokoh masyarakat dan berubah menjadi kagum karena perubahan paradigma.

Perubahan paradigma bukan saja karena ketidaksengajaan. Kita dapat merubah dengan menggali informasi lebih dalam.***

Berbaiklah kepada Ibu Mertua (Dan Ke Orang Lain Juga)

 Alkisah, di sebuah desa di Negeri Tiongkok hiduplah sepasang suami istri bersama ibu dari sang suami. Ibu ini bagi sang menantu putri adalah seorang  mertua yang kejam. Sebaliknya bagi sang ibu mertua, menantunya adalah seorang anak yang kurang berbakti pada ibu mertuanya, apalagi setelah menikah beberapa tahun, belum juga ia memberikan seorang cucu. Kerap kali keburukan sang menantu ia ceritakan kepada tetangganya.
 
Begitulah, apapun yang dilakukan oleh sang menantu, ibu mertuanya hampir selalu mencelanya. “Berbuat sopan, dicemooh, apalagi berbuat tidak baik,” demikian anggapan sang menantu putri itu.
Karena sudah sedemikian jengkel dan emosi terhadap mertuanya itu, ia tanpa pikir panjang memutuskan untuk membunuh ibu mertuanya dengan cara memberi racun. Diam-diam, ia pergi ke sebuah  toko obat untuk membeli racun dengan harapan esok hari  ibu mertuanya meninggal. 
 
“Tuan, tolonglah saya. Saya sudah tidak tahan lagi hidup bersama ibu mertua saya. Tiap hari saya dimaki, apapun yang saya lakukan, selalu dianggap salah. Tolong berikan saya racun yang dapat membunuh mertua saya,” ujar ibu muda ini kepada pemilik toko obat.
 
“Saya mengerti apa yang kamu rasakan. Saya akan memberikan racun kepadamu agar keinginanmu terwujud,” jawab sang pemilik  toko obat. Legalah hati sang menantu ini.
 
Tapi, kata pemilik toko obat melanjutkan,” jika saya memberi racun yang langsung bereaksi, pasti kamulah yang dituduh membunuh mertuamu. Saya akan memberimu racun yang reaksinya sekitar 6 bulan. Mulai hari ini, abaikanlah apa yang dikatakan ibu mertuamu. Berbuat baiklah kepadanya. Tiap pagi dan sore, berilah ia minum teh kesukaannya, dan campurkan serbuk racun ini  ke dalamnya. Saya yakin jika 6 bulan lagi ibu mertuamu meninggal, tak ada yang mencurigaimu sebagai pembunuhnya.
 
“Baiklah tuan, saya siap melaksanakan saran tuan,” kata ibu muda tadi. Dan bergegaslah ia pulang dengan wajah gembira.
 
Mulai hari itu ia berusaha berbuat baik kepada ibu mertuanya. Tiap pagi dan sore, ia menghidangkan teh kesukaannya, disertai “racun” yang dibelinya di toko obat. Pada awalnya tentu saja, ibu mertua mencibir kebaikan menantunya. Tapi lama-kelamaaan ia melihat bahwa menantunya selalu sabar dan ramah, meski mendapat omelan. Satu bulan berlalu, ibu mertua menyadari bahwa menantunya adalah orang yang sabar dan patuh pada suami. Iapun mulai berubah menjadi baik dan  makin menyayangi menantunya.
 
Jika sang mertua ke pasar, tak  lupa ia membeli makanan kesukaan menantu. Demikian sebaliknya sang menantu sering menyisihkan uangnya untuk membeli makan dan pakaian untuk ibu mertuanya.
Singkat cerita tibalah saatnya 6 bulan  berlalu. Sang menantu mencoba merenungi perjalanan hidup selama 6 bulan bersama mertuanya, yang ternyata telah berubah drastis. Ibu mertuanya kini berubah menjadi sangat menyayangi dirinya. Ia tak lagi membeberkan keburukan dirinya kepada tetangga, malah sebaliknya ia sering memuji menantu putrinya kepada tetangganya. Beberapa temannya yang datang dan melihat kebaikan mertuanya selalu bilang ,” bersyukurlah kau punya seorang ibu mertua yang baik dan menyayangimu,”.
 
Malam itu dikala merenung, ia menangis,  menyesali perbuatannya. Ia mohon ampun kepada Tuhan karena ia telah memberi racun. Ia tidak rela ibu mertuanya meninggal. Ia menangis, dan menangis.
Maka pagi harinya, secara diam-diam ia pergi ke toko obat. “Tolonglah tuan. Sesuai dengan saran tuan, saya telah memberi racun setiap hari ke ibu mertua saya. Sekarang sudah 6 bulan. Tapi ibu mertua saya sekarang sangat menyayangi saya. Tolonglah saya diberi penawar racun supaya ibu saya tidak meninggal,” ujar ibu muda itu.
 
“Anak muda, saya tahu bahwa akhirnya kalian berdua akan saling menyayangi. Jadi tak usah khawatir, yang saya berikan 6 bulan lalu bukanlah racun, tapi obat untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Jadi mulai sekarang, teruskanlah menjaga hubungan baik  dengan mertuamu,” kata pemilik toko yang bijak tersebut.  
 
Sungguh menyentuh kisah kuno yang saya kutip dari talkshow motivator Andrie Wongso ini. Sebuah cerita yang mengandung pesan mengenai hubungan antar manusia yang selalu diliputi berbagai kesalahpahaman dan perselisihan.
 
Tak hanya di kehidupan keluarga kasus seperti di atas terjadi. Dalam kehidupan antar karyawan, pebisnis, pejabat, politisi, artis atau siapapun kesalahpahaman yang menjadi perselisihan dan pertengkaran dapat dan sering terjadi.
 
Pernah terjadi perselisihan antar percetakan dengan penerbit mengenai lamanya waktu mencetak. Pihak percetakan mengatakan sanggup mencetak buku selama 4 hari. Pada hari keempat penerbit menagih janji hasil cetakan. Jawabannya ,” ya, buku sudah selesai dicetak, tinggal dijilid saja, besok dikirim”
 
Rupanya terjadi kesalahpahaman tentang istilah “selesai cetak”. Bagi percetakan selesai cetak adalah selesai dari mesin cetak, belum dijilid. Sedangkan bagi penerbit “selesai cetak” maksudnya adalah sudah selesai sampai dijilid dan diantar ke alamat pemesan.
Acapkali penyelesaian terhadap masalah seperti itu berlarut-larut karena bukan pokok masalahnya yang diselesaikan tetapi dengan bertengkar soal komitmen, atau bahkan fokus pada sifat personal.
 
Ternyata cara penyelesaian semacam ini sangat boros energi dan waktu. Banyak orang menyelesaikan masalah dengan perasaan marah pada satu orang, sehingga inti persoalannya tidak terpecahkan.  Padahal seorang pakar SDM mengatakan, jika anda memfokuskan diri pada solusi, maka terjadi  penghematan energi dan waktu yang sangat banyak.

Fokus pada solusi akan membuat masalah segera terpecahkan. Seandainya tidak, minimal hati jadi lebih tenang. Dalam kasus di atas, pemilik toko obat tahu bahwa masalahnya bukan pada mertua yang kejam, tapi pada cara mereka berhubungan. Solusinya adalah menantu harus berkomunikasi dengan baik dengan sang mertua. Jika itu yang dilakukan  niscaya terjadi perbaikan hubungan.

Maka berbuat baiklah pada ibu mertua, dan juga pada orang lain.***
dikutip dari buku karya Bambang Suharno JANGAN PULANG SEBELUM MENANG.

Dimana Letak Batunya


Alkisah di sebuah negeri, terdapat dua orang pensiunan kaya raya yang dikenal sakti karena dapat berjalan di atas air. Keduanya hidup di sebuah bukit dengan panorama indah, nun jauh dari keramaian kota. Satu orang sahabatnya penasaran akan berita tersebut. Maka, suatu hari pergilah ia ke puncak bukit untuk bersilaturahmi ke dua orang sahabatnya. Ia disambut dengan gembira oleh dua sahabatnya, sang pensiunan sakti.

”Apa saja yang kau kerjakan di puncak bukit ini kawan?” tanya pensiunan kota.

“Hidup saya diisi dengan kegiatan rekreasi setiap hari di bukit yang indah ini. Tiap hari saya mancing di danau sana,” kata pensiunan sakti sembari menunjukkan sebuah danau tak jauh dari rumahnya.

“Kalau begitu saya boleh ikut mancing?”

“Dengan senang hati, silakan. Kalau mau ikut, besok bangun jam 5 pagi. Kita sama-sama mancing di atas perahu.”

Begitulah, hari berikutnya mereka bertiga jam 5 pagi sudah berada di atas perahu di pinggiran danau sambil memancing.

Hari mulai siang. Satu orang pensiunan mengatakan, ”Saya sudah lapar, sarapan dulu ah !”.

”Silakan jalan kaki aja, perahu tetap di sini agar saya bisa terus mancing”.

Saat itulah pensiunan kota melihat keajaiban. Sahabatnya langsung menyingsingkan celana dan melangkah di atas air dengan mudahnya.

”Wah ternyata itu benar, sahabat saya sudah bisa berjalan di atas air. Punya ilmu sakti darimana ya?”katanya dalam batin.

Beberapa menit kemudian kawannya balik lagi ke perahu, dengan berjalan di atas air juga.

Jam 9 giliran teman yang satunya mau sarapan. Sama seperti teman yang sebelumnya, pensiunan sakti itu memperlihatkan kehebatannya dengan berjalan di atas air tanpa mempedulikan pensiunan kota.

Jam 10, pensiunan dari kota sudah tak bisa menahan lapar.

 "Kawan kawan, perutku juga mulai lapar,nih?"katanya pada kedua temannya.
Kedua teman pensiunannya serempak menoleh, pada temannya yang dari kota ini. Sebelum mereka mengatakan apa apa, teman yang dari kota itu berkata,
"Oke,oke,saya tahu, melompat-lompat,kan?"
"Kalau sudah tahu, ya silakan,"kata mereka.
Pensiunan yang dari kota itu segera melipat celananya keatas dan melompat ke atas air. Sudah bisa ditebak, pensiunan kota itu tidak dapat seperti pensiuan sakti. Ia langsung gelagapan dan hampir tenggelam. Sambil berenang sebisanya, dia berusaha meraih perahu untuk berpegangan. Kedua temannya segera menarik tangannya, dan mengangkat keatas perahu. Akhirnya perahu dibawa ketepi, untuk memberi pertolongan pada teman yang dari kota ini.
"Salah kamu juga, sih!" kata pensiunan pertama.
"Salah kamu!" kata pensiunan kedua tak mau kalah.
"Oke, salah kita berdua, kenapa tadi kita tidak beri tahu dia di mana letak batunya,” kata pensiunan pertama.
Ya, itulah rahasianya. Kisah yang sangat menarik dari Tung Desem Waringin, pelatih sukses nomor satu Indonesia versi majalah Marketing.
Di danau itu ada batu batu rahasia untuk pijakan kaki mereka, sehingga kalau sedang memancing di tengah danau dan mereka lapar, bisa memudahkan mereka untuk pulang ke rumah tanpa membawa perahu ke tepian. Bukan mereka sakti, atau punya ilmu silat tingkat tinggi seperti anggapan temannya yang dari kota itu. Karena dia tidak tahu di mana letak batu batunya, dia beranggapan temannya punya ilmu magic.
Dalam kehidupan nyata, kita sering melihat fenomena magic ini. Ada salesman yang bisa menjual pada seorang klien yang sulit, sementara yang lain ditolak mentah-mentah meskipun sudah memberi kunjungan sepuluh kali!Atau ada seseorang yang sangat ahli di bidang tertentu, sehingga bisa melakukan sesuatu yang rumit menjadi kelihatan sederhana dan mudah, sehingga bagi orang lain kelihatan seperti memiliki ilmu magic.

Para pesulap adalah mereka yang pintar menggunakan taktik tertentu sehingga kita terkagum-kagum. Namun jika kita sudah mengetahui prosesnya, kita akan menngatakan, tak ada yang istimewa. Ini terjadi karena kita sudah tahu ”dimana letak batunya”.

Mengetahui ”dimana letak batunya” menjadi penting buat kita yang ingin menjadi hebat. Letak batu yang dimaksud adalah inti dari masalah yang kita hadapi. Di kantor, mungkin kita mungkin terbiasa mengadakan rapat berjam-jam untuk membahas masalah tertentu, padahal jika sudah mengetahui inti masalahnya, kita dapat segera mengetahui ”dimana letak batunya”.
Mengetahui letak batunya, adalah kunci pembuka pintu kesulitan. Boleh jadi kita tergagap-gagap memasuki tugas baru, menduduki jabatan baru, pindah ke lingkungan baru, namun ketika sudah mengetahui letak batunya, kita dapat lebih cepat menyesuaikan dengan lingkungan baru.

Janganlah terburu-buru heran dan terkagum-kagum dengan kehebatan orang lain, siapa tahu anda pun bisa seperti mereka. Bolehlah anda kagum dengan seseorang, namun jika kekaguman itu membuat anda berada pada posisi sekedar sebagai pengamat saja, mungkin hal itu malah mengkerdilkan anda.*** dikutip dari buku Bambang Suharno: Jangan Pulang Sebelum Menang.