Jika
kita hidup setiap hari seperti hari terakhir bagi kita, maka kita akan
menciptakan sesuatu yang benar-benar besar. (Steve Jobs).
Dunia baru saja kehilangan seorang legenda
teknologi computer bernama Steve Jobs. Seingat
saya, baru kali ini kematian seorang pengusaha diberitakan sedemikian heboh dan
menginspirasi.
Ini membuat saya penasaran ingin
tahu riwayat hidup Steve Jobs. Banyak orang mengelu-elukannya dan menyebutnya
sebagai seorang penemu, pebisnis dan inspirator dunia modern.
Di antara berbagai artikel mengenai Steve Jobs, ada dua tulisan yang sangat bagus yaitu pidato
Steve Jobs di acara Wisuda
Universitas Stanford tahun 2005, dan
artikel biografi singkat yang ditulis oleh Davit Putra (davitputra.net).
Steve Jobs lahir dari rahim seorang
mahasiswi muda yang hamil di luar nikah dengan seorang lelaki yang tidak tamat
SMA. Steve Jobs kecil diadopsi seorang pengacara hingga kemudian dapat
menikmati bangku kuliah yang cukup bergengsi, di Reed College.
Selama kuliah 6 bulan, Steve Jobs
tidak merasa tenang hatinya karena telah menghabiskan uang tabungan orang tua
angkatnya untuk bisa kuliah di Perguruan Tinggi mahal. Ia kemudian memutuskan keluar
dari bangku kuliah dan mengambil jalur non formal di kampus yang sama, yaitu kursus
kaligrafi selama 18 bulan. Steve Jobs rela hidup prihatin dengan tidur di
lantai asrama teman-temannya, menukarkan botol cola agar mendapatkan 5 sen
untuk membeli makanan, dan berjalan sejauh 10 km seminggu sekali untuk memperoleh
makanan yang baik di Candi Hare Krishna.
Di depan mahasiswa Stanford, Steve
Jobs mengaku, ketika belajar kaligrafi, ia tidak memiliki pikiran bahwa suatu saat ilmu ini akan bermanfaat
bagi perjalanan karirnya. Akan tetapi sepuluh tahun kemudian, ketika ia
mendesain komputer Macintosh pertama, ilmu kaligrafi yang didalaminya seperti
datang kembali kepadanya untuk memberikan gagasan baru mengenai komputer.
Komputer itu merupakan komputer pertama yang didesain dengan tipografi yang
indah.
Saya baru ingat
sekarang bahwa sekitar 10 tahun lalu para praktisi disain grafis sering membangga-banggakan
komputer machintosh (Mac) yang harganya selangit dan dapat menghasilkan disain dengan
tipografi yang sangat bagus. Waktu itu para desainer grafis merasa ketinggalan
jika komputer yang dipakai adalah PC biasa yang harganya murah. Belakangan saya
baru tahu bahwa itu adalah karya Steve Jobs.
“Jika saya
tidak pernah mengambil kursus kaligrafi sewaktu drop out di kampus, komputer
Mac mungkin tidak mempunyai beragam tipe huruf atau spasi huruf-huruf yang
proporsional dan indah,” ujar Steve Jobs dalam pidatonya.
Steve Jobs berpendapat
bahwa menghubungkan beberapa momen kehidupan sangat penting dalam mengambil
keputusan. Contoh kongkritnya adalah mempelajari kaligrafi dengan mengembangkan
teknologi computer, dua hal yang dulunya dianggap tak berhubungan sama sekali.
Ketika Apple menjadi perusahaan
besar beromset $2 miliar dengan 4000 pekerja, Steve Jobs dipecat oleh CEO atas
persetujuan Dewan Direksi. Kedengarannya aneh bahwa ada pendiri perusahaan yang
dipecat oleh CEO nya sendiri karena perbedaan pandangan ke depan. Tapi itulah
kenyataannya.
Beberapa bulan setelah dipecat Steve
tidak tahu harus berbuat apa. Untunglah ada satu hal yang dia ingat, yaitu ia
masih mencintai bidang pekerjaannya. Karena masih sangat mencintai bidangnya,
maka pelan-pelan bangkit kembali dan mendirikan perusahaan baru, NeXT Computer dan Pixar Animation. Pixar menghasilkan karya besar berupa film animasi
komputer pertama yang sukses—Toys Story,
dan menjadi studio animasi film terbaik di dunia saat itu. Apple kemudian
membeli Perusahaan NeXT dan Steve Jobs kembali lagi ke Perusahaan Apple.
Teknologi yang dikembangkan di NeXT
Computer kemudian menjadi jantung teknologi Apple.
Dari sini
Steve Jobs sempat berujar dalam pidatonya , “Saya yakin semua tidak akan pernah terjadi jika saya tidak
dipecat oleh Apple. Ini merupakan obat mujarab yang sangat pahit, tapi saya
pikir setiap pasien membutuhkannya. Kadang-kadang kehidupan menghancurkan anda
dengan amat kejam. Janganlah hilang kepercayaan. Saya yakin bahwa satu hal yang
bisa membuat saya bertahan adalah bahwa saya mencintai apa yang saya lakukan.
Kita harus mencari apa yang sebenarnya kita cintai”.
Di sini
kelihatan bahwa seburuk apapun yang menimpa dirinya, Steve Jobs tak kehilangan
energi positif untuk menyikapi semuanya..
Ada satu pesan penting dari Steve
Jobs yang sangat berharga bagi siapapun. Yaitu soal kematian. Setiap kita pasti
takut kalau bicara kematian. Namun yang pasti kematian adalah hal yang akan
dialami setiap makhluk hidup. Apa yg akan kita lakukan jika Malaikat memberi
tahu bahwa esok hari nyawa kita akan dicabut? Tentu kita akan melakukan hal yang
terbaik dalam hidup.
Filosofi “kematian” inilah yg dianut oleh
Steve Jobs. Setiap pagi ia berdiri di depan cermin dan bertanya pada diri
sendiri , “Jika hari ini adalah hari terakhir saya, apakah saya akan melakukan
apa yang seharusnya saya lakukan?” Ketika jawabannya ‘tidak’, ia tahu bahwa ada
sesuatu yang harus ia rubah.
Steve Jobs pernah divonis dokter
terserang kanker pankreas dan diprediksi dapat bertahan hidup hanya 6 bulan. Ternyata
selama 8 tahun ia masih bertahan dan tetap menghasilkan karya-karya
besar. Produk-produk iPhone, iPod Touch, iPad, Macbook Air, dirancang dan
digarap saat ia telah didiagnosa mengidap kanker pankreas.
Pesan Steve Jobs tentang kematian
sangat jelas dan menyentuh hati para pengagumnya, yaitu, “Jika kita hidup
setiap hari seperti hari terakhir bagi kita, kita akan menciptakan sesuatu yang
benar-benar besar di kemudian hari.”
Selamat jalan
Steve Jobs.
Kami mengenang
karya dan petuahmu.***
0 Comments:
Posting Komentar