MUTIARA KEHIDUPAN

header ads

Sikapmu Menentukan Kesuksesanmu

Teruslah belajar, bukan hanya untuk meningkatkan kemampuan teknis, tapi agar bisa memiliki sikap yang lebih baik.

Jalan-jalan di kota Teknologi Shenzen, China

Perjalanan ke kota Teknologi Shenzen, China, 1 Mei 2019 dalam rangka Shenzen International Pet Fair.

Launching buku Menggali Berlian di Surabaya

Buku Menggali Berlian di Kebun Sendiri karya Bambang Suharno diluncurkan di acara Grand City Convex Surabaya, di tengah acara pameran internasional Indolivestock Expo.

Meraih sukses

Jika sukses harus diraih dengan kerja keras banting tulang siang malam, itu namanya sukses dengan mesin manual. Anda perlu belajar meraih sukses dengan mekanisme sukses otomatis (Suksesmatic.com).

Pengalaman Naik Kereta TGV di Perancis

Perjalanan ke Rennes Perancis dalam rangka menghadiri pameran internasional, naik kereta TGV dari Paris ke Rennes.

Tampilkan postingan dengan label keberuntungan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label keberuntungan. Tampilkan semua postingan

Beruntung dengan Ilmu Langit


Segala sesuatu di dunia ini terjadi karena keberuntungan “atas izin Tuhan”

Jika kita bekerja keras dan berhasil meraih target, kita mengatakan bahwa kita berhasil alias sukses. Jika kita bekerja biasa saja tapi mendapatkan suatu prestasi yang luar biasa, kita mengatakan itu faktor keberuntungan. Jika kita lahir keluarga kaya raya, itu disebut keberuntungan.
Apakah yang anda capai hari itu sebuah keberhasilan atau keberuntungan? Percayakah Anda pada faktor keberuntungan? Arvan Pradhiansyah , penulis buku The 7 Law of Happiness, baru-baru ini mendiskusikan perihal keberuntungan dan kesuksesan di radio Smart FM Jakarta, dengan kajian yang cukup menarik.
Ia mengatakan, ada tiga cara pandang (paradigma) manusia  mengenai keberuntungan. Ketiga paradigma ini dapat menggambarkan evolusi pemikiran manusia mengenai keberuntungan itu sendiri.
Paradigma tingkat pertama mengatakan, semua terjadi karena keberuntungan. Orang yang menganut paradigma ini percaya bahwa yang membuat sukses bukanlah usaha tetapi keberuntungan. Bukankah ada banyak sekali orang yang yang mendapatkan kekayaan karena terlahir sebagai anak orang kaya? Bukankah banyak orang yang sukses karena mereka cantik, tampan, pandai, terkenal dan termasyhur? Bukankah kepopuleran seringkali membuat orang lupa pada kualitas individu yang sesungguhnya?
Intinya adalah semua hal di dunia ini terjadi karena keberuntungan. “Paradigma ini tidak sepenuhnya salah, namun mengandung bahaya yang cukup besar. Orang yang percaya pada paradigma ini pasti tidak suka bekerja keras. Ini pada gilirannya hanya akan memperburuk pencapaian mereka,” kata Arvan.
Paradigma kedua adalah paradigma yang tidak percaya pada keberuntungan. Ini terbalik dari paradigma pertama. Penganut paradigma ini percaya bahwa keberuntungan itu berada di tangan mereka sendiri dan bisa diciptakan dengan usaha dan kerja keras.
Paradigma kedua percaya bahwa di dunia ini berlaku hukum sebab akibat.  Mereka yang rajin dan bekerja keras akan beroleh kesuksesan, sebaliknya orang-orang yang malas akan menemui kegagalan. Orang Amerika mengatakan, jika Anda miskin, itu salah Anda sendiri, pasti Anda malas bekerja. Ini pertanda bahwa mereka menganut paradigma kedua. Kepercayaan ini tentu saja membuat orang-orang ini berjuang keras untuk mencapai keberhasilan. Tak heran kalau mereka benar-benar mencapai apa yang mereka perjuangkan. Mereka percaya keberuntungan sepenuhnya ada di tangan mereka sendiri.
Apakah ini adalah paradigma yang terbaik yang dapat membuat kita benar-benar sukses? Sukses sejati, menurut Arvan, bukanlah karena paradigma ini. Ada paradigma yang lebih tinggi dan lebih indah lagi daripada ini. Yaitu paradigma ketiga yang berbunyi: segala sesuatu di dunia ini terjadi karena keberuntungan “atas izin Tuhan”. Saya sengaja pakai tanda kutip karena kalimat aslinya yang disusun Arvan sama persis dengan paradigma yang pertama.
Saya menyebut paradigma ketiga ini sebagai evolusi pemikiran dari paradigma pertama.Mereka yang menganut paradigma ketiga adalah orang-orang yang berusaha dan bekerja keras untuk mencapai keberhasilan. Tetapi mereka juga percaya bahwa “sebab” tidak selalu berkorelasi langsung dengan “akibat”. Antara sebab dan akibat ada satu kekuatan yang sungguh dahsyat. Kekuatan inilah yang disebut dengan: izin Tuhan.
Bukankah segala sesuatu di dunia ini terjadi karena izin Tuhan? Bukankah banyak upaya yang keras mengalami kegagalan – bukan karena kurangnya usaha – tetapi karena Tuhan memang belum mengizinkannya? Bukankah bahkan tidak ada jaminan bahwa kue yang sedang kita pegang bisa masuk ke dalam mulut kita dengan selamat tanpa izin Tuhan?
Orang yang memiliki cara pandang kelompok ketiga inilah yang terbaik dalam menyikapi kehidupan. Bekerja dan berusaha sebaik mungkin adalah kewajiban manusia, jika sudah berhasil namun Tuhan mengambilnya, itu kehendakNya yang mungkin menjadi rahasia yang akan terbuka di kemudian hari.
Dengan paradigma ketiga ini kita akan terus bekerja keras untuk mencapai keberhasilan, tetapi kita terhindar dari rasa angkuh, sombong dan membanggakan diri. Kita akan sadar bahwa segala sesuatu terjadi karena rahmat Tuhan .
Sebagaimana pembukaan UUD 1945 yang menyebutkan Kemerdekaan Republik Indonesia itu “Atas Berkat Rakhmat Allah yang Maha Kuasa”. Ini menunjukkan bahwa para pendiri negeri ini tidak angkuh dengan mengatakan kemerdekaan hanya semata-mata karena kerja keras para pejuang kemerdekaan.
Jadi, paradigma ketiga ini adalah paradigma keberuntungan yang benar, yang tidak hanya berdasar pada ilmu logika, tapi juga berdasarkan pada “ilmu langit”. Dengan cara berpikir seperti ini maka hidup manusia akan menjadi lebih bahagia. Sementara paradigma kedua bisa membuat orang sukses sekaligus mudah membuat orang frustasi, karena mereka memandang segala hal adalah semata-mata karena manusia.
Bekerja keras adalah kewajiban kita , hasilnya adalah atas izin Tuhan. Apapun keputusan Tuhan, itulah yang terbaik.***

Sidik Jari Kemenangan






“Setiap orang adalah unik. Setiap orang punya cara tersendiri untuk meraih kemenangan dengan lebih cepat. Cara tersebut mungkin hanya berlaku pada dirinya dan tidak berlaku bagi orang lain. Ya, unik seperti sidik jari. Sebut saja Sidik Jari Kemenangan.”

Kalimat di atas saya kutip dari buku 7 keajaiban Rezeki karya Ippho Santosa. Sidik Jari Kemenangan adalah istilah khas dari Ippho untuk menggambarkan bahwa setiap orang sejatinya memiliki cara sendiri untuk meraih kemenangan. Kita boleh belajar tentang bermacam strategi dan taktik, tapi dalam merealisasikannya bisa berbeda-beda hasilnya. Misalkan anda berada dalam satu kelas training marketing yang diajar oleh suhu marketing Hermawan Kertajaya. Jika dalam satu kelas mempraktekkan ilmu Hermawan sama persis, hasilnya tidaklah akan sama. Anda berguru kepada seorang pengusaha yang mencetak laba miliaran rupiah tiap hari dan langsung mempraktekkannya, apakah hasilnya sama? Tidak juga. Ingat, ada sidik jari kemenangan. Kita perlu melihat pada diri kita, berdasar pengalaman-pengalaman lampau, berdasarkan minat dan bakat kita sehingga dapat menulis kalimat demi kalimat mengenai kehebatan kita untuk meraih kemenangan. Dengan cara ini, anda akan tahu bahwa cara sukses anda berbeda dengan orang lain.

Menurut Ippho, apapun bentuk sidik jari kemenangan anda, dibutuhkan beberapa pendukung untuk dapat meraih keajaiban rezeki. Saya tidak dapat merangkum semua isi buku itu dalam satu halaman artikel ini. Saya akan menyampaikan poin menarik yang sepengetahuan saya belum disampaikan oleh pengarang lainnya.

Yaitu tentang sepasang bidadari. Ippho menyebutkan, ada sepasang bidadari yang akan membantu anda meraih keajaiban dalam hidup. Siapakah dia?

Dikisahkan seorang sahabat ingin membeli satu unit rumah di sebuah kompleks perumahan. “Saya ingin membeli rumah ini untuk investasi, tapi saya juga ingin membiayai ibu saya menjalankan ibadah umrah. Saya jadi bingung ngatur duitnya” kata calon pembeli.

Sang penjual mengatakan, “kalau begitu tunda dulu beli rumahnya, kapan lagi dapat membahagiakan sang ibu kalau bukan sekarang?” (Penjual ini agak aneh, ada pembeli potensial kok malah menyuruh menunda beli rumah hehe).

Singkat cerita pembeli tersebut akhirnya memutuskan akan tetap membiayai umrah sang ibunda tercinta dan tetap berniat membeli rumah. Rupanya si penjual sangat beruntung, menyuruh calon pembeli mendahulukan yang lain malah tetap dapat pembeli.

Kemudian apa yang terjadi? Tidak disangka-sangka, pembeli tadi malah memenangkan salah satu doorprize yang memang disediakan dan diundi untuk setiap pembeli. Anda mau tahu doorprizenya? Satu unit sepeda motor senilai biaya umrah. Luar biasa, yang awalnya mau dapat satu malah dapat semuanya. Begitulah, berbakti pada orang tua tidak akan berakhir dengan sia-sia.

Itu adalah bidadari pertama, yaitu ibu. Pesan utama dari cerita ini, kalau anda serius ingin meraih kemenangan, berbaktilah pada orang tua. Iphho menegaskan, berbakti pada orang tua akan menguak langit dan memanggil rejeki. Doa orang tua membuat rezeki betul-betul tercurah. (Dan hati-hati karena yang sebaliknya juga berlaku, cerita Malin Kundang adalah contohnya). Begitu doa orang tua selaras dengan doa kita, maka energi doa akan berlipat ganda. Orang tua adalah bidadari pertama.

Siapakah bidadari kedua? Tidak lain adalah pasangan kita. Percaya atau tidak, adanya pasangan akan membuat rejeki bertambah. Banyak kaum muda menunda pernikahan karena alasan belum siap secara ekonomi. Mereka mensyaratkan punya rumah sebelum menikah. Setelah punya rumah, ingin punya perangkat rumah sebelum menikah, selanjutnya ingin kendaraan dan seterusnya.

Untuk anda yang belum punya pasangan dan mempertimbangkan kesiapan ekonomi, disarankan untuk segera menikah dalam keadaan ekonomi sulitpun, karena dengan menikah akan terbuka pintu rezeki. Lihat buktinya di kanan kiri anda. Betapa banyak orang yang menunda pernikakan akhirnya malah tidak dapat mengumpulkan uang, sebaliknya yang berani menikah dalam keterbatasan, secara bertahap mereka dapat “memanggil rejeki”. Ini terjadi karena adanya keselarasan impian di dalam pasangan tersebut. keselarasan impian akan diikuti dengan keselarasan doa.

Jika anda sudah punya impian kemenangan, sampaikankah pada sepasang bidadari agar menyelaraskan doa mereka dengan doa anda. Kekuatan doa akan mengalirkan energi kebaikan dan kesuksesan.

Kembali ke sidik jari kemenangan, Ippho Santosa dalam bukunya memberikan halaman kosong yang harus diisi oleh pembaca mengenai sidik jari kemenangan. Setahu saya memang belum ada teknologi yang dapat memotret sidik jari kemenangan setiap individu. Untuk anda yang ingin meraih kemenangan, mulailah menulis keunikan anda, keunggulan anda dan bagaimana cara anda meraih kemenangan yang mungkin berbeda dengan orang-orang di sekitar anda. Selanjutnya sampaikan kepada sepasang bidadari agar keduanya mendukung dan mendoakannya.

Selamat meraih kemenangan.

Menanggapi Keluhan Marzuki Ali; Ketua DPR Tidak Bisa seperti CEO Perusahaan

Marzuki Ali
Kamis, 3 Januari 2013 Sindo Radio Jakarta 104.75 fm menyiarkan wawancara langsung dengan Ketua DPR Marzuki Ali. Saya tidak sempat mendengarkan secara utuh wawancara tersebut, namun ada hal menarik yang layak kita cermati dari orang nomor satu di DPR kita ini.

Marzuki menyampaikan "keluhannya" sebagai seorang Ketua DPR yang tidak dapat berfungsi sebagaimana CEO perusahaan. Sebagai Ketua DPR ia tidak dapat memberi sanksi kepada anggotanya karena ketua DPR bukanlah atasan mereka.
Ia memberi contoh ketika ia punya ide menjalankan training ESQ (Emotional Spiritual Quotient) untuk anggota DPR bersama tokoh ESQ Ary Ginanjar.Ary Ginanjar menyanggupi untuk mentraining ESQ selama 3 hari untuk anggota DPR secara gratis. Karena masalah teknis, Marzuki minta 2 hari saja.

Ketika ide ini dilontarkan, banyak yang tidak setuju. Akhirnya bersama Ketua DPR lain ia memutuskan agara training ini sifatnya sukarela. Anggota DPR yang berminat silakan ikut. Singkat cerita, acara dapat berlangsung dengan peserta 100an orang yang ikut, namun yang benar-benar ikut full 2 hari  hanya 30an orang.

"Inilah bedanya sebagai Ketua DPR dengan CEO perusahaan. Saya tidak dapat memberi sanksi, karena fungsi ketua DPR hanya sebagai kordinator saja," kata Marzuki.

Begitulah Marzuki Ali. Saya tertarik untuk mengomentari keluhan Ketua DPR yang sangat terhormat karena sebelumnya saya juga mendengar keluhan serupa ketika ia diwawancarai sebuah stasiun TV. Intinya ia mengatakan, "saya kan sebagai Ketua DPR tidak dapat berbuat banyak, karena saya bukan atasan mereka".

Saya perlu mencatat beberapa hal terhadap pernyataan Marzuki Ali sesuai pemahaman saya mengenai leadership dan manajemen. Saya kurang begitu kenal siapa Marzuki Ali sebelum jadi ketua DPR. Kabarnya ia eksekutif perusahaan. Yang saya tahu, ia bukan berlatar belakang seorang pemimpin organisasi sekelas Akbar Tanjung yang matang di Golkar, atau Gus Dur di NU dan PKB ataupun Amien Rais di Muhammadiyah dan PAN.

Dengan begitu saya jadi maklum terhadap pernyataan Marzuki Ali. Siapapun tahu bahwa Ketua DPR memimpin ratusan orang dari berbagai latar belakang. Ia lebih banyak berperan sebagai ketua Sidang sebagaimana Ketua Sidang PBB. Juga tak jauh berbeda dengan pimpinan sidang di kongress ormas dan organisasi politik. Leadership sebuah lembaga terhormat sekelas DPR adalah kepemimpinan rapat tingkat nasional yang hasilnya akan berdampak ke seluruh rakyat Indonesia. Namun tetap hakekat leadership adalah soal visi misi untuk membangun arah tujuan yang sama dan memotivasi anggota untuk bersama-sama menuju visi yang disepakati.  So, dengan demikian yang dibutuhkan Marzuki adalah kemampuan mengelola sidang. Terus terang saya belum melihat kehebatan Marzuki dalam memimpin sidang. Untuk itu menurut saya lebih baik Marzuki terus meningkatkan kapabilitas lobby dan negosiasi dengan lintas partai dan lintas fraksi. Dan sebagai pemimpin, sebaiknya pantang mengeluh di muka publik termasuk wawancara di radio.

Pernyataan di radio tadi pagi adalah keluhan yang menurut hemat saya sangat tidak layak bagi seorang Ketua DPR. Seandainya saya penyiar radio, saya akan langsung bertanya," bukankah anda tahu sebelumnya bahwa menjadi Ketua DPR memang berbeda dengan manager atau direksi perusahaan?" Bukankah tugas anda yang utama adalah sebagai pemimpin bukan manager?

Ketua DPR sepemahaman saya memang bukan manager atau CEO yang tugasnya menegur, memberi sanksi, memecat dan merekrut anggota tim. Apakah Marzuki ingin seperti itu? Bukankah itu akan merendahkan derajatnya sebagai Ketua Umum Dewan yang sangat terhormat di negeri ini?

Maafkan saya Pak Marzuki, saya harus katakan bahwa anda perlu mendalami soal leadership dan manajerial. Dua hal yang sangat berbeda tapi sering campur aduk. Dua hal yang harus ada dan bersinergi untuk mengembangkan institusi manapun, baik lembaga politik, DPR maupun korporasi.

Bagaimana pendapat anda?

Bambang Suharno

SILATURAHMI MENDATANGKAN KEBERUNTUNGAN


Silaturahmi bisa menyambung tali persaudaraan dan keakraban. Hubungan silaturahmi bisa dilakukan dengan berkunjung ke rumah para kerabat serta rekan dan kolega. Jika tidak sempat, silaturahmi juga bisa dilakukan lewat telepon, surat, email, dan sebagainya. Siapa yang tidak senang jika ada orang yang peduli pada keadaan kita? Meski sekadar mengucapkan salam dan bertanya kabar.

Dari Abu Hurairah, ia berkata: “Aku mendengar Rasulullah saw bersabda, ‘Barangsiapa yang senang diluaskan rizqinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung hubungan silaturahmi’."
(HR. Bukhari dan Muslim)

Pada tahun 1970-an, seorang sosiolog Havard bernama Mark Granovetter melakukan penelitian tentang cara atau bagaimana seseorang mendapatkan pekerjaan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa mayoritas orang mendapat pekerjaan berdasarkan koneksi pribadi. Jadi kesimpulannya, koneksi atau hubungan silaturrahmi sangat berpengaruh bagi seseorang untuk mendapatkan pekerjaan.

Selain itu, analisis dilakukan oleh tim yang dipimpin oleh Hold Lunstad seorang psikolog dari Brigham Young University di Utah USA terhadap sejumlah penelitian tentang efek hubungan sosial pada kesehatan. Tak kurang dari 148 penelitian terhadap 308 ribu lebih orang yang kehidupannya diikuti selama rata-rata 7,5 tahun di analisis oleh tim ini.

Jurnal Plos Medicine terbitan Public Library of Science mempublikasikan hasil analisis tersebut,  yang menyimpulkan bahwa seseorang dengan hubungan sosial yang kuat akan 50 persen lebih panjang umur dibandingkan dengan mereka yang tidak mendapat dukungan sosial ini. Memiliki hubungan sosial yang baik seperti dengan teman, pernikahan, atau anak sama baiknya untuk menjaga kesehatan seperti halnya berhenti merokok, menurunkan berat badan, bahkan minum obat.

Sebuah penelitian lain pada penduduk Seattle  pada tahun 1997 juga menyimpulkan bahwa biaya kesehatan lebih rendah didapati pada keluarga yang suka bersilaturrahmi dengan orang lain. MacArthur Foundation di AS pun mengeluarkan kesimpulan sejalan yang menyatakan bahwa manusia lanjut usia (manula) bisa bertahan hidup lebih lama disebabkan mereka kerap bersilaturahmi dengan keluarga dan kerabat. Di samping itu, mereka rajin hadir dalam pertemuan-pertemuan.

Silaturahmi terbukti mendatangkan banyak manfaat dan keberuntungan buat kita.

Disusun oleh Bambang Suharno dan Rochim Armando

JOKOWI YANG FENOMENAL


Melihat iklan Pemda DKI yang sangat gencar di TV bulan lalu, yang merupakan kampanye sang incumbent Fauzi Bowo alias Foke, saya memprediksi Fauzi sangat sulit dikalahkan oleh Jokowi atau cagub lain. Apalagi suara warga DKI yang anti Foke terpecah dalam 5 calon Gubernur yang lain. Sahabat saya Prof Jasmal Syamsu dari Unhas ketika bertemu saya di Makasar bulan lalu juga meneguhkan prediksi saya.

Kata dia, “kalau seorang incumbent kalah, sebenarnya dia keterlaluan. Soalnya semua fasilitas kampanye sudah tersedia dengan baik. Mau pake strategi apapun, logistik sudah siap”. Ah benar juga kata profesor ini. So, prediksi saya, Jokowi yang saya nilai memiliki paling memenuhi syarat untuk bisa memajukan Jakarta, saat ini mungkin belum waktunya bagi dia menjadi sang pemenang. Biarlah impian Jokowi disimpan dulu.

Namun Rabu 11 Juli, hampir semua warga DKI terhenyak melihat hasil quick Count. Ketika perhitungan cepat dimulai dan Jokowi berada di posisi teratas, saya masih belum yakin. Mungkin karena baru 3 persen. Namun ternyata hingga sistem hitung cepat yang dilakukan berbagai lembaga selesai, Jokowi tetap berada di posisi teratas, mengalahkan sang incumbent.

Karena kemenangan Jokowi dalam putaran pertama itulah saya langsung berniat menulis mengenai profil Jokowi di blog saya ini. Anda tahu siapa Jokowi? Nama lengkapnya Ir. Joko Widodo. Nama Jokowi adalah pemberian seorang pengusaha mebel Prancis yang menjadi buyer dari produk mebel Jokowi. Ia lahir di Kota Surakarta (Solo) 21 Juni 1961. Jokowi kecil adalah anak seorang "tukang kayu". Setelah lulus dari SMA, ia melanjutkan kuliah di Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada . Setelah lulus kuliah tahun 1985, Jokowi merantau ke Aceh dan bekerja di salah satu BUMN. Kemudian kembali ke Solo dan bekerja di Perusahaan yang bergerak di bidang perkayuan, CV. Roda Jati. Setelah merasa cukup ilmu dan pengalaman, pada tahun 1998, ia memutuskan berhenti bekerja dan memulai berbisnis sendiri. Dengan kerja keras, ketekunan dan keuletan, akhirnya Jokowi berhasil mengembangkan bisnisnya dan menjadi seorang eksportir mebel.

Menjadi Walikota Solo

Pada tahun 2005, Jokowi memutuskan untuk mencalonkan diri sebagai Walikota Solo dengan partai politik PDI Perjuangan sebagai kendaraan politiknya. Keputusan ini membuahkan hasil.

Di bawah kepemimpinannya, Solo mengalami perubahan yang pesat. Branding untuk kota Solo dilakukan dengan slogan "Solo: The Spirit of Java". Langkah yang dilakukannya cukup progresif untuk ukuran kota-kota di Jawa. Ia mampu merelokasi pedagang barang bekas di Taman Banjarsari hampir tanpa gejolak untuk merevitalisasi fungsi lahan hijau terbuka, memberi syarat pada investor untuk mau memikirkan kepentingan publik, melakukan komunikasi langsung rutin dan terbuka (disiarkan oleh televisi lokal) dengan masyarakat. Taman Balekambang, yang terlantar semenjak ditinggalkan oleh pengelolanya, dijadikannya taman. Jokowi juga tak segan menampik investor yang tidak setuju dengan prinsip kepemimpinannya. Sebagai tindak lanjut branding ia mengajukan Surakarta untuk menjadi anggota Organisasi Kota-kota Warisan Dunia dan diterima pada tahun 2006.

Langkahnya berlanjut dengan keberhasilan Surakarta menjadi tuan rumah Konferensi organisasi tersebut pada bulan Oktober 2008 ini. Pada tahun 2007 Surakarta juga telah menjadi tuan rumah Festival Musik Dunia (FMD) yang diadakan di kompleks Benteng Vastenburg yang terancam digusur untuk dijadikan pusat bisnis dan perbelanjaan. FMD pada tahun 2008 diselenggarakan di komplek Istana Mangkunegaran

Sikap rendah hati Walikota solo ini tidaklah dibuat-buat. Bagi Masyarakat Solo, Jokowi adalah sosok pemimpin yang sangat peduli dengan kehidupan mereka. Di lorong pasar dan jalan-jalan di Kota Solo, Pak Jokowi sering sekali mengobrol dan mendengarkan keluh kesah rakyat tanpa jarak.

Ada satu fakta yang sangat mengejutkan, Jokowi belum pernah mengambil gajinya selama menjabat sebagai seorang Walikota dan Mobil yang ia pakai sebagai mobil dinas saat ini hanyalah "warisan" mobil dinas pendahulunya yaitu Bapak Slamet Suryanto.

Pada pemilihan Walikota 2010-2015, Pak Jokowi berhasil meraih 90% suara dari total pemilih. Sungguh fantastis seorang pemimpin yang benar-benar dicintai masyarakatnya. 


MENGELOLA GAJI MENJADI BISNIS



Berapakah pendapatan anda saat ini? Berapapun yang anda peroleh, semuanya bisa berpotensi dilipat gandakan. Anda yang merasa berpenghasilan pas-pasan kemungkinan mengatakan, "mana mungkin saya bisa melipatgandakan penghasilan melalui bisnis, sedangkan setiap bulan saya harus pinjam sana sini untuk menutupi kekurangan biaya hidup?"

Wahai para pembaca yang budiman, bila anda masih bermental karyawan, berapapun uang yang anda peroleh, hutang anda akan bertambah banyak. Bila anda punya gaji satu juta rupiah, anda pasti kekurangan haji. Anda akan membayangkan bahwa gaji Rp 2 juta akan lebih baik. Ternyata, ketika gaji anda 2 juta, keinginan anda malah melebihi 2 juta. Anda harus membeli sepeda motor dengan cara kredit. Gaji anda naik lagi menjadi 3 juta, anda mulai ambil kredit rumah. Gaji naik 4 juta dan seterusnya, anda mulai membayar cicilan mobil tiap bulan. Semakin tinggi gaji anda, hutang pun semakin banyak. Itulah mental pegawai.
Sebuah survey menunjukan bahwa eksekutif yang gajinya 15-20 juta, terancam jatuh miskin karena pengeluaran konsumtifnya sangat tinggi. Bahkan 60% dari pendapatannya tersebut digunakan untuk membayar cicilan hutang. Hutang konsumtif pula. Mental pegawai identik dengan mental konsumtif.

Berapapun pendapatannya, akan digunakan untuk meningkatkan gaya hidup dimana semuanya memakan tambahan biaya berikutnya. Yang dibeli pegawai selalu meminta biaya. Semakin mahal mobil yang anda beli, semakin tinggi pula biaya yang diperlukan untuk pemeliharaan. Beli rumah? Sama saja, makin mewah rumah yang anda beli, biaya pemeliharaannya juga semakin mahal. Lantas bagaimana sebaiknya mengelola penghasilan yang kita sebut gaji ?

Sebagaimana yang saya sampaikan di buku saya "Langkah Jitu Memulai Bisnis dari Nol", orang bermental entrepreneur berbeda dengan orang yang bermental pegawai dalam hal cara mengeluarkan uang. Orang bermental pegawai selalu mengeluarkan uang untuk kepentingan konsumtif, sedangkan orang bermental entrepreneur selalu berusaha agar uang yang keluar bisa kembali lagi dalam jumlah yang lebih banyak. Dengan demikian orang bermental entrepreneur uangnya selalu diupayakan untuk produktif, karena pengeluaran konsumtif sebenarnya hanya meliputi sandang (pakaian), pangan dan papan (tempat tinggal).
Orang bermental pegawai selalu bekerja keras untuk mencari uang dan menghabiskannya untuk belanja barang konsumtif. Sedangkan orang bermental entrepreneur selalu berusaha sebagian uangnya bisa menjadi uang lagi. Orang bermental pegawai semua hutangnya dibayar dengan gaji, karena hutangnya berupa hutang konsumtif, sedangkan orang bermental entrepreneur boleh punya hutang, tapi hutangnya berupa hutang produktif, yakni hutang yang dibayar dari hasil bisnis.

Misalnya, hutang ke bank untuk membeli ruko, selanjutnya ruko digunakan untuk bisnis yang dapat menghasilkan sehingga dapat membayar cicilan hutang ke bank.Bagaimana caranya agar anda yang terbiasa hidup dengan pengeluaran yang konsumtif menjadi produktif?

Ikuti langkah berikut ini: 1. Disiplin untuk menyisihkan penghasilan anda, minimal 10%. Lakukanlah sekarang. Sisihkan setiap anda menerima gaji dengan memasukkan pada tabungan. Kebanyakan orang mau berniat menabung apabila ada sisa uang. Kenyataannya hampir tidak mungkin ada sisa uang yang bisa ditabung. Cara berpikirnya harus dibalik, sisihkan dulu uang untuk ditabung, barulah sisanya digunakan untuk kebutuhan harian.

2. Carilah peluang usaha yang memungkinkan anda tidak perlu mengelolanya setiap hari. Anda bilang sulit? Ya, sulit itu artinya pasti ada solusinya. Maka, carilah ilmu kepada orang yang berpengalaman mengelola bisnis tanpa harus mengelolanya setiap hari. Bacalah media tentang wirausaha, baca iklan peluang bisnis, ikuti seminar wirausaha. Kelak anda akan bertemu dengan banyak orang punya bisnis yang bisa membantu kesulitan anda.

3. Bergaullah dengan orang-orang yang telah memiliki mental entrepreneur. Dengan bergaul dengan orang bermental entrepreneur, anda akan mudah untuk mengembangkan mental entrepreneur, yakni mental untuk membuat orang menjadi produktif.

4. Sedekahlah. Sumbangan merupakan wujud atau bukti bahwa anda memiliki rasa syukur atas rejeki yang anda peroleh. Sedekah juga membuat anda merasa punya kelebihan dibanding orang lain, dan kelak akan membuat anda lebih mudah dan bersemangat menggali penghasilan baru. Percaya atau tidak, lakukanlah, kelak anda akan merasakan banyak manfaatnya.

Banyak orang yang mendambakan pendapatan pasif dengan cara deposito di bank. Ini bisa dilakukan oleh orang-orang yang sudah terlanjur "kaya"sejak kecil. Bagi anda yang memulai karir dengan kondisi pas-pasan dan tidak mendapat warisan yang pantas didepositokan, tak perlu memikirkan cara menabung untuk mendapatkan passive income deposito.Karena berdasarkan perhitungan bunga bank normal, katakanlah 8% per tahun, maka untuk mendapatkan bunga deposito sebesar gaji anda sekarang, anda butuh waktu untuk menabung selama 25 tahun lebih dengan menyisihkan 20% penghasilan anda setiap bulan.
Apakah anda sanggup menyisihkan 20% gaji anda setiap bulan selama 25 tahun tanpa pernah diambil serupiahpun? Kemungkinannya sangat kecil bukan? Maka sebagaimana disebut di muka, anda harus disiplin menyisihkan uang penghasilan anda, yang kelak dapat digunakan untuk membuka bisnis. Itulah jalan terbaik untuk melipatgandakan penghasilan anda saat ini***


Perjalanan Ke Negeri Gajah Putih


Tanggal 7-10 Februari lalu saya berkesempatan mengunjungi Negeri Gajah Putih alias Thailand. Saya berangkat bersama rombongan delegasi Indonesia yang akan mengikuti pameran Ildex (International Livestock and Dairy Expo) yang berlangsung di Queen Sirikit National Convention Center.

Dalam tulisan ini saya tidak berkisah mengenai acara konferensi, seminar dan pameran tersebut, melainkan pandangan saya mengenai suasana kota Bangkok yang saya kunjungi.

Sebelumnya saya berkunjung ke Bangkok tahun 2003. Waktu itu bandaranya masih di Don Muang, sekarang sudah pindah ke Bandara Swarnabhumi yang sangat luas. Dibanding 9 tahun lalu, tentu Bangkok sudah lebih modern dan lebih padat.

Bangkok mirip Jakarta. Kemacetan terjadi di pagi dan sore hari. Bedanya, Bangkok lebih rapi. kemacetannya masih terbilang normal, masih kategori padat merayap, bukan macet total sebagaimana sering terjadi di jakarta.

Jalan raya lebih rapi. Harga barang di pinggir jalan dengan di Mall relatif sama. Pedagang kaki lima tampak lebih rapi. Pedagang makanan di pinggir jalan lebih bersih dan tampak sekali mereka menjaga kebersihan dan tidak membuang sampah di sembarang tempat. Beda dengan sebagian (besar) pedagang kaki lima di Jakarta yang terkesan kotor dan jorok.

Di pagi hari sekitar jam 6 pagi saya coba berjalan ke jalan-jalan sekitar Hotel Landmark tempat saya menginap. Saya melihat beberapa orang berbaris antri untuk membeli sarapan. Ini berbeda sekali dengan suasana di Jakarta dimana para pembeli berkerumun dan kadang yang datang belakangan minta dilayani lebih dahulu.

Dari perjalanan bersama rombongan, hampir semuanya berkesan bahwa dalam hal wisata, Indonesia sejatinya jauh lebih indah dibanding Thailand. Bedanya, para pelaku bisnis dan pemerintah Thailand dangat pintar menjual keindahan Thailand.

Istana Raja, Grand Palace, tak pernah sepi dari pengunjung. Di hari kerja pun, wisatawan harus berdesakan untuk melihat keindahan istana, yang kira-kira sama dengan keindahan Keraton Yogyakarta. Makan malam di kapal yang berlayar di sungai Chaop Raya menjadi pilihan para wisatawan dari berbagai negara. Bayangkan, untuk sekedar makan malam di kapal, wisatawan harus rela antri menunggu sekitar 1 jam. Sungai yang membelah kota Bangkok inilah yang menjadi ":jualan" pelaku bisnis wisata di sana.

Wisata belanja, baik makanan dan cindera mata yang ada di pasar tradisional maupun di mall juga dikemas menjadi wisata yang sangat menggiurkan kaum wisatawan dari berbagai negara.

sekian dulu ya tulisan saya. salam