Berilah saya tempat
berpijak dan pengungkit yang cukup
panjang , maka akan saya pindahkan seluruh bumi (Archimedes , 278-212 SM)
Tahukah anda bahwa Campina adalah sebuah usaha berbadan
hukum koperasi? Ya, Campina adalah salah satu koperasi terbesar di Eropa. Tahun
2009 lalu jumlah anggotanya lebih dari 7.700 orang. Penyebaran anggotanya
meliputi 3 negara yaitu Belanda, Belgia dan Jerman. Koperasi ini berdiri tahun 1979 dengan produk
susu segar, yoghurt, mentega, keju, kue cream dan berbagai makanan berbagan
dasar susu.
Volume usaha Campina tahun 2005 sebesar USD 4,2 miliar dan
masuk Koperasi terbesar peringkat ke-53 menurut
ICA (International Cooperative
Aliance). Di Indonesia, Campina terkenal dengan produk es krimnya.
Sementara itu di Jepang, ada koperasi Zen-Noh, yang
merupakan koperasi terbesar di dunia. Data tahun 2009, koperasi ini
beranggotakan 10 koperasi pertanian tingkat sekunder , 43 koperasi sekunder
khusus, 66 koperasi berbagai jenis, 1010 koperasi primer serta 4,4 juta orang
anggota perorangan. Dengan Jumlah
karyawan 12.500 orang lebih, Koperasi Zen-Noh menyediakan barang kebutuhan
petani seperti alat dan mesin pertanian, bahan baku serta barang konsumsi yang
dibutuhkan anggota. Volume usaha koperasi ini mencapai USD 63,4 miliar, dan
masuk dalam peringkat pertama dari 300 koperasi terbaik dunia versi ICA.
Sayang sekali dari 300 koperasi terbaik dunia tersebut, tak
ada satu pun koperasi Indonesia. Yang ada adalah koperasi negara tetangga yaitu
Koperasi Bank Kerjasama Rakyat (Malaysia)
dan Koperasi jasa keuangan NTUC Income (Singapura).
Namun bukan berarti di Indonesia tidak ada koperasi sukses.
Kita mengenal KPBS (Koperasi Peternakan Bandung Selatan), Koperasi SAE Pujon,
Koperasi Batik dan sebagainya. Bahkan ada sebuah kegiatan arisan para ibu yang kini
menjelma menjadi koperasi besar, yaitu Koperasi Setia Bhakti Wanita, Surabaya. Bermula dari arisan yang hanya Rp. 2.000/anggota,
kini omset mencapai lebih dari Rp 200 miliar /tahun dengan jumlah anggota lebih
dari 10 ribu orang.
Kini masyarakat mulai paham bahwa tidak berkembangnya koperasi bukan karena lembaga koperasinya yang salah
melainkan manajemennya yang perlu diperbaiki.
Yang menakjubkan dari
koperasi yang berkembang adalah banyak di antaranya yang dimulai dengan modal
seadanya, hanya simpanan pokok dan simpanan wajib yang besarnya tidak seberapa.
Setelah dikelola dengan menggali potensi dari anggotanya, koperasi berkembang
dengan pesat.
Sebuah organisasi bisnis dapat berkembang pesat karena memiliki
alat ungkit yang baik, demikian kata Mark Victor Hansen dan Robert G. Allen . Kedua penulis buku sukses ini menyatakan,
menggunakan pengungkit sama dengan meningkatkan kecepatan tumbuh. Kalau anda
ingin menciptakan kesuksesan, anda perlu menggunakan pengungkit. Pengungkit
sukses terdiri dari 3 bagian, yaitu
pertama tujuan/impian para pendiri, kedua;
penopang pengungkit yaitu manajemen dan ketiga adalah pengungkitnya itu
sendiri. Agar impian besar itu dapat
dicapai, maka alat ungkit harus panjang. Daya ungkit semakin baik, jika alat
ungkitnya semakin panjang.
Daya ungkit apa saja yang diperlukan? Pertama, pembimbing . Organisasi-organisasi yang sukses, termasuk
koperasi memiliki pembimbing yang baik, yang berpengalaman dan yang bisa
melihat banyak hal yang perlu diperbaiki. Kedua
adalah tim yang baik. Jika anda bekerja sendiri bisa menghasilkan 1 miliar,
maka bekerja dalam 5 orang, harusnya mendapat lebih dari 5 miliar. Itulah
tim. Ketiga adalah jaringan (network).
Nilai sebuah jaringan adalah kuadrat dari jumlah orangnya. Jika koperasi
beranggotakan 100 orang , maka masing-masing punya relasi 100 orang lagi
sehingga nilai jaringannya adalah 10.000 orang.
Keempat adalah
jaringan tak terhingga, yaitu hubungan jiwa atau rohani yang menghubungkan sesama
anggota. Semangat kebersamaan adalah jaringan yang nilainya tak terhingga.
Kelima adalah
peralatan dan ketrampilan. Ketika organisasi makin besar, manajemen perlu
memanfaatkan teknologi yang tepat. Jika tidak, mereka akan mudah tenggelam
dalam hiruk pikuk persaingan bisnis.***
Bambang Suharno, Majalah Infovet April 2014
0 Comments:
Posting Komentar