Perlakukanlah orang lain sebagaimana engkau mengharapkan orang lain memperlakukanmu, demikian petuah yang sering kita dengar. Boleh jadi sekarang kita perlu mengevaluasi petuah ini. Pasalnya, setiap orang sebenarnya memiliki kemauan yang berbeda-beda tergantung cara berpikir dan berperilaku.
Jika Anda senang diberi penghargaan di atas
panggung, belum tentu staf Anda senang diperlakukan yang sama. Jika Anda senang
dikasih bunga, belum tentu orang lain senang dikasih bunga. Jadi perlakukanlah orang
lain sebagaimana mestinya, yaitu sebagaimana tipe orang tersebut.
Pesan ini disampaikan oleh Agus Purwanto, Certified Associate Emergenetics International-Asia saat
memberikan workshop emergenetics di
depan pengurus ASOHI Pusat, pertengahan Agustus lalu. Agus mengatakan, Emergenetics merupakan salah satu psychometrics tools berdasarkan pada brain research terkini. Saat ini di
berbagai negara, Emergenetics makin populer
karena tool ini dapat memberikan arah obyektif dalam
mengembangkan individu dan tim.
Keunggulan emergenetics
adalah mampu secara jelas mendeteksi tipe setiap orang dalam hal berpikir dan
bertingkah laku (thinking and behavior)
yang diterjemahkan dalam bentuk diagram yang mudah dipahami.
Konsep Emergenetics diciptakan oleh Geil Browning PhD dari Colorado
Amerika Serikat, yang kini mengembangkan lembaga The Browning Group International. Sebagai pendidik, peneliti, trainer,
dan pembicara bereputasi internasional, ia telah membuat perubahan yang signifikan
dalam kehidupan ratusan ribu orang melalui konsep Emergenetics.
Menurut Browning, siapa diri kita
sekarang merupakan hasil watak tertentu yang emerged (muncul) dari pengalaman kehidupan kita, ditambah
genetics (ciri-ciri genetis) kita. Interaksi antara nature dan nurture ini
merupakan dasar Emergenetics.
|
Dengan memahami profil emergenetic, kita dapat lebih memahami diri sendiri dalam melakukan pendekatan
pada situasi baru, cara kita menyelesaikan berbagai hal, cara orang lain
melihat kita, cara meningkatkan hubungan dan cara berkomunikasi dengan orang
yang tidak seperti kita.
Menerapkan Emergenetics di tempat kerja akan membuat kita bisa mengambil
keputusan karier yang optimal, mendorong kreativitas dan kinerja, meningkatkan
profit, membuat keputusan yang lebih baik, membentuk tim “penasihat” yang tepat,
menulis kajian kinerja yang efektif, memberikan presentasi yang menarik,
menjual kepada berbagai jenis pelanggan, dan memotivasi segala macam karyawan.
Melalui serangkaian kuesioner online, emergenetics dapat menilai cara berpikir
kita ke dalam 4 jenis yaitu Analitis (blue preference), Struktural (green preference), Sosial (social preference) dan Konseptual (yellow preference) . Sedangkan keunggulan
perilaku kita dinilai dengan mengukur tingkat ekspresi (expressiveness) , Keasertifan (assertiveness),
dan Fleksibilitas (flexibility).
Berbeda dengan konsep lainnya, dimana para pakar
biasanya mencampuradukan antara berpikir dan berperilaku, pendekatan emergenetics memisahkan cara berpikir
dan berperilaku. Perbedaan lainnya
adalah, emergenetics memastikan bahwa
semua jenis manusia baik cara berpikir maupun berperilaku adalah sudah baik
adanya.
Agus Purwanto,
memberikan contoh tokoh dunia yang ternyata memiliki perbedaan dalam cara
berpikir. Gregory Mendel, peletak
dasar teori genetika modern, memiliki blue
preference alias cara berpikir
analitis. Jend. D. Eisenhower, pemimpin operasi D-Day di pantai Normandia, 6
Juni 1942, memiliki green preference alias cara berpikir struktural. Bunda Theresa, pemimpin
organisasi nirlaba yang menyantuni anak miskin di banyak negara, memiliki red preference alias pola pikir social. Sedangkan Albert Einstein , penemu teori relativitas yang
sangat menghebohkan, memiliki yellow
preference alias berpikir secara konseptual.
Bambang Suharno
Artikel ini dimuat di Majalah Infovet edisi September 2014