Sabtu
25 Mei lalu saya ke koperasi agro niaga di Jabung Malang diantar mobil
rental dari Bandara Abdurahman Saleh Malang. Suasana di halaman koperasi tampak ramai.
" Mau
ketemu siapa pak?" Tanya petugas security dengan ramah. "Dengan bu Eva
pak. Saya sdh janji jam 9," jawab saya singkat.
|
Bersama pengurus Koperasi Agro Niaga (KAN) Malang |
"Pak Bambang ya? Silakan pak, langsung ke lantai 2 gedung sebelah kiri,"
Saya terkesima dg respon security. Saya merasa sedang di sebuah
perusahaan semacam perbankan yg sistem prosedurnya sangat rapih. Sama
sekali tidak merasa di kecamatan Jabung Malang.
Selidik punya selidik. Koperasi ini sudah bersertifikat ISO 9001. Wow, luar biasa.
"Ramai sekali pak. Lagi acara apa? " tanya saya penasaran.
"Hari ini jadwal pembayaran susu pak", jawabnya. Lantas ia menjelaskan,
pembayaran susu ke anggota sebulan dua kali. Ia juga menunjukkan satu
ruang yg sedang acara training manajemen untuk karyawan .
Selanjutnya saya mendapat cerita seru dari Bu Eva selaku manager koperasi didampingi ketua Koperasi Wahyu dan beberapa ketua koperasi yg lain.
Dibanding koperasi SAE Pujon yg juga di Malang, KAN kalah populer, setidaknya untuk orang Jakarta. Namun begitu masuk ke sana dan mendalami kiprahnya di wilayah Malang, barulah saya berdecak kagum pada para pengurus dan manajemen koperasi yang penuh dedikasi untuk mengembangkan koperasi sebagai lembaga yang mengangkat kesejahteraan masyarakat.
Koperasi ini semula KUD yang dikelola model orde baru yg bisa dibilang
kurang inovatif, hanya mengerjakan tugas sesuai perintah para pembina,
yakni pemerintah.
Pasca krisis ekonomi 98, Para pengurus berdiskusi bagaimana
mengembangkan koperasi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
setempat.
Jabung adalah daerah miskin. Dari 15 desa, 10 desa masuk kategori desa
tertinggal. Sulit dibayangkan ada model kegiatan yg mampu menggerakkan
ekonomi masyarakat. Satu-satunya yg memungkinkan adalah koperasi.
Tahap awal koperasi ini menggerakkan kegiatan usaha tebu. Berikutnya kegiatan usaha sapi perah.
Di kala usaha sapi perah di tempat lain cenderung turun, usaha KAN justru berkembang.
"Usaha tebu membutuhkan lahan luas, sedangkan sapi perah bisa di rumah.
Jadinya banyak buruh tebu dan buruh tani mencoba belajar sapi perah.
Kami bimbing mereka dari nol ,"urai Wahyu.
Kini anggota KAN sekitar 2200 orang dengan jumlah sapi 8 ribu ekor sapi induk.
Sebanyak 1900 anggota adalah peternak sapi, sisanya usaha tanaman tebu.
Anggota bukan hanya dididik sebagai peternak tp juga sebagai pelaku usaha yg mampu mengelola hasil usahanya agar produktif.
Untuk memenuhi kebutuhan anggota akan rumah yang bagus, koperasi ini
mengembangkan kegiatan usaha toko bangunan, berikutnya disediakan
bengkel motor untuk anggota. Dan juga didirikan Baitul Maal untuk
anggota yg butuh modal usaha.
" Mulai tahun 2000an koperasi ini mengembangkan diri secara modern. Dulu
anggota ke sini harus naik ojek, sekarang sudah pada punya sepeda
motor. Biasanya kalau ambil bayaran susu, bisa sambil service motor ke
bengkel yang lokasinya di kawasan ini juga," urai Wahyu.
Boleh dibilang sekarang tak ada lagi desa miskin. Usaha sapi perah
telah membuat gairah ekonomi yang dinamis. Usaha ini menggerakkan sektor
lain termasuk usaha tanaman tebu. Berkat sapi perah pucuk tebu bermanfaat untuk
pakan sapi. Sebaliknya usaha sapi menjadi lebih efisien berkat pakan
dari pucuk tebu yg lebih murah. Begitu pula kotoran sapi, bermanfaat untuk pupuk tanaman tebu.
tak kalah hebatnya, kotoran sapi juga telah diolah menjadi biogas yang bermanfaat untuk keperluan rumah tangga petani ternak.
Susu yang dihasilkan anggota kini tidak lagi tergantung pada satu industri
pengolahan susu, melainkan beberapa industri. Bahkan KAN juga sudah
mulai mengembangkan usaha pengolahan susu meski baru mampu menyerap
kurang dari 10% dari total produksi anggota .
Berkat prestasinya, sejumlah penghargaan diterima KAN baik dari lembaga pemerintah dan swasta, dalam negeri maupun luar negeri.
"Apa dengan dana yang hanya 7% dari harga jual susu, koperasi bisa membiayai semua kegiatan operasional?" tanya saya penasaran.
"Tidak bisa pak. Itu sebabnya kami mengembangkan kegiatan lain termasuk menjual pakan ke peternak non anggota," kata Eva.
"Inovasi kegiatan itulah yg membuat kami bisa berkembang dan bisa
membayar karyawan dengan layak bahkan memberi beasiswa untuk karyawan
berprestasi yang akan melanjutkan ke jenjang kuliah S1 dan S2,"jelas Wahyu
yg telah selesai S2 berkat beasiswa dari koperasi.
Sungguh di luar dugaan, ternyata di kecamatan yang semula miskin, berkat
koperasi sapi perah KAN, kini daerah tersebut memiliki aset sebanyak 8.000 ekor sapi perah
produktif. Jika satu ekor nilai nya Rp 20 juta, berarti ada asset Rp 160
miliar. Ini belum termasuk pabrik pakan, bengkel, toko dan sebagainya yang menjadi milik
bersama melalui koperasi.
Jika Anda masih berpikiran bahwa koperasi hanya memperkaya segelintir
orang. Atau Anda berpikir bahwa koperasi tidak bisa menyejahterakan
anggotanya. Atau koperasi hanya nama saja, kegiatannya hanya sekedar ada kegiatan, maka Koperasi yang saya kunjungi ini sama sekali jauh dari
persepsi itu.
Dan saya yakin di negeri kita masih banyak koperasi yang bagus sesuai harapan bapak koperasi Moh Hatta.
Koperasi tidak berkembang antara lain karena kita sendiri yang tidak mau
ikut berperan mengembangkannya. Kita tak peduli akan perlunya koperasi, bahkan antipati terhadap kegiatan Koperasi.
Wahai kawan, masih ada kesempatan untuk berkarya untuk negeri ini melalui koperasi.
Selamat Hari Koperasi 12 juli 2016.
0 Comments:
Posting Komentar