Satu kepakan kupu-kupu di Brasil
dapat menghasilkan angin tornado di Texas.
(Edward Norton Lorenz)
Edward Norton Lorenz adalah seorang ahli matematika dan
metereologi Amerika Serikat yang menjadi terkenal karena teori efek kupu-kupu.
Teori ini ia temukan tahun 1961 saat ia
secara tidak sengaja yang menemukan sebuah perbedaan kecil dari sebuah
kejadian yang dapat menimbulkan kejadian besar di kemudian hari.
Ceritanya begini. Dalam usahanya melakukan peramalan cuaca,
Lorenz menyelesaikan 12 persamaan diferensial non-linear dengan komputer yang
digambarkan dalam grafik. Pada awalnya dia mencetak hasil perhitungannya di
atas sehelai kertas dengan format enam angka di belakang koma (...,506127).
Kemudian, untuk menghemat waktu dan kertas, ia memasukkan hanya tiga angka di
belakang koma (...,506). Asumsinya perbedaan desimal 6 angka di belakang koma
dengan 3 angka di belakang koma, tidaklah akan berpengaruh pada sistem yang
sedang ia teliti.
Ia mencetak satu per satu grafik pada kertas sama yang sudah
berisi hasil cetakan tadi. Satu jam kemudian, ia dikagetkan dengan hasil yang
sangat berbeda dengan yang diharapkan. Pada awalnya kedua kurva tersebut memang
berimpitan, tetapi sedikit demi sedikit bergeser sampai membentuk corak yang
lain sama sekali.
Berdasarkan penemuan itu ia menyimpulkan bahwa satu kepakan
sayap burung camar laut (seagull) dapat mengubah jalannya cuaca untuk
selamanya. Atas anjuran rekan-rekan sejawatnya, dalam kuliah-kuliah dan
publikasi selanjutnya, Lorenz menggunakan contoh yang lebih puitis, yaitu
kepakan kecil kupu-kupu di Brasil dapat menimpulkan angin tornado di Texas.
Ketika Lorenz akan melakukan ceramah pada pertemuan ke-139
American Association for the Advancement of Science tahun 1972, rekan Lorenz,
Philip Merilees, mengusulkan judul "Does the flap of a butterfly’s wings
in Brazil set off a tornado in Texas?" ("Apakah kepakan sayap
kupu-kupu di Brasil menyulut angin tornado di Texas?"). Meskipun kepakan
sayap kupu-kupu tetap konstan dalam konsep ini, lokasi kupu-kupu, dampaknya dan
lokasi dari dampak-dampak selanjutnya dapat bervariasi luas.
Kepakan sayap kupu-kupu secara teori menyebabkan
perubahan-perubahan sangat kecil dalam atmosfir bumi yang akhirnya mengubah
jalur angin ribut (tornado) atau menunda, mempercepat bahkan mencegah
terjadinya tornado di tempat lain. Kepakan sayap ini merujuk kepada perubahan
kecil dari kondisi awal suatu sistem, yang mengakibatkan rangkaian peristiwa
menuju kepada perubahan skala besar .
Penemuan Lorenz kini tidak hanya dipakai untuk urusan cuaca.
Kalimat itu belakangan menjadi terkenal dan berperan sebagai sebuah peribahasa
dan kata-kata motivasi. Jika hal kecil seperti kepakan kupu-kupu yang berjalan
konsisten terus menerus dapat menimbulkan angin Tornado, demikian pula dalam
kehidupan ini. Pekerjaan sederhana yang dilakukan sungguh-sungguh kelak dapat
menimbulkan dampak besar. Sebaliknya kekeliruan kecil yang dilakukan terus
menerus dapat menimbulkan kerugian besar di kemudian hari.
Dalam kehidupan, tanpa kita sadari bahwa banyak hal-hal
besar yang terjadi berawal dari keputusan dan tindakan yang kecil. Sebuah
langkah perubahan kecil, bisa menjadi awal perubahan besar dalam kehidupan
seseorang, Hal kecil yang baik dan buruk bisa berefek besar. Seperti mereka
yang memutuskan untuk berhenti merokok, dengan memulai mengurangi sebatang
sehari itu sudah bentuk perubahan kecil menuju ke perubahan yang besar.
Begitu pula kebiasaan kecil yang buruk juga akan berdampak
buruk yang besar. Misalnya kebiasaan menunda pekerjaan, kebiasaan terlambat
dalam menghadiri pertemuan. Telah banyak bukti hal ini membuat reputasi buruk
bagi orang, bahkan perusahaan.
Efek kupu-kupu ada kaitannya dengan Teori Chaos, teori yang
berkenaan dengan sistem yang tidak teratur seperti awan, pohon, garis pantai,
ombak dan lain-lain yang sifatnya random, tidak beraturan. Namun bila dilakukan
pembagian (fraksi) atas bagian-bagian yang kecil, maka sistem yang besar yang
tidak teratur ini didapati sebagai pengulangan dari bagian-bagian yang teratur.
Begitupun dengan hidup ini. Satu kejadian sepertinya tidak terkait dengan
kejadian lain, namun kerapkali jika dirunut akan ketemu simpulnya.
Maka jangan sepelekan kebiasaan-kebiasaan kecil.***
Bambang Suharno