Ketika
menghadapi masalah terasa sangat rumit, pikiran terasa buntu. Sepertinya tak
ada jalan keluar. Cobalah untuk berpikir secara lateral
Edward De Bono |
Lintah darat yang dikenal licik itu mengajukan
usulan, ia akan menaruh dua buah kerikil ke dalam kantong uang yang kosong,
yang satu berwarna hitam dan yang satunya lagi berwarna putih. Anak gadis
tersebut harus mengambil salah satu kerikil di dalam kantung. Bila dia mendapat
kerikil yang hitam, maka ia harus bersedia menjadi istrinya dan hutang ayahnya
dibebaskan. Sedangkan apabila ia mendapat yang putih, maka sang gadis dan utang
ayahnya akan dibebaskan. Namun seandainya ia menolak tawaran tersebut maka
ayahnya akan dijebloskan kedalam penjara. Apa boleh buat sang saudagar itu
terpaksa menyetujui tawaran tersebut.
Mereka berjalan di atas jalanan berkerikil
di taman milik sang lintah darat itu. Sambil berbincang-bincang, sang lintah
darat berhenti sejenak dan mengambil dua buah kerikil. Saat itu, mata sang
gadis itu melihat bahwa ternyata lintah darat itu mengambil dua buah kerikil
yang berwarna hitam semua dan segera memasukkannya ke dalam kantung. Ia segera
meminta gadis itu untuk memilih kerikil tersebut guna menentukan peruntungan
bagi dirinya dan juga bagi ayahnya sendiri.
Sekarang bayangkanlah seandainya Anda
yang berada di dalam situasi tersebut, apa yang akan Anda lakukan? Mungkin
pikiran Anda akan buntu, menyerah pada keadaan.
Untunglah, si gadis mendadak punya ide yang luar biasa. Ia memasukkan
tangannya kedalam kantung uang dan mengambil salah satu kerikilnya. Tanpa
membuka tangannya ia berpura-pura terjatuh dan membiarkan kerikil tersebut
segera berbaur dengan kerikil-kerikil lain yang ada di lintasan tersebut, tanpa
dapat dikenali lagi. “Ohh… betapa cerobohnya saya,” katanya.Karena kerikil yang tersisa dalam kantung itu tentu saja berwarna hitam, maka dapat diasumsikan bahwa gadis itu mengambil kerikil berwarna putih, karena tentu saja sang lintah darat itu tidak mau ketahuan bahwa ia telah berbuat licik.
Dengan cara ini, sang gadis telah berhasil mengubah situasi yang seolah-olah tanpa harapan menjadi sesuatu yang justru menguntungkan. Sudah tentu gadis ini mendapat keuntungan daripada seandainya si lintah darat benar-benar jujur, karena dalam situasi itu peluang si gadis hanya 50%.
Cara berpikir sang gadis adalah salah satu contoh cara berpikir lateral yang belakangan sangat populer setelah dikaji dan dikembangkan oleh Edward De Bono.
De Bono mendefinisikan berpikir lateral sebagai suatu metoda berpikir yang lebih menitik beratkan kepada perubahan konsep dan persepsi. Berpikir lateral dapat menghasilkan ide yang tidak dapat dihasilkan dengan metoda berpikir tradisional (berpikir vertical).
Menurut De Bono, pola pikir laterallah yang dapat menemukani ide baru yang kreatif dan sulit diduga. Untuk melatih pola pikir lateral, dapat dilakukan dengan 4 tahap. Pertama, kita perlu memilih fokus apa yang ingin dilakukan. Misalkan ingin mencari ide pengembangan produk mentega, maka fokusnya pada produk mentega. Anda ingin memodifikasi proses baru dalam service blueprinting maka fokusnya adalah suatu proses spesifik dalam blueprint Anda.
Setelah fokus kita dapat, ambil satu kata yang paling cepat muncul di benak Anda. Ambil contoh, mentega. Kata paling cepat muncul di benak kita adalah, dioles pake pisau. Kita lanjut ke tahap ke 3 yaitu mencari kata apa saja yang tidak berhubungan. Misalkan, dioles pakai rexona. Nah kita tertawa membayangkan mentega apaan dioles pakai rexona. Muncullah gap antara fokus yang kita pilih dengan kata lateral yang terambil.
Tahap berikutnya adalah mencari hubungan dengan otak kiri rasional kita. Kalau begitu, apakah mungkin mengoles mentega pakai rexona? Jawabannya mungkin saja. Dan ini yang membawa seorang penemu jepang menemukan ide mengoles mentega dengan alat roll on seperti “rexona”. Praktis dan merata.
Sekali kita menemukan kata yang lateral dengan fokus kita, akan muncul banyak pertanyaan yang memaksa otak logis untuk menjawab. Elaborasi jawaban dari berbagai pertanyaan logis akan membawa kita pada sebuah ide kreatif.***
Sudah dipublikasikan di majalah Info Akuakultur edisi Mei 2016
0 Comments:
Posting Komentar