deretan orang VIP di opening ceremony Sima ASEAN |
di salah satu sudut kota |
Saya diundang untuk berkunjung ke pameran SIMA ASEAN mewakili majalah Infovet . Pameran berlangsung Kamis sampai Sabtu 8-10 September 2016. Ini adalah ketiga kalinya saya ke Bangkok untuk mengunjungi pameran. Pertama, saya pernah mengunjungi pameran peternakan terbesar se asia yang namanya VIV (penyelenggaranya adalah event organizer asal Belanda bekerjasama dengan Thailand). Kedua, saya berkunjung ke pameran ILDEX (International Livestock and Dairy Industry Expo) tahun 2012 . Penyelenggara ILDEX masih satu group dengan VIV, namun skala pamerannya tidak sebesar VIV. Kedua pameran tersebut sudah cukup dikenal oleh masyarakat peternakan di Indonesia, sehingga saat pameran berlangsung saya banyak bertemu dengan orang Indonesia.
Sementara itu SIMA ASEAN yang berlangsung tahun ini adalah baru yang kedua kalinya diselenggarakan. Tak heran jika masyarakat Indonesia belum begitu banyak yang tahu. Di negara asalnya Perancis, SIMA adalah salah satu pameran agribisnis terbesar di dunia.
Berbeda dengan VIV dan Ildex yang menampilkan industri peternakan, Sima ASEAN lebih memfokuskan ke Industri peralatan dan mesin pertanian, mulai dari traktor, peralatan pembenihan, peralatan budidaya, peralatan breeding, alat ransportasi pertanian, alat pemerah susu, teknologi laboratorium serta sejumlah penemuan baru di bidang pertanian.
Di depan pintu gerbang Sima ASEAN |
Pameran berlakolasi di Impact Exhibition Center Bangkok, daerah Muang Thong Thani, tidak jauh dari Bandara Don Muang. Impact Exhibition Center adalah satu kawasan yang dirancang khusus untuk event internasional baik pameran maupun forum seminar berskala internasional. Sepengetahuan saya, ada tiga venue pameran internasional di Bangkok yaitu Queen Sirikit Convention Center, BITEC (Bangkok International Trade Centre) dan Impact Exhibition Center. Yang saya sebut pertama dan kedua berlokasi di pusat kota Bangkok, sedangkan IEC di wilayah yang agak pinggir, dekat dengan Bandara. Ibarat Jakarta, IEC itu mirip dengan ICE (Indonesian Convention Exhibition) yang lokasinya di BSD Serpong, tapi bangunannya megah dan luas.
Nurmat kuseinov (kiri) dari Barbaros (perusahaan peralatan peternakan Turki) , salah satu peserta expo Sima ASEAN |
Karena ini blog pribadi, saya akan menulis mengenai bagaimana perjalanan saya ke Bangkok. Mengenai isi pameran, saya akan tulis di web majalahinfovet.com dan majalah infovet versi cetak.
Naik Pesawat Ke Don Muang
Saya berangkat Rabu pesawat jam 12.00 dari Bandara Soekarno Hatta.
Kebetulan saya mendapat tiket pesawat Air Asia ke Bangkok yang mendaratnya di Bandara Don Muang, bukan Bandara Suwarnabhumi. Bandara Don Muang adalah bandara lama, bangunannya terkesan tua, dibanding Bandara Soekarno Hatta, masih lebih keren Soekarno Hatta. Ini jauh berbeda dengan Bandara Suwarnabhumi yang dibangun sebagai bandara internasional dan modern.
Perjalanan memakan waktu 3 jam lebih dikit. terjadi delay setengah jam (saya rasa itu biasa saja ya hehe). Sehari sebelum berangkat saya melakukan chek in online melalui airasia.com sehingga saya sudah memiliki tempat duduk. Saya rasa memang lebih baik chek in online sehingga tidak perlu khawatir antri panjang di Bandara yang biasanya bisa makan waktu lebih dari setengah jam. Kali ini saya mencoba segala urusan perjalanan saya urus sendiri tidak melalui travel. Saya juga pergi tanpa jasa travel wisata sebagaimana sebelumnya, sehingga saya belum bisa menjadwalkan akan kemana saja selain ke pameran.
Pokoknya yang penting saya berangkat, sampai di Bangkok baru merancang acara di sana dengan menyesuaikan agenda pameran. Saya ajak istri saya yang baru pertama kali ke Bangkok, sehingga perjalanan menjadi lebih seru.
Sesampainya di bandara, saya sudah dijemput oleh penyelenggara dan diantar sampai hotel Novotel Impact, tempat saya menginap. Perjalanan Bandara ke Hotel Novotel memakan waktu sekitar 1/2 jam saja. Alhamdulillah dikasih hotel bagus yang lokasinya berhadapan langsung dengan lokasi pameran. Tinggal jalan kaki menyeberang jalan, langsung sampai di lokasi pameran. Wah enak juga, tidak usah terburu-buru menuju pameran. Maklum Bangkok itu kota yang macet juga, meskipun tak separah Jakarta.
Hari Pertama Pameran
Pagi subuh , Kamis 8 September saya bangun, sholat dan jalan-jalan pagi hari mengitari wilayah Impact Exhibition Center. Karena acara mulai jam 10, jadi saya santai saja. Setelah sarapan, jam 9 pagi saya sudah siap di lokasi pameran. Pengunjung dan peserta undangan acara pembukaan sudah mulai banyak. Saya menemui penyelenggara pameran untuk ngobrol sebentar dan selanjutnya mulailah acara opening ceremony.
Mirip dengan di Indonesia, acara pembukaan dipenuhi dengan sambutan penyelenggara, pejabat, ketua asosiasi dan sebagainya. Jam 12 baru selesai dan selanjutnya keliling stand pameran. Informasi yang cukup penting dalam acara pembukaan ini adalah bahwa market peralatan pertanian di kawasan Asia Tenggara berkembang pesat, sementara di Eropa sudah jenuh. Maka pameran di Bangkok ini menjadi sangat penting untuk jangka panjang.
Diperoleh data bahwa merket traktor di Thailand jumlahnya bisa mencapai 10 kali lipat dari Indonesia, meskipun Indonesia jauh lebih luas. Ini karena petani thailand lebih cepat mengadopsi teknologi, kata seorang peserta pameran. Lagi pula skala usaha petani Indonesia kan kecil-kecil sehngga belum tentu lebih efisien jika menggunakan traktor.
Oya, saya dapat kabar bahwa ada undangan makan malam di hari pertama, tapi kemudian dibatalkan , diganti jumat malam (hari kedua). Maka, ada waktu luang sore hari saya manfaatkan untuk jalan-jalan ke pusat kota. Saya putuskan ke MBK, pusat perbelanjaan yang sangat biasa dikunjungi orang Indonesia yang sangat gemar beli oleh-oleh.
Jaraknya sekilah 25 km, saya menggunakan taxi karena tidak ada jalur bus umum ataupun MRT. Kebetulan berangkat sore sehingga jalanan cukup macet. pulangnya malah sempat hujan.Ditambah lagi saya ketemu dengan sopir taksi yang tidak bisa Bahasa Inggris dan tidak bisa membaca peta. sempat nyasar lumayan jauh, tapi akhirnya bisa juga sampai ke hotel setelah bertanya ke beberapa orang dengan bahasa Tarzan. Heran, orang Thailand jarang yang bisa Bahasa Inggris, tapi pariwisata kok maju banget.
Hari kedua.
Nikmatnya perahu rakyat menuju grand palace |
Karena istri saya baru pertama kali ke Bangkok, rasanya nggak afdol kalau nggak ke Grand Palace. Setelah saya tanya ke petugas hotel, akhirnya saya putuskan untuk naik perahu ke grand palace. Saya harus naik taksi ke lokasi sungai chaopraya menuju grand palace. Naik taxi habis 200 bath, sementara tiket perahu rakyat menyusuri sungai hanya 14 bath per orang.
di kawasan Grand Palace |
Perjalanan ke Grand Palace inilah yang terasa benar-benar sedang berwisata. Karena sedang bertugas meliput, maka jalan-jalan ke Grand Palace tidak bisa berlama-lama. Jam 12 langsung balik lagi ke lokasi pameran untuk melakukan sejumlah wawancara dan pertemuan dengan peserta stand. Sorenya, habis maghrib, saya menghadiri undangan makan malam bersama wartawan dan partner Sima ASEAN dari berbagai negara dan beberapa undangan lainnya.
Pagi harinya, sabtu 10 September, saya balik ke Jakarta menggunakan pesawat Air Asia lagi. Saya sudah dapat tempat duduk melalui check in online, sehingga waktunya cukup longgar dan tidak terlalu terburu-buru.
Berbeda dengan waktu datang yang dijemput oleh petugas, kali ini saya balik ke Jakarta harus naik taksi sendiri.
Alhamdulillah semua tugas berjalan dengan baik dan lancar.**
0 Comments:
Posting Komentar