Setelah KPK menetapkan sebagai tersangka kasus Hambalang, Jumat malam 22 februari 2013, Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum
mengundurkan diri dari posisinya. Anas Urbaningrum mengumumkan
pengunduran diri dalam konferensi pers di Kantor DPP Partai Demokrat di
Jalan
Kramat Raya, Jakarta Pusat, Sabtu (23/2).
Saat menggelar konferensi pers, Anas Urbaningrum
didampingi sejumlah pimpinan DPP
Partai Demokrat yang juga loyalis Anas. Seperti Ketua Divisi Komunikasi
Publik I Gede Pasek Suardika dan Wakil Direktur Eksekutif DPP Partai
Demokrat, M. Rahmad. Anas berpidato cukup panjang. Setelah berpidato
pengunduran diri dan mencopot jaket biru kebesaran Partai Demokrat, Anas
mendapat pelukan dari kader-kader Partai Demokrat. Berikut isi lengkap
pidato pengunduran diri Anas Urbaningrum, dikutip dari Metrotvnews
|
Anas Urbaningrum |
Assalamualaikuam warrahmatullahi wabarukatuh. Terima kasih dan
selamat datang kepada rekan-rekan wartawan. Hari ini saya akan
menyampaikan sikap, pikiran dan pandangan terkait status sebagai
tersangka. Seperti diketahui bersama tanggal 22 Februari 2013 KPK sudah
mengumumkan bahwa saya dinyatakan berstatus tersangka. Atas pengumuman
KPK itu, saya menyatakan akan mengikuti proses hukum sesuai dengan
ketentuan dan prosedur yang berlaku. Karena saya masih percaya bahwa
lewat proses hukum yang adil dan obyektif dan transparan, kebenaran dan
keadilan bisa saya dapatkan.
Saya garis bawahi, saya masih percaya lewat proses hukum yang adil,
obyektif, dan transparan berdasarkan kriteria-kriteria dan tata laksana
yang memenuhi standar, saya yakin kebenaran dan keadilan masih bisa
ditegakkan. Karena saya percaya negeri kita ini berdasarkan hukum dan
keadilan, bukan berdasarkan prinsip kekuasaan.
Yang kedua, saudara-saudara sekalian, lewat proses hukum yang obyektif
dan transparan itu saya akan melakukan pembelaan hukum sebaik-baiknya.
Dan lewat proses hukum itu, berdasarkan bukti-bukti dan saksi-saksi yang
kredibel, saya meyakini betul sepenuh-penuhnya bahwa saya tidak
terlibat di dalam proses pelanggaran hukum yang disebut sebagai proyek
Hambalang itu. Ini saya tegaskan karena sekali lagi, sejak awal, saya
punya keyakinan yang penuh tentang tuduhan-tuduhan yang tak berdasar
itu.
Saya meyakini bahwa kebenaran dan keadilan pangkatnya lebih tinggi dari
fitnah dan rekayasa. Kebenaran dan keadilan akan muncul mengalahkan
fitnah dan rekayasa, sekuat apapun dibangun, sehebat apapun itu
dibangun, serapi apapun itu dijalankan. Itu keyakinan saya.
Saudara-saudara sekalian, saya ingin sampaikan, sejak awal saya meyakini
bahwa saya tidak akan punya status hukum di KPK. Mengapa? Karena saya
yakin KPK bekerja independen, mandiri, dan profesional. Karena saya
yakin KPK tidak bisa ditekan oleh opini dan hal-hal lain di luar opini,
termasuk tekanan dari kekuatan-kekuatan sebesar apapun itu.
Saya baru mulai berpikir saya akan punya status hukum di KPK ketika ada
semacam desakan agar KPK segera memperjelas status hukum saya. "Kalau
benar katakan benar, kalau salah katakan salah." Ketika ada desakan
seperti itu, saya baru mulai berpikir jangan-jangan, saya menjadi yakin,
saya menjadi tersangka setelah saya dipersilakan untuk lebih fokus
berkonsentrasi menghadapi masalah hukum di KPK. Ketika saya dipersilakan
untuk lebih fokus menghadapi masalah hukum di KPK berarti saya sudah
divonis punya status hukum yang dimaksud, yaitu tersangka.
Apalagi saya tahu, beberapa petinggi Partai Demokrat yakin betul, hakkul
yakin, Anas menjadi tersangka. Rangkaian ini pasti tidak bisa
dipisahkan dengan bocornya apa yang disebut sebagai sprindik (surat
perintah penyidikan). Ini satu rangkaian peristiwa yang pasti tidak bisa
dipisahkan. Itu satu rangkaian peristiwa yang utuh. Sama sekali terkait
dengan sangat erat. Itulah faktanya, itulah rangkaian kejadiannya. Dan
tidak butuh pencermatan yang terlalu canggih untuk mengetahui rangkaian
itu. Bahkan masyarakat umum dengan mudah membaca dan mencermati itu.
Saudara-saudara sekalian, kalau mau ditarik agak jauh ke belakang
sesungguhnya ini pasti terkait dengan Kongres Partai Demokrat. Saya
tidak ingin bercerita lebih panjang. Pada waktunya saya akan bercerita
lebih panjang.
Tetapi inti dari kongres itu ibarat bayi yang lahir. Anas adalah bayi
yang lahir tidak diharapkan. Tentu rangkaiannya menjadi panjang. Dan
rangkaian itu saya rasakan, saya alami, dan menjadi rangkaian peristiwa
politik dan organisasi di Partai Demokrat. Pada titik ini, saya belum
akan menyampaikan secara rinci. Tapi ada konteks yang sangat jelas
menyangkut rangkaian-rangkaian peristiwa politik itu.
Saudara-saudara sekalian, ketika saya memutuskan terjun ke dunia politik
dan saya masuk menjadi kader Partai Demokrat, saya sadar betul bahwa
politik kadang-kadang keras dan kasar. Dalam dunia politik, tidak sulit
untuk menemukan intrik, fitnah, dan serangan-serangan. Itu saya sadari
sejak awal.
Dan karena itu, saya tahu persis konsekuensi-konsekuensinya. Maka saya
sampaikan saya tidak akan pernah mengeluh dengan keadaan ini. Saya tidak
akan pernah mengeluh tentang perkembangan situasi ini. Dan saya punya
keyakinan kuat dan semangat untuk terus menghadapinya, termasuk dengan
risiko dan konsekuensi. Itu hal yang lazim saja.
Saya anggap sebagai sebuah kelaziman, tidak ganjil, tidak aneh. Apalagi
di dalam sistem demokrasi kita yang masih muda, termasuk Partai Demokrat
yang tradisinya masih muda.
Saudara-saudara sekalian, karena saya sudah punya status hukum sebagai
tersangka, meskipun saya yakin posisi tersangka itu lebih karena faktor
nonhukum, tetapi saya punya standar etik pribadi. Standar itu mengatakan
"kalau saya punya status hukum sebagai tersangka, maka saya akan
berhenti sebagai Ketua Umum Partai Demokrat." Ini bukan soal jabatan
atau posisi, ini soal standar etik.
Standar etik pribadi saya itu, Alhamdulillah cocok dengan pakta
integritas yang diterapkan di Partai Demokrat. Saya sendiri di tempat
ini, seminggu lalu kurang lebih, sudah menandatangani pakta integritas.
Dengan atau tanpa pakta integritas pun, standar etik pribadi saya
mengatakan hal seperti itu: "Saya berhenti sebagai Ketua Umum Partai
Demokrat."
Terkait dengan itu, saya ingin menyampaikan terima kasih yang tulus pada
kader-kader Partai Demokrat. Yang telah memberikan kepercayaan dan
mandat politik kepada saya untuk memimpin Partai Demokrat sebagai Ketua
Umum periode 2010-2015. Saya mohon maaf kalau saya berhenti di awal
2013. Saya tidak merencanakan untuk berhenti di tahun 2013. Sejauh
perjalanan yang saya tempuh, saya jalankan, saya tunaikan, sebagai ketua
umum, sepenuhnya saya bersungguh-sungguh menjalankan mandat dan amanat
politik partai itu.
Tentu ada kelebihan dan kekurangannya. Tentu ada capaian prestasi dan
masih ada bolong-bolongnya, ada lubang-lubangnya. Tapi saya menegaskan
semua itu saya jalani dengan sungguh-sungguh, serius, penuh konsentrasi
karena itu bagian dari panggilan jiwa politik saya.
Alhamdulillah saya bersyukur di dalam proses menunaikan tugas kurang
lebih hampir tiga tahun, dua setengah tahun lebih, semuanya saya
jalankan dengan penuh kesungguhan dna konsentrasi.
Terimakasih pada kader-kader Demokrat yang selama ini sama-sama
menjalankan dan menunaikan tugas sesuai dengan kewenangan, otoritas, dan
tugas masing-masing. Pengurus Dewan Pimpinan Pusat, pengurus DPD, DPC,
kader-kader di seluruh Indonesia, Dewan Pembina, Majelis Tinggi, Komisi
Pengawas, saya sampaikan terimakasih yang selama ini bersama-sama
menjalankan tugas.
Meskipun saya sudah berhenti menjadi Ketua Umum, saya akan tetap menjadi
sahabat bagi kader-kader Partai Demokrat. Saya ketika melepas tentu
tidak punya kewenangan organisatoris karena saya sudah lepas. Tetapi
saya menjaminkan satu hal, yaitu ketulusan persahabatan dan
persaudaraan. Saya jamin ketulusan itu kepada kader-kader Partai
Demokrat di seluruh Indonesia, apapun nanti tugas langkah yang akan saya
tempuh, termasuk saya ada di dalam atau di luar, apakah saya menjalani
proses hukum, apakah proses hukum itu berjalan adil, obyektif,
transparan atau tidak, saya menyatakan, menegaskan, menggarisbawahi,
saya menjamin ketulusan persahabatan dan persaudaraan. Loyalitas sebagai
sahabat merupakan bagian yang indah dan menyegarkan dalam dinamika
politik partai yang kadang-kadang keras dan agak panas.
Karena itulah saya yakin betul, saya akan tetap berkomunikasi sebagai
sahabat dengan kader-kader Partai Demokrat di seluruh Indonesia. Tidak
dalam posisi sebagai Ketua Umum, tetapi sebagai teman dan sahabat.
Saya juga berharap siapapun yang nanti menjadi Ketua Umum Partai
Demokrat bisa menunaikan tugas, bahkan jauh lebih baik dari apa yang
sudah saya tunaikan bersama teman-teman pengurus. Saya yakin pasti akan
datang ketua umum yang lebih baik. Saya percaya itu, karena sejarah
selalu melahirkan pemimpin pada waktunya.
Selanjutnya, saudara-saudara sekalian, apa yang akan saya lakukan ke
depan adalah tetap dalam kerangka memberikan kontribusi dan menjaga
momentum bagi perbaikan peningkatan dan penyempurnaan kualitas demokrasi
di Indonesia. Apapun kondisi dan keadaan saya.
Kondisi dan keadaan saya itu bukan faktor. Faktornya yang penting adalah
bahwa saya akan tetap bersama-sama dalam sebuah ikhtiar untuk membuat
Indonesia ke depan makin baik dan makin bagus.
Hari-hari ini dan ke depan, akan diuji pula bagaimana etika Partai
Demokrat. Partai yang etikanya bersih, cerdas, dan santun. Akan diuji
oleh sejarah apakah Demokrat partai yang bersih atau tidak bersih.
Partai yang bersih atau korup. Akan diuji partai yang cerdas atau partai
yang tidak cerdas. Partai yang solutif menawarkan gagasan cerdas dan
bernas atau partai yang tidak seperti itu.
Juga diuji apakah Demokrat akan menjadi partai yang santun dan sadis.
Apakah yang akan terjadi kesantunan politik atau sadisme politik? Tentu
ujian itu akan berjalan sesuai dengan perkembangan waktu dan keadaan.
Tetapi yang paling penting saya garis bawahi, bahwa tidak ada kemarahan
dan kebencian. Kemarahan dan kebencian itu jauh dari rumus politik yang
saya anut. Dan mudah-mudahan juga dianut siapapun kader-kader Partai
Demokrat.
Di atas segalanya, saya ingin menyatakan barangkali ada yang berpikir
bahwa ini adalah akhir dari segalanya. Barangkali ada yang meramalkan
dan menyimpulkan ini adalah akhir dari segalanya. Hari ini, saya
nyatakan ini baru permulaan. Hari ini saya nyatakan ini baru sebuah awal
langkah-langkah besar. Hari ini saya nyatakan ini baru halaman pertama.
Masih banyak halaman-halaman berikutnya yang akan kita buka dan baca
bersama. Tentu untuk kebaikan kita bersama.
Saya sekali lagi dalam kondisi apapun akan tetap berkomitmen berikhtiar
memberikan sesuatu yang berharga bagi masa depan politik kita, demokrasi
kita. Jadi, ini bukan tutup buku. Ini pembukaan buku halaman pertama.
Saya yakin halaman-halaman berikutnya akan makin bermakna bagi
kepentingan kita bersama.
Inilah saudara-saudara sekalian, beberapa hal yang ingin saya sampaikan
pada kesempatan siang hari ini. Saya akan terus menjadi sahabat-sahabat
kalian. Karena banyak buku yang akan kita baca bersama. Buku-buku itu
jangan dipahami dalam perspektif yang ngeres, tetapi positif dan
konstruktif, kebaikan dan kemaslahatan yang lebiih besar. Itulah yang
menjadi titik orientasi kita.
Saya akan melepas jaket biru kebesaran, dan saya akan menjadi manusia
yang bebas dan merdeka. Bukan berarti selama ini tidak bebas dan
merdeka. Tapi tentu ini ada maknanya secara etik dan organisatoris.
Selamat berjuang kader-kader Demokrat di seluruh Indonesia, berjuang
sesuai pilihan yang merdeka. (Rrn/Dor)
sumber: Metrotvnews.
Bambang Suharno 021 70228877