MUTIARA KEHIDUPAN

header ads

Sikapmu Menentukan Kesuksesanmu

Teruslah belajar, bukan hanya untuk meningkatkan kemampuan teknis, tapi agar bisa memiliki sikap yang lebih baik.

Jalan-jalan di kota Teknologi Shenzen, China

Perjalanan ke kota Teknologi Shenzen, China, 1 Mei 2019 dalam rangka Shenzen International Pet Fair.

Launching buku Menggali Berlian di Surabaya

Buku Menggali Berlian di Kebun Sendiri karya Bambang Suharno diluncurkan di acara Grand City Convex Surabaya, di tengah acara pameran internasional Indolivestock Expo.

Meraih sukses

Jika sukses harus diraih dengan kerja keras banting tulang siang malam, itu namanya sukses dengan mesin manual. Anda perlu belajar meraih sukses dengan mekanisme sukses otomatis (Suksesmatic.com).

Pengalaman Naik Kereta TGV di Perancis

Perjalanan ke Rennes Perancis dalam rangka menghadiri pameran internasional, naik kereta TGV dari Paris ke Rennes.

Dimana Letak Batunya


Alkisah di sebuah negeri, terdapat dua orang pensiunan kaya raya yang dikenal sakti karena dapat berjalan di atas air. Keduanya hidup di sebuah bukit dengan panorama indah, nun jauh dari keramaian kota. Satu orang sahabatnya penasaran akan berita tersebut. Maka, suatu hari pergilah ia ke puncak bukit untuk bersilaturahmi ke dua orang sahabatnya. Ia disambut dengan gembira oleh dua sahabatnya, sang pensiunan sakti.

”Apa saja yang kau kerjakan di puncak bukit ini kawan?” tanya pensiunan kota.

“Hidup saya diisi dengan kegiatan rekreasi setiap hari di bukit yang indah ini. Tiap hari saya mancing di danau sana,” kata pensiunan sakti sembari menunjukkan sebuah danau tak jauh dari rumahnya.

“Kalau begitu saya boleh ikut mancing?”

“Dengan senang hati, silakan. Kalau mau ikut, besok bangun jam 5 pagi. Kita sama-sama mancing di atas perahu.”

Begitulah, hari berikutnya mereka bertiga jam 5 pagi sudah berada di atas perahu di pinggiran danau sambil memancing.

Hari mulai siang. Satu orang pensiunan mengatakan, ”Saya sudah lapar, sarapan dulu ah !”.

”Silakan jalan kaki aja, perahu tetap di sini agar saya bisa terus mancing”.

Saat itulah pensiunan kota melihat keajaiban. Sahabatnya langsung menyingsingkan celana dan melangkah di atas air dengan mudahnya.

”Wah ternyata itu benar, sahabat saya sudah bisa berjalan di atas air. Punya ilmu sakti darimana ya?”katanya dalam batin.

Beberapa menit kemudian kawannya balik lagi ke perahu, dengan berjalan di atas air juga.

Jam 9 giliran teman yang satunya mau sarapan. Sama seperti teman yang sebelumnya, pensiunan sakti itu memperlihatkan kehebatannya dengan berjalan di atas air tanpa mempedulikan pensiunan kota.

Jam 10, pensiunan dari kota sudah tak bisa menahan lapar.

 "Kawan kawan, perutku juga mulai lapar,nih?"katanya pada kedua temannya.
Kedua teman pensiunannya serempak menoleh, pada temannya yang dari kota ini. Sebelum mereka mengatakan apa apa, teman yang dari kota itu berkata,
"Oke,oke,saya tahu, melompat-lompat,kan?"
"Kalau sudah tahu, ya silakan,"kata mereka.
Pensiunan yang dari kota itu segera melipat celananya keatas dan melompat ke atas air. Sudah bisa ditebak, pensiunan kota itu tidak dapat seperti pensiuan sakti. Ia langsung gelagapan dan hampir tenggelam. Sambil berenang sebisanya, dia berusaha meraih perahu untuk berpegangan. Kedua temannya segera menarik tangannya, dan mengangkat keatas perahu. Akhirnya perahu dibawa ketepi, untuk memberi pertolongan pada teman yang dari kota ini.
"Salah kamu juga, sih!" kata pensiunan pertama.
"Salah kamu!" kata pensiunan kedua tak mau kalah.
"Oke, salah kita berdua, kenapa tadi kita tidak beri tahu dia di mana letak batunya,” kata pensiunan pertama.
Ya, itulah rahasianya. Kisah yang sangat menarik dari Tung Desem Waringin, pelatih sukses nomor satu Indonesia versi majalah Marketing.
Di danau itu ada batu batu rahasia untuk pijakan kaki mereka, sehingga kalau sedang memancing di tengah danau dan mereka lapar, bisa memudahkan mereka untuk pulang ke rumah tanpa membawa perahu ke tepian. Bukan mereka sakti, atau punya ilmu silat tingkat tinggi seperti anggapan temannya yang dari kota itu. Karena dia tidak tahu di mana letak batu batunya, dia beranggapan temannya punya ilmu magic.
Dalam kehidupan nyata, kita sering melihat fenomena magic ini. Ada salesman yang bisa menjual pada seorang klien yang sulit, sementara yang lain ditolak mentah-mentah meskipun sudah memberi kunjungan sepuluh kali!Atau ada seseorang yang sangat ahli di bidang tertentu, sehingga bisa melakukan sesuatu yang rumit menjadi kelihatan sederhana dan mudah, sehingga bagi orang lain kelihatan seperti memiliki ilmu magic.

Para pesulap adalah mereka yang pintar menggunakan taktik tertentu sehingga kita terkagum-kagum. Namun jika kita sudah mengetahui prosesnya, kita akan menngatakan, tak ada yang istimewa. Ini terjadi karena kita sudah tahu ”dimana letak batunya”.

Mengetahui ”dimana letak batunya” menjadi penting buat kita yang ingin menjadi hebat. Letak batu yang dimaksud adalah inti dari masalah yang kita hadapi. Di kantor, mungkin kita mungkin terbiasa mengadakan rapat berjam-jam untuk membahas masalah tertentu, padahal jika sudah mengetahui inti masalahnya, kita dapat segera mengetahui ”dimana letak batunya”.
Mengetahui letak batunya, adalah kunci pembuka pintu kesulitan. Boleh jadi kita tergagap-gagap memasuki tugas baru, menduduki jabatan baru, pindah ke lingkungan baru, namun ketika sudah mengetahui letak batunya, kita dapat lebih cepat menyesuaikan dengan lingkungan baru.

Janganlah terburu-buru heran dan terkagum-kagum dengan kehebatan orang lain, siapa tahu anda pun bisa seperti mereka. Bolehlah anda kagum dengan seseorang, namun jika kekaguman itu membuat anda berada pada posisi sekedar sebagai pengamat saja, mungkin hal itu malah mengkerdilkan anda.*** dikutip dari buku Bambang Suharno: Jangan Pulang Sebelum Menang.


Rahasia Di Balik Kesulitan

Di sebuah kota di Timur Tengah, hiduplah seorang gadis bernama Fatimah.
Ayahnya seorang pemintal yang sukses. Suatu hari ayahnya akan mengadakan
perjalanan jauh untuk memasarkan hasil pintalannya sekaligus membawa misi berlayar sambil "mencari" pendamping hidup Fatimah.

Mereka berlayar melalui pulau-pulau. Namun di tengah perjalanan, kapalnya diterjang badai hingga hancur. Fatimah tidak sadarkan diri. Saat tersadar, Fatimah sudah terbaring di pantai Alexandria. Sang Ayah dan semua awak kapal tewas. Ia menjadi miskin dan hidup seorang diri.

Tatkala Fatimah berjalan menelusuri pantai, sebuah keluarga pembuat kain menemukannya. Diajaknya Fatimah ke rumah dan diajarinya ia membuat kain. Itulah kehidupan kedua yang dijalani Fatimah. Lama-kelamaan Fatimah menjadi betah dan bahagia. Ia menjadi mahir untuk membuat kain. Dan dia pun melupakan penderitaannya.

Namun suatu hari, saat Fatimah sedang berada di pantai, sekelompok pedagang budak
mendarat dan membawa Fatimah pergi bersama tawanan-tawanan yang lain. Fatimah
dibawa untuk dijual sebagai budak. Dunia seakan  runtuh untuk kedua kalinya. Beberapa pembeli telah berkumpul untuk memilih budak-budak. Untunglah ada orang baik yang membawa Fatimah untuk membantu istrinya di rumah, bukan sebagai budak. Orang itu sebenarnya sedang mencari budak untuk dipekerjakan membuat tiang-tiang kapal, namun ketika melihat Fatimah, dia merasa iba dan mencoba untuk menolongnya.

Malang tak dapat ditolak, di perjalanan menuju rumah, Fatimah beserta majikannya bertemu dengan rombongan perompak. Semua harta milik majikan Fatimah dirampas. Mereka jatuh miskin. Fatimah terpaksa membantu belajar membuat tiang-tiang kapal, sebuah pekerjaan yang kasar untuk ukuran seorang gadis cantik dan lembut seperti Fatimah. Namun ia jalani kehidupan itu, hingga akhirnya ia mahir membuat tiang-tiang kapal.

Walau begitu, Fatimah berterima kasih pada majikannya, karena telah menyelamatkannya dari gerombolan penjual budak. Dan karena ketekunan dan kerajinannya, sang majikan memberi kepercayaan besar pada Fatimah,
sehingga Fatimah sangat bahagia untuk yang ketiga kalinya.

Suatu hari, majikannya berkata, "Fatimah, aku ingin kamu pergi dengan kargo
berisi tiang-tiang kapal ke Pulau Jawa, dan pastikan kau menjualnya dengan harga yang menguntungkan”. Fatimah pun mengiyakannya dan dengan langkah mantap ia berangkat.

Ketika melewati Laut Cina, kapalnya dihantam topan besar. Lagi-lagi Fatimah terdampar di sebuah pantai yang asing baginya. Fatimah kembali meratapi nasibnya yang bertubi-tubi ditimpa kemalangan. Dengan sisa-sisa tenaganya, Fatimah melangkah ke Pedalaman.

Waktu itu ada legenda yang beredar, bahwa suatu hari akan datang seorang perempuan asing yang mampu membuat tenda istimewa untuk sang Kaisar. Tak seorang pun di Cina yang mampu membuat tenda, maka mereka berharap hal ini akan terwujud.

Ketika Fatimah memasuki sebuah kota di Pantai Cina, seorang tentara kerajaan mengajaknya menghadap sang Kaisar ke Istana. "Bisakah kamu membuat tenda?" tanya Kaisar kepada Fatimah. "Ya, saya bisa Tuan," jawab Fatimah lembut.

Fatimah meminta seutas tali, namun tak seorang pun memilikinya. Ia pun segera
mengumpulkan batang rami, dan memintalnya menjadi untaian tali. Ia teringat saat
membantu ayahnya sebagai pemintal tali. Lalu Fatimah meminta kain, namun tak seorang pun yang mengenal kain. Maka Fatimah dengan pengalamannya di Alexandria, pada sebuah keluarga yang menolongnya, ia menyiapkan diri untuk membuat kain.

Fatimah kemudian meminta tiang, namun tidak ada sebuah tiangpun di negeri Cina. Fatimah dengan pengalamannya bekerja dengan tukang pembuat tiang kapal di Istambul, mulai mencari batang kayu dan menyiapkannya menjadi tiang.

Dan ketika semuanya telah siap, Fatimah memutar kembali pengalamannya selama
dalam perjalanan, tentang tenda-tenda yang pernah dilihatnya, sejauh perjalanannya menjelajahi manis pahitnya dunia. Akhirnya, dengan ketekunan, keuletan, kesabaran dan ketelitiannya jadilah sebuah tenda yang kuat dan sangat indah.

Ketika melihat tenda buatan Fatimah, semua orang terkagum-kagum. Sang Kaisar
yang tampan menawarkan akan memberi apa saja yang diinginkan Fatimah. Fatimah
akhirnya memilih untuk tinggal di Negeri Cina dan menikah dengan Pangeran. Mereka hidup bahagia bersama anak-anak. (Dikutip dari buku Time To Change, Hari Subagya)

Di balik kesulitan, pasti ada kemudahan. Begitulah gambaran dari kisah di atas. Dalam kehidupan sehari-hari terkadang kesulitan begitu nyata mendekati kita, hingga kita tidak tahu lagi harus berbuat apa. Namun apapun kesulitan itu, kita percaya di baliknya ada kemudahan.

Seorang yang bercita-cita menjadi pengusaha peternakan mencoba memprtaktekan petuah itu ketika wabah Avian Influenza (AI) alias Flu Burung melanda Indonesia. Tahun 2004-2005 bisnis perunggasan mengalami ujian berat berupa wabah AI. Ujian itu datang bukan hanya karena banyak ayam mati, melainkan juga karena banyak orang ”istirahat” makan daging dan telur ayam. Permintaan menurun, harga langsung jatuh. Rentetannya, peternak juga tak berani melakukan peremajaan ayamnya.

Ibarat sedang perang, hampir semua pelaku bisnis ayam tiarap, sambil menunggu situasi aman. Nah, di sinilah bedanya dengan Suparwo, pemilik SJF Farm di Maros, Sulawesi Selatan. Waktu itu tahun 2004, ia melihat begitu sulitnya masalah yang dihadapi peternak. Harga pullet (ayam remaja siap bertelur) sangat murah.

Di balik kesulitan, ada kemudahan. Di balik tantangan pasti ada peluang. Karena hampir semua peternak tiarap, Suparwo justru berani memulai usaha. Modalnya jauh lebih murah dibanding memulai usaha di masa normal. Ia mendapatkan harga pullet sangat murah dan ketika ia mulai panen telur, harga sudah mulai membaik.

Suparwo telah membuktikan bahwa di balik kesulitan ada kemudahan. Apapun kesulitan yang kita hadapi, pasti ada cara mudah untuk menyelesaikannya. Sama halnya ketika saya mengerjakan test matematika dan fisika di sekolah yang waktu itu saya berpikir, ini soal sulitnya minta ampun. Rupanya setelah diajari cara menyelesaikannya, saya berubah pikiran. Soal test ini mudah. Karena sejatinya kemudahan itu ada, hanya saja saya belum menemukannya.

Petuah ”di balik kesulitan ada kemudahan” setidaknya mengandung dua pengertian. Pertama, dalam kisah fatimah, kesulitan-kesulitan yang dihadapi fatimah dikemudian hari menjadi senjata ampuh dalam meraih kemudana. Dalam hal ini, maknanya adalah hadapilah kesulitan sebesar apapun dengan ikhlas, kelak engkau akan mendapatkan kemudahan.

Makna kedua, kesulitan yang kita hadapi belum tentu sulit bagi orang lain yang sudah tahu cara menghadapinya.  Itulah sebabnya setiap ada kesulitan, bertanyalah kepada orang yang tepat, yakni yang berpengalaman menghadapi kesulitan serupa. Hasilnya, anda akan mendapatkan solusi atas kesulitan yang dihadapi, Menghadapi kesulitan juga perlu ketegaran. Jangan berhenti melangkah hanya gara-gara hambatan. Teruslah berusaha. Karena Tuhan menyediakan hadiah bagi manusia yang kuat menghadapi cobaan. Kata pak Ustad, jika kita sanggup mengatasi satu kesulitan, hadiahnya adalah dua kemudahan. Semoga.***


Rahasia Meraih Keberuntungan


Ingin tahu bagaimana rahasia meraih keberuntungan? Cobalah buka mesin pencari google di internet, dan ketiklah kata keberuntungan. Bukan main, ada begitu banyak informasi mengenai keberuntungan. Ini pertanda bahwa banyak orang mencari informasi keberuntungan, baik yang logis maupun tidak logis. 

Di internet ada informasi yang menawarkan perhitungan angka keberuntungan melalui primbon, banyak pula juga petuah bijak perihal keberuntungan, ada diskusi keberuntungan VS kesialan. Dan di antara semua itu, yang paling populer adalah kegiatan Prof  Richard Wiseman dari University of Hertfordshire Inggris. Dia adalah pakar yang sangat terkenal atas karyanya mengenai keberuntungan. Salah satu bukunya berjudul Luck Factor.

Professor ini rupanya menyadari bahwa masyarakat haus akan informasi mengenai keberuntungan. Dan hebatnya, dia memberanikan diri untuk meneliti bagaimana perbedaan orang yang beruntung dan orang sial alias malang. Dari penelitian ini, kemudian ia mendirikan sekolah keberuntungan (luck school). Muridnya adalah orang-orang yang sering merasa dirinya sial dalam hidup. Ada-ada saja profesor yang satu ini!

Di Indonesia, hasil karya Wiseman menjadi referensi penting oleh penulis-penulis motivasi Indonesia, antara lain Bong Chandra, Ahmad Faiz dan Fauzirahmanto. Penelitian Wiseman yang terkenal adalah ketika dia merekrut sekelompok orang yang merasa hidupnya selalu untung (si untung), dan sekelompok lain yang hidupnya selalu sial (si malang). Dari sini dia dapat menyimpulkan bahwa ternyata dalam kehidupan sehari-hari si untung melakukan respon yang berbeda dengan si malang terhadap segala sesuatu yang dialaminya. Respon itulah yang menyebabkan dia beruntung atau sebaliknya.

Misalnya, dalam salah satu penelitian, Wiseman memberikan tugas untuk menghitung berapa jumlah foto dalam koran yang dibagikan kepada dua kelompok tadi. Orang-orang dari kelompok si Malang memerlukan waktu rata-rata 2 menit untuk menyelesaikan tugas ini. Sementara kelompok si Untung hanya perlu beberapa detik saja!

Ya, karena pada halaman ke dua Wiseman telah meletakkan tulisan yang tidak kecil berbunyi “berhenti menghitung sekarang! ada 43 gambar di koran ini”. Kelompok si Malang melewatkan tulisan ini ketika asyik menghitung gambar, bahkan tak percaya dengan kalimat itu. Memang benar-benar sial.  

Singkat kata, selanjutnya Wiseman menemukan 4 faktor yang membedakan si untung dan si malang.

Pertama, lebih terbuka terhadap peluang. Si Untung lebih peka terhadap adanya peluang, pandai menciptakan peluang, dan bertindak ketika peluang datang. Si Untung juga memiliki sikap yang lebih rileks dan terbuka terhadap pengalaman-pengalaman baru. Mereka lebih terbuka terhadap interaksi dengan orang-orang yang baru dikenal. Si Malang lebih tegang sehingga tertutup terhadap kemungkinan-kemungkinan baru.

Sebagai contoh, ketika Barnett Helzberg seorang pemilik toko permata di New York hendak menjual toko permatanya, tanpa disengaja sewaktu berjalan di depan Plaza Hotel, dia mendengar seorang wanita memanggil pria di sebelahnya: “Mr. Buffet!”

Ini hanya kejadian sekilas yang mungkin akan dilewatkan kebanyakan orang yang kurang beruntung. Tapi Helzber secara reflek berpikir,  mungkin pria di sebelahnya adalah Warren Buffet, salah seorang investor terbesar di Amerika. Maka Helzberg langsung menyapa pria itu, siapa tahu ia memang Warren Buffet. Ternyata betul! Perkenalan pun terjadi dan setahun kemudian Buffet membeli jaringan toko permata milik Helzberg. Oh, Barnett betul-betul beruntung!

Kedua, Si Untung bisa mengambil keputusan yang baik tanpa berpikir panjang. Mereka pandai menggunakan intuisi, sepertinya tahu kapan mengambil keputusan yang baik dan kepada siapa ia harus percaya atau tidak percaya. Sementara sebaliknya, si Malang justru cenderung berpikir rumit dan ragu mengambil keputusan.

Bagi si Untung, analisa angka-angka sangat membantu, tapi final decision umumnya berasal dari intuisi yang baik. Yang barangkali sulit bagi si Malang adalah bisikan hati nurani tadi akan kurang bisa didengar jika otak pusing dengan penalaran yang tak berkesudahan. Makanya Si Untung umumnya memiliki metoda untuk mempertajam intuisi mereka, misalnya melalui meditasi yang teratur. Pada kondisi mental yang tenang, dan pikiran yang jernih, intuisi akan lebih mudah diakses. Dan makin sering digunakan, intuisi akan semakin tajam.

Ketiga, selalu berpikiran baik bahwa kebaikan pasti datang. Si Untung selalu ge-er terhadap kehidupan. Mereka berprasangka baik bahwa kebaikan akan datang kepadanya. Dengan sikap mental demikian, mereka lebih tahan terhadap ujian, dan lebih positif dalam berinteraksi dengan orang lain. Coba saja kita tanya ke si Untung, bagaimana prospek bisnis tahun depan. Seberapa beratpun situasinya, si Untung akan menceritakan optimisme dan harapan. Hal sebaliknya kalau kita tanya ke si Malang. Ia akan bicara tentang kesulitan dan ancaman kesengsaraan. Yah, namanya juga si Malang.

Keempat, mengubah hal yang buruk menjadi baik. Si Untung selalu bijak dalam menghadapi situasi buruk, lantas merubahnya menjadi kebaikan. Bagi mereka setiap situasi selalu ada sisi baiknya. Dalam salah satu tes nya Prof Wiseman meminta peserta untuk membayangkan sedang pergi ke bank dan tiba-tiba bank tersebut diserbu kawanan perampok bersenjata. Dan peserta diminta mengutarakan reaksi mereka. Reaksi si Malang adalah: “wah sial bener ada di tengah-tengah perampokan begitu”. Sementara reaksi Si Untung, misalnya adalah, “ini sejarah hidup yang tak terlupakan, saya bisa menuliskan pengalaman saya untuk media”. Apapun situasinya si Untung pokoknya untung terus.

Sementara si malang hanya bisa menggerutu dan meratap ketika menghadapi sebuah kejadian buruk.

Ada cara untuk merubah si Malang menjadi si Untung, yaitu dengan menjadi murid Prof Wiseman di Luck School. Di sekolah ini Wiseman memberikan tugas ke si Malang untuk membuat Luck Diary, buku harian keberuntungan. Setiap hari, si Malang harus mencatat hal-hal positif atau keberuntungan yang terjadi.

Mereka dilarang keras menuliskan kesialan mereka. Awalnya terjadi kesulitan, tapi begitu mereka bisa menuliskan satu keberuntungan, hari berikutnya semakin mudah dan semakin banyak keberuntungan yg mereka tuliskan.

Ya, seperti juga kata motivator dunia Anthony Robbin, kita adalah sutradara bagi kehidupan kita sendiri. Semakin positif kita bereaksi, semakin baik pula jalan kehidupan kita. Demikian halnya dengan hukum pikiran Law of Attraction (Rhonda Byrne), bahwa segala hal yang terjadi berawal dari pikiran kita.  Tak jauh beda pula dengan kata pak Ustad, semakin kita pandai menyukuri nikmat yang kita terima, Tuhan akan menambah (keberuntungan) lebih banyak lagi.

Tinggal pilih, Anda mau jadi Si Untung atau Si Malang?***


Bambang Suharno

Menyikapi Perubahan


Perubahan (change) menjadi tema sangat penting di masa sekarang. Renald Kasali menulis buku Change yang disusul dengan Re-code Your Change DNA. Begitupun Presiden baru AS Barack Obama yang mengusung tema perubahan. Tema kampanye beberapa calon presiden Indonesia juga sebagian mengusung tema yang senada. Dunia terus berubah, dan perubahan semakin cepat. Celakanya, banyak orang yang tidak ingin berubah. Kita menyebutnya status quo.

Jaman dahulu kala di era berburu dan meramu, masyarakat purba sangat mudah mencari makan. Mereka masuk hutan dan langsung mendapat makanan apapun dengan gizi yang terjamin. Bisa makan buah, sayuran maupun daging panggang. Bayangkan seandainya di waktu itu anda hidup, terus tiba-tiba ada seseorang yang berocok tanam dan memelihara ternak. Waktu itu banyak orang mentertawakan, mungkin saja termasuk anda. “Buat apa capek-capek menanam, sedangkan di hutan masih berlimpah makanan,” begitu kira-kira komentar sinis masyarakat, tentunya dengan bahasa manusia jaman itu.

Beberapa bulan kemudian orang yang menanam itu tidak lagi keluar masuk hutan. Ia bisa bersantai menikmati hidup dan bisa menetap dan membangun tempat tinggal. Mata masyarakat mulai terbelalak. “Ooh,  rupanya dia yang lebih baik. Capai di depan, hasil lebih banyak di belakang. Hidup pun lebih nyaman”, kata mereka dengan komentar positif, tak lagi mencemooh. Sejak itu masyarakat mulai mau berubah. Mereka memasuki era yang disebut era pertanian. Konon era ini kecepatan kerja era pertanian 50 kali lipat dibanding era berburu.

Ratusan tahun kemudian, terjadi perubahan besar yang tingkat kecepatannya 50 kali lipat dibanding era pertanian. Pertanian tak lagi hanya memindahkan tanaman dan hewan dari hutan ke ladang, melainkan dibuat dengan perhitungan skala ekonomi, pembuatan spesifikasi bidang usaha dan pengembangan bermacam produk. Ada orang yang khusus membuat pupuk, ada yang khusus menanam bibit, ada yang khusus membuat obat, ada yang khusus memasarkan. Banyak pula yang lebih tertarik mengolah hasil pertanian. Penemuan kendaraan dan teknologi pendukungnya makin mempercepat perubahan besar ini. Kita menyebutnya era industri. Dalam artikel beberapa edisi lalu saya sempat menulis, di era industri, tanah produktif bukan lagi hanya lahan subur. Ada orang kreatif yang menyulap lahan tandus dengan hasil yang berlipat dibanding tanah subur. Caranya adalah dengan membangun pabrik atau perumahan.

Begitulah, perubahan terus terjadi. Kita selalu memasuki dunia baru. Sepuluh tahun lalu masih sedikit orang menggunakan telepon seluler, sekarang pemulung sampah, pembantu rumah tangga, bahkan pengemis pun memiliki telepon seluler. Penggunaan internet juga melonjak sedemikian cepat. Konon di Indonesia pengguna internet naik di atas 50% per tahun. Kita dapat menyebut era informasi, ada juga yang menyebut era pekerja pintar. Orang kaya di era ini tidak harus punya pabrik baja atau kilang minyak ataupun lahan pertanian. Mereka bisa hebat dengan hidup dari royalti atas hak cipta, ada juga yang hebat karena jual beli surat berharga.

Di tengah perubahan ini, termasuk perubahan dalam skala mikro di lingkungan kerja atau lingkungan masyarakat, ada saja orang yang suka bernostalgia tentang indahnya masa lalu dan menyesali masa sekarang. Ada pula yang tidak sadar adanya arus perubahan. Dr. Soehadji pernah mengatakan, di setiap perubahan, selalu ada empat kelompok orang, yakni orang-orang yang memimpin perubahan, orang yang selalu menyesuaikan dengan perubahan yang terjadi, orang yang menolak perubahan, dan yang paling celaka adalah orang yang tidak sadar akan adanya perubahan.

Orang yang menolak perubahan sering menyesali masa sekarang dan senang bernostalgia tentang masa lalu. “Dulu waktu si B memimpin, kita hidup enak, tidak seperti sekarang apa-apa serba sulit”. Kenyataannya, pada waktu dulu si B memimpin pun ia mengatakan “dulu waktu si A memimpin hidup lebih nyaman, tidak seperti si B sekarang”.

Orang-orang yang menolak perubahan sering tampil sebagai orang yang kelihatan cerdas tapi lebih suka menjadi pengamat, padahal sesungguhnya dialah pelakunya. Melihat keberhasilan orang dia bilang beragam nada sinis, misalkan,” itu gampang, saya sebenarnya juga bisa lebih dari itu kalau ada modal, Dia seperti itu juga kurang optimal”.

Melihat kegagalan orang ia berkomentar,” wah kok bisa begitu ya, mestinya kan begini!”.

Pembaca, kita tahu, tak ada orang hebat yang kerjanya hanya menyalahkan orang lain. Mereka yang hebat senantiasa bertindak untuk merubah dirinya. Para pemimpin hebat memimpin perubahan menjadi lebih baik. Pribadi-pribadi yang hebat selalu berusaha berubah menjadi lebih baik. Dan itu semua tidak tergantung pada usia manusia. Mario Teguh bahkan berpendapat, orang lanjut usia yang berorientasi pada kesempatan (selalu menyesuaikan dengan perubahan) adalah orang muda yang tak pernah menua, sedangkan orang muda yang berorientasi pada keamanan alias tidak ingin berubah, merekalah pribadi yang sudah menua di masa muda.
Kata Mario Teguh, melakukan perubahan membutuhkan keberanian. Sedangkan keberanian itu akan muncul dari orang yang punya rasa takut. Hanya orang takut yang bisa berani, karena keberanian adalah melakukan sesuatu yang ditakutinya. Maka, bila merasa takut, kita akan punya kesempatan untuk bersikap berani. Maka jangan takut terhadap rasa takut anda. Takut adalah modal untuk berani.
Kekuatan terbesar yang mampu mengalahkan ketakutan akan perubahan adalah kemampuan memilih pikiran yang tepat. Kita akan menjadi lebih damai bila yang kita pikirkan adalah solusi atas masalah yang kita hadapi. Ayo berubah !***

Terima Kasih


Malam itu, Ana bertengkar dengan ibunya. Karena sangat marah, Ana diusir ibunya dan segera meninggalkan rumah tanpa membawa apapun. Saat sampai di suatu tempat, ia baru menyadari bahwa ia sama sekali tidak membawa uang.

Ia menyusuri sebuah jalan, melewati sebuah kedai bakmi dan mencium
harumnya aroma masakan.
Ia ingin sekali memesan semangkuk bakmi, tetapi
tak ada uang di dompetnya.

Pemilik kedai melihat Ana berdiri cukup lama di depan kedainya, lalu
berkata "Mbak ingin memesan semangkuk bakmi?"

" Ya, tetapi, aku tidak membawa uang," jawab Ana dengan malu-malu

"Kamu kelihatan capai sekali. Tidak apa-apa, aku akan kasih kamu gratis," jawab si pemilik kedai. "Silakan duduk, aku akan memasakkan bakmi untukmu".

Tidak lama kemudian, pemilik kedai itu mengantarkan semangkuk bakmi. Ana
segera makan beberapa suap, kemudian air matanya mulai berlinang. "Ada
apa mbak?" Tanya si pemilik kedai.

"Tidak apa-apa, aku hanya terharu,” jawab Ana sambil mengeringkan air
matanya.

"Seorang yang baru kukenal mau memberi aku semangkuk bakmi. Sedangkan, ibuku sendiri, setelah bertengkar denganku, mengusirku dari rumah dan mengatakan kepadaku agar jangan kembali lagi ke rumah," katanya terbata-bata.

"Kau, seorang yang baru kukenal, tetapi begitu peduli denganku dibandingkan
dengan ibu kandungku sendiri," tambahnya lagi.

Pemilik kedai itu setelah mendengar perkataan Ana, menarik nafas panjang
dan berkata "Mbak, mengapa kau berpikir seperti itu? Renungkanlah hal
ini, aku hanya memberimu semangkuk bakmi dan kau begitu terharu. Ibumu
telah memasak bakmi dan nasi untukmu saat kau kecil sampai saat ini,
mengapa kau tidak berterima kasih kepadanya? Dan kau malah bertengkar
dengannya!"

Ana, terhenyak mendengar kalimat tersebut. "Mengapa aku tidak berpikir tentang hal ini?  Untuk semangkuk bakmi dari orang yang baru kukenal, aku begitu berterima kasih, tetapi kepada ibuku yang memasak untukku selama bertahun-tahun, aku bahkan tidak memperlihatkan kepedulianku kepadanya. Dan hanya karena persoalan sepele, aku bertengkar dengannya?”.

Ana, segera menghabiskan bakminya, lalu ia menguatkan dirinya untuk
segera pulang ke rumahnya. Saat berjalan ke rumah, ia memikirkan
kata-kata yang harus diucapkan kepada ibunya. Begitu sampai di ambang pintu
rumah, ia melihat ibunya dengan wajah letih dan cemas.

Ketika bertemu dengan Ana, kalimat pertama yang keluar dari mulutnya adalah "Ana kau sudah pulang, cepat masuklah, aku telah menyiapkan makan malam dan makanlah dahulu sebelum kau tidur, makanan akan menjadi dingin jika kau
tidak memakannya sekarang".

Saat itu Ana tidak dapat lagi menahan tangisnya. (sumber : M Rian Rahardi).