Pada hari minggu ku turut ayah ke kota,
Naik delman istimewa ku duduk di muka,
Duduk di samping pak kusir yang sedang bekerja
Mengendarai kuda supaya baik jalannya.
Tuk tik tak tik tuk tik tak tik tuk ……..
Kapankah anda terakhir jalan-jalan keliling kota bersama keluarga? Di zaman sekarang kegiatan ini tidak begitu populer dibanding jaman saya masih anak-anak dulu. Kesibukan keluarga di kota besar dan kemacetan kota bisa jadi menyebabkan acara jalan-jalan keliling kota kurang begitu disukai. Yang ada adalah jalan-jalan di mall, ke tempat wisata, nonton bioskop, konser musik, atau teater.
Jalan-jalan di hari minggu menikmati suasana kota sangat populer di masa lalu hingga ada lagu sebagaimana saya kutip di atas. Kadang perjalanan itu tidak jelas tujuannya. Pagi-pagi di hari libur kami serombongan keluarga ke jalan raya mencari delman atau angkutan kota, sambil saling berdiskusi “kita kemana hari ini?”. Agenda dibahas sambil jalan dan bisa tiba-tiba, salah satu dari anggota keluarga, bilang “eh kita turun di sini aja mau lihat toko itu”. Dan kami pun turun ramai-ramai. Acara kami nikmati sampai sore.
Mungkin ini bisa berlaku di kota kecil sebagaimana yang saya alami di masa kecil dulu. Sekarang jika kita jalan-jalan di Jakarta atau kota besar lainnya, diperlukan rencana yang lebih baik. Sebelum berangkat kita perlu memikirkan beberapa pertimbangan. Misalkan kalau jalan ke daerah Mangga Dua, atau Glodok perlu dipertimbangkan wilayah mana yang macet, apakah pakai kendaraan sendiri atau naik Bus Trans jakarta atau kereta Jabotabek. Jika membawa kendaraan sendiri, kita juga perlu paham, dimana ada jalan searah, dimana kita harus putar arah dan lain sebagainya.
Bahkan sampai di lokasi pun perlu jelas mau ke arah mana, apakah hanya lihat pertunjukan, mau belanja pakaian, barang elektronik atau apa. Tanpa agenda yang jelas, kita bisa menghasilkan rasa kesal akibat mengambil keputusan yang salah. Suasana santai bisa berubah jadi stress akibat macet atau peristiwa lain yang tidak dikehendaki.
Jika untuk perjalanan keluarga yang santai saja perlu sebuah rencana dan peta jalan, apalagi perjalanan hidup untuk meraih impian. Itu sebabnya John C Maxwell menyarankan kita punya peta jalan hidup.
Bagaimana kita melihat peta jalan hidup kita? Menurut John C Maxwell, satu hal yang sangat penting untuk memahami peta perjalanan hidup adalah menetapkan tujuan anda. Ya, bagaimana kita dapat melihat peta kalau kita sendiri belum tahu kemana akan pergi?
Saat ini jumlah penduduk bumi yang memiliki tujuan sangat sedikit. Orang yang hidup tanpa arah tersebut jumlahnya kian bertambah. Mengutip pernyataan pemenang penghargaan Pulitzer, Katherine Anne Porter, John Maxwell mengatakan, 50% penduduk bumi tidak tahu kemana tujuan hidup mereka, 30an % belum memutuskan, hanya 10% yang tahu apa yang mereka inginkan, namun tidak semuanya pergi ke sana. Sisanya berjalan tanpa arah yang jelas.
Menurut John C Maxwell tujuan hidup atau Cita-cita adalah sesuatu yang dapat memberi aba-aba “berangkat “ untuk anda yang akan menuju “pulau impian”. Cita-cita juga yang dapat menunjukan apa yang harus anda lakukan. Cita-cita membawa fokus pada perbaikan. Dan cita-cita pula yang dapat membantu anda apakah anda sudah berada di jalur yang benar atau belum.
Sebagaimana peta perjalanan mudik, peta perjalanan hidup juga membutuhkan arah dan penjelasan. Kita perlu menentukan kapan beristirahat, kapan bertanya pada orang yang berpengalaman, dan kapan harus cari jalan alternatif jika terjadi kemacetan di jalan.
Namun berbeda dengan perjalanan menuju suatu tempat dimana biasanya kita tinggal membuka buku peta kota, peta perjalanan hidup menuju “pulau impian” mengharuskan kita sendiri yang menggambar dan menulis peta perjalanan.
Untuk menyusun peta tersebut, Maxwell menyarankan kita memulainya dengan memperhatikan tempat keberangkatan kita, yaitu sumber daya kita saat ini. Memang benar, kita tidak bisa memulai perjalanan menuju sukses tanpa tahu kemana akan pergi, tetapi kita juga tidak bisa sukses tanpa mengetahui mulai perjalanannya dari mana. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah, pertama, sejauh mana kita harus berjalan. Maksudnya adalah cita-cita kita sejauh mana. Jika saat ini anda adalah seorang guru, apakah cita-cita anda akan menjadi kepala sekolah, atau mau jadi guru profesional atau menjadi Menteri Pendidikan. Ketegasan dalam menentukan tujuan akan berpengaruh pada langkah yang akan diambil.
Kedua adalah apa yang bisa anda manfaatkan. Tidak peduli dari mana perjalanan kita saat ini, dipastikan kita punya sesuatu yang dapat dimanfaatkan. Seorang calon pensiunan yang ingin sukses menjadi membangun usaha pertanian, mungkin punya bekal berupa kemampuan administrasi keuangan yang relatif lebih baik dibanding petani lain pada umumnya. Mungkin pula punya jaringan pemasaran yang luas berkat pengalaman tugasnya selama puluhan tahun. Catatlah semua itu dan manfaatkanlah.
Lantas yang ketiga, apa yang harus kita atasi. Semua orang yang menetapkan sebuah tujuan, akan mendapat hambatan. Semakin tidak logis tujuannya, semakin banyak cercaan yang diterima. Catatlah tantangan yang mungkin anda hadapi dan bersiap-siaplah untuk mengatasinya. Petuah yang cukup penting di sini adalah kita harus “tahan banting”.
Terakhir, berapa biaya perjalanan ini. Biaya ini menyangkut waktu, energi, keuangan, pengorbanan atau kombinasi dari faktor-faktor tersebut.
Jika semua sudah jelas, mulailah perjalanan anda dengan penuh kesungguhan dan kebahagiaan. Nikmatilah perjalanan sukses anda seperti anda naik delman menuju kota. Tuk Tik Tak Tik Tuk Tik Tak Tik Tuk Tik Tak Tik Tuk…….
(telah dimuat di Majalah Infovet edisi Juli 2011)
0 Comments:
Posting Komentar