Segala
sesuatu di dunia ini terjadi karena keberuntungan “atas izin Tuhan”
Jika kita bekerja keras dan berhasil
meraih target, kita mengatakan bahwa kita berhasil alias sukses. Jika kita bekerja
biasa saja tapi mendapatkan suatu prestasi yang luar biasa, kita mengatakan itu
faktor keberuntungan. Jika kita lahir keluarga kaya raya, itu disebut
keberuntungan.
Apakah yang anda capai hari itu
sebuah keberhasilan atau keberuntungan? Percayakah Anda pada faktor
keberuntungan? Arvan Pradhiansyah , penulis buku The 7 Law of Happiness, baru-baru ini mendiskusikan perihal
keberuntungan dan kesuksesan di radio Smart FM Jakarta, dengan kajian yang
cukup menarik.
Ia mengatakan, ada tiga cara pandang
(paradigma) manusia mengenai
keberuntungan. Ketiga paradigma ini dapat menggambarkan evolusi pemikiran
manusia mengenai keberuntungan itu sendiri.
Paradigma tingkat pertama mengatakan,
semua terjadi karena keberuntungan. Orang yang menganut paradigma ini percaya
bahwa yang membuat sukses bukanlah usaha tetapi keberuntungan. Bukankah ada
banyak sekali orang yang yang mendapatkan kekayaan karena terlahir sebagai anak
orang kaya? Bukankah banyak orang yang sukses karena mereka cantik, tampan,
pandai, terkenal dan termasyhur? Bukankah kepopuleran seringkali membuat orang
lupa pada kualitas individu yang sesungguhnya?
Intinya adalah semua hal di dunia
ini terjadi karena keberuntungan. “Paradigma ini tidak sepenuhnya salah, namun
mengandung bahaya yang cukup besar. Orang yang percaya pada paradigma ini pasti
tidak suka bekerja keras. Ini pada gilirannya hanya akan memperburuk pencapaian
mereka,” kata Arvan.
Paradigma kedua adalah paradigma
yang tidak percaya pada keberuntungan. Ini terbalik dari paradigma pertama. Penganut
paradigma ini percaya bahwa keberuntungan itu berada di tangan mereka sendiri
dan bisa diciptakan dengan usaha dan kerja keras.
Paradigma kedua percaya bahwa di
dunia ini berlaku hukum sebab akibat. Mereka yang rajin dan bekerja keras akan beroleh
kesuksesan, sebaliknya orang-orang yang malas akan menemui kegagalan. Orang
Amerika mengatakan, jika Anda miskin, itu salah Anda sendiri, pasti Anda malas
bekerja. Ini pertanda bahwa mereka menganut paradigma kedua. Kepercayaan ini
tentu saja membuat orang-orang ini berjuang keras untuk mencapai keberhasilan.
Tak heran kalau mereka benar-benar mencapai apa yang mereka perjuangkan. Mereka
percaya keberuntungan sepenuhnya ada di tangan mereka sendiri.
Apakah ini adalah paradigma yang
terbaik yang dapat membuat kita benar-benar sukses? Sukses sejati, menurut
Arvan, bukanlah karena paradigma ini. Ada paradigma yang lebih tinggi dan lebih
indah lagi daripada ini. Yaitu paradigma ketiga yang berbunyi: segala sesuatu
di dunia ini terjadi karena keberuntungan “atas izin Tuhan”. Saya sengaja pakai
tanda kutip karena kalimat aslinya yang disusun Arvan sama persis dengan
paradigma yang pertama.
Saya menyebut paradigma ketiga ini
sebagai evolusi pemikiran dari paradigma pertama.Mereka yang menganut paradigma
ketiga adalah orang-orang yang berusaha dan bekerja keras untuk mencapai
keberhasilan. Tetapi mereka juga percaya bahwa “sebab” tidak selalu berkorelasi
langsung dengan “akibat”. Antara sebab dan akibat ada satu kekuatan yang
sungguh dahsyat. Kekuatan inilah yang disebut dengan: izin Tuhan.
Bukankah segala sesuatu di dunia ini
terjadi karena izin Tuhan? Bukankah banyak upaya yang keras mengalami kegagalan
– bukan karena kurangnya usaha – tetapi karena Tuhan memang belum mengizinkannya?
Bukankah bahkan tidak ada jaminan bahwa kue yang sedang kita pegang bisa masuk
ke dalam mulut kita dengan selamat tanpa izin Tuhan?
Orang yang memiliki cara pandang kelompok ketiga inilah yang terbaik dalam
menyikapi kehidupan. Bekerja dan berusaha sebaik mungkin adalah kewajiban manusia,
jika sudah berhasil namun Tuhan mengambilnya, itu kehendakNya yang mungkin
menjadi rahasia yang akan terbuka di kemudian hari.
Dengan paradigma ketiga ini kita
akan terus bekerja keras untuk mencapai keberhasilan, tetapi kita terhindar
dari rasa angkuh, sombong dan membanggakan diri. Kita akan sadar bahwa segala
sesuatu terjadi karena rahmat Tuhan .
Sebagaimana pembukaan UUD 1945 yang
menyebutkan Kemerdekaan Republik Indonesia itu “Atas Berkat Rakhmat Allah yang
Maha Kuasa”. Ini menunjukkan bahwa para pendiri negeri ini tidak angkuh dengan
mengatakan kemerdekaan hanya semata-mata karena kerja keras para pejuang
kemerdekaan.
Jadi, paradigma ketiga ini adalah paradigma keberuntungan yang benar, yang
tidak hanya berdasar pada ilmu logika, tapi juga berdasarkan pada “ilmu
langit”. Dengan cara berpikir seperti ini maka hidup manusia akan menjadi lebih
bahagia. Sementara paradigma kedua bisa membuat orang sukses sekaligus mudah
membuat orang frustasi, karena mereka memandang segala hal adalah semata-mata
karena manusia.Bekerja keras adalah kewajiban kita , hasilnya adalah atas izin Tuhan. Apapun keputusan Tuhan, itulah yang terbaik.***