MUTIARA KEHIDUPAN

header ads

Sikapmu Menentukan Kesuksesanmu

Teruslah belajar, bukan hanya untuk meningkatkan kemampuan teknis, tapi agar bisa memiliki sikap yang lebih baik.

Jalan-jalan di kota Teknologi Shenzen, China

Perjalanan ke kota Teknologi Shenzen, China, 1 Mei 2019 dalam rangka Shenzen International Pet Fair.

Launching buku Menggali Berlian di Surabaya

Buku Menggali Berlian di Kebun Sendiri karya Bambang Suharno diluncurkan di acara Grand City Convex Surabaya, di tengah acara pameran internasional Indolivestock Expo.

Meraih sukses

Jika sukses harus diraih dengan kerja keras banting tulang siang malam, itu namanya sukses dengan mesin manual. Anda perlu belajar meraih sukses dengan mekanisme sukses otomatis (Suksesmatic.com).

Pengalaman Naik Kereta TGV di Perancis

Perjalanan ke Rennes Perancis dalam rangka menghadiri pameran internasional, naik kereta TGV dari Paris ke Rennes.

PERUBAHAN PARADIGMA


Suatu hari Minggu di kereta bawah tanah New York. Para penumpang sedang duduk dengan tenang. Sebagian membaca surat kabar, sebagian sedang melamun, sebagian lagi menikmati istirahat dengan mata terpejam.

Tiba-tiba, seorang pria dan anak-anaknya masuk kedalam gerbong. Anak -anak tersebut begitu berisik dan ribut tak terkendali sehingga segera saja keseluruhan suasana berubah. Pria tersebut duduk di sebelah saya dan memejamkan matanya, agaknya tidak peduli akan situasi saat itu. Anak-anaknya berteriak-teriak, melemparkan barang-barang, bahkan merenggut koran yang dibaca orang. Sungguh, sangat mengganggu. Anehnya, pria yang duduk di sebelah saya tidak berbuat apapun. Sulit untuk tidak merasa jengkel. Saya tak mengerti ia dapat begitu tenang membiarkan anak-anaknya berlarian liar seperti itu dan tidak berbuat apapun untuk mencegah mereka, sama sekali tidak bertanggung jawab. Sangat terlihat bagaimana semua orang di dalam gerbong merasa terganggu.

Demikian Stephen R Covey mengawali kisah pengalamannya yang tidak terlupakan dalam sebuah bukunya. Dengan rasa sabar dan pengekangan diri yang luar biasa, Steven menoleh ke arah lelaki itu dan berkata, ”Tuan, anak-anak anda benar-benar mengganggu banyak orang. Dapatkah anda mengendalikan mereka?”

Orang itu mengangkat dagunya seolah baru tersadar akan situasi di sekitarnya lalu berkata dengan sedih, ”Oh, anda benar. Saya kira saya harus berbuat sesuatu. Kami baru saja dari rumah sakit dimana istri saya meninggal beberapa jam yang lalu. Saya tidak tahu harus berbuat apa, dan saya kira mereka juga tidak tahu harus bagaimana menghadapi kenyataan ibunya telah tiada.” 

Seketika itu perasaan Stephen berubah seratus delapan puluh derajat. Kejengkelan Stephen hilang seketika. Ia tidak lagi perlu mengendalikan kesabaran, karena perasaan jengkelnya telah berubang menjadi simpati. ”Oh, saya turut berduka, apa yang dapat saya lakukan untuk membantu anda?” ujar Stephen spontan.

Stephen telah mengalami perubahan fundamental dalam cara berpikir tentang kejadian di sekitarnya, yaitu tentang seorang Bapak dan anak yang membuat gaduh dalam gerbong kereta.

Peristiwa ini adalah gambaran tentang perubahan paradigma. Anda pernah mengalami hal serupa? Sungguh beruntung, bila kita dapat mengambil hal-hal positif dari sebuah kekuatan perubahan paradigma. Dalam pergaulan manusia, kekuatan ini dapat membuat perubahan yang fantastis dalam diri seseorang. Banyak pertengkaran antar manusia, pergolakan antar kelompok, peperangan maupun percintaan mengalami perubahan drastis akibat perubahan paradigma.

Jaman kolonialisme, negara yang menjadi kolonial sangat bangga akan dirinya. Lantas terjadilah perubahan paradigma tentang perdamaian dunia, sehingga negara yang mengekspoatasi penderitaan negara lain dikucilkan. Kita sering mengatakan ”jaman telah berubah”, dan itu adalah hasil dari perubahan paradigma. Kata Stephen, bila ingin mengalami perubahan kecil, kita dapat merubah sikap dan perilaku kita. Sedangkan jika ingin mengalami perubahan besar, yang harus dirubah adalah paradigmanya.

Perubahan paradigma yang populer setidaknya sejak negeri ini mengalami reformasi tahun 1997, pertama kali diperkenalkan oleh Thomas Khun dalam bukunya yang amat berpengaruh, The Structure Of Scientific Revolution. Kuhn mengatakan, hampir setiap terobosan penting dalam bidang keilmuan, merupakan pemutusan tradisi pola pikir lama.

Ratusan tahun lalu, Ptolomeus mengatakan bumi adalah pusat alam semesta. Kemudian semenjak Copernicus mengatakan matahari sebagai pusat alam semesta, segala cara pandang tentang alam semesta langsung berubah, dan terjadilah perubahan besar dalam kajian ilmu alam sejak itu.

Demikian pun dalam ilmu kedokteran. Sebelum teori bakteri dikembangkan, banyak anak dan wanita meninggal dalam proses persalinan dan tak seorang pun mengerti penyebabnya. Dalam pertempuran lebih banyak prajurit yang meninggal karena luka kecil dibanding dengan kematian akibat serangan di garis depan. Segera setelah teori bakteri dikembangkan, sebuah paradigma baru yang lebih baik, dapat meningkatkan pemahaman tentang apa yang sebenarnya terjadi yang membuat terjadinya perubahan dramatis dan sangat berarti dalam dunia kedokteran dan kedokteran hewan.

Dalam soal mikro di perusahaan, di keluarga dan hubungan antar manusia, kita dapat mengalami perubahan paradigma terhadap sesuatu masalah, tatkala kita mendapatkan informasi yang sebelumnya tersimpan entah dimana. Sama seperti kisah Stephen di kereta tadi. Kita bisa membenci tokoh masyarakat dan berubah menjadi kagum karena perubahan paradigma.

Perubahan paradigma bukan saja karena ketidaksengajaan. Kita dapat merubah dengan menggali informasi lebih dalam.***

Berbaiklah kepada Ibu Mertua (Dan Ke Orang Lain Juga)

 Alkisah, di sebuah desa di Negeri Tiongkok hiduplah sepasang suami istri bersama ibu dari sang suami. Ibu ini bagi sang menantu putri adalah seorang  mertua yang kejam. Sebaliknya bagi sang ibu mertua, menantunya adalah seorang anak yang kurang berbakti pada ibu mertuanya, apalagi setelah menikah beberapa tahun, belum juga ia memberikan seorang cucu. Kerap kali keburukan sang menantu ia ceritakan kepada tetangganya.
 
Begitulah, apapun yang dilakukan oleh sang menantu, ibu mertuanya hampir selalu mencelanya. “Berbuat sopan, dicemooh, apalagi berbuat tidak baik,” demikian anggapan sang menantu putri itu.
Karena sudah sedemikian jengkel dan emosi terhadap mertuanya itu, ia tanpa pikir panjang memutuskan untuk membunuh ibu mertuanya dengan cara memberi racun. Diam-diam, ia pergi ke sebuah  toko obat untuk membeli racun dengan harapan esok hari  ibu mertuanya meninggal. 
 
“Tuan, tolonglah saya. Saya sudah tidak tahan lagi hidup bersama ibu mertua saya. Tiap hari saya dimaki, apapun yang saya lakukan, selalu dianggap salah. Tolong berikan saya racun yang dapat membunuh mertua saya,” ujar ibu muda ini kepada pemilik toko obat.
 
“Saya mengerti apa yang kamu rasakan. Saya akan memberikan racun kepadamu agar keinginanmu terwujud,” jawab sang pemilik  toko obat. Legalah hati sang menantu ini.
 
Tapi, kata pemilik toko obat melanjutkan,” jika saya memberi racun yang langsung bereaksi, pasti kamulah yang dituduh membunuh mertuamu. Saya akan memberimu racun yang reaksinya sekitar 6 bulan. Mulai hari ini, abaikanlah apa yang dikatakan ibu mertuamu. Berbuat baiklah kepadanya. Tiap pagi dan sore, berilah ia minum teh kesukaannya, dan campurkan serbuk racun ini  ke dalamnya. Saya yakin jika 6 bulan lagi ibu mertuamu meninggal, tak ada yang mencurigaimu sebagai pembunuhnya.
 
“Baiklah tuan, saya siap melaksanakan saran tuan,” kata ibu muda tadi. Dan bergegaslah ia pulang dengan wajah gembira.
 
Mulai hari itu ia berusaha berbuat baik kepada ibu mertuanya. Tiap pagi dan sore, ia menghidangkan teh kesukaannya, disertai “racun” yang dibelinya di toko obat. Pada awalnya tentu saja, ibu mertua mencibir kebaikan menantunya. Tapi lama-kelamaaan ia melihat bahwa menantunya selalu sabar dan ramah, meski mendapat omelan. Satu bulan berlalu, ibu mertua menyadari bahwa menantunya adalah orang yang sabar dan patuh pada suami. Iapun mulai berubah menjadi baik dan  makin menyayangi menantunya.
 
Jika sang mertua ke pasar, tak  lupa ia membeli makanan kesukaan menantu. Demikian sebaliknya sang menantu sering menyisihkan uangnya untuk membeli makan dan pakaian untuk ibu mertuanya.
Singkat cerita tibalah saatnya 6 bulan  berlalu. Sang menantu mencoba merenungi perjalanan hidup selama 6 bulan bersama mertuanya, yang ternyata telah berubah drastis. Ibu mertuanya kini berubah menjadi sangat menyayangi dirinya. Ia tak lagi membeberkan keburukan dirinya kepada tetangga, malah sebaliknya ia sering memuji menantu putrinya kepada tetangganya. Beberapa temannya yang datang dan melihat kebaikan mertuanya selalu bilang ,” bersyukurlah kau punya seorang ibu mertua yang baik dan menyayangimu,”.
 
Malam itu dikala merenung, ia menangis,  menyesali perbuatannya. Ia mohon ampun kepada Tuhan karena ia telah memberi racun. Ia tidak rela ibu mertuanya meninggal. Ia menangis, dan menangis.
Maka pagi harinya, secara diam-diam ia pergi ke toko obat. “Tolonglah tuan. Sesuai dengan saran tuan, saya telah memberi racun setiap hari ke ibu mertua saya. Sekarang sudah 6 bulan. Tapi ibu mertua saya sekarang sangat menyayangi saya. Tolonglah saya diberi penawar racun supaya ibu saya tidak meninggal,” ujar ibu muda itu.
 
“Anak muda, saya tahu bahwa akhirnya kalian berdua akan saling menyayangi. Jadi tak usah khawatir, yang saya berikan 6 bulan lalu bukanlah racun, tapi obat untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Jadi mulai sekarang, teruskanlah menjaga hubungan baik  dengan mertuamu,” kata pemilik toko yang bijak tersebut.  
 
Sungguh menyentuh kisah kuno yang saya kutip dari talkshow motivator Andrie Wongso ini. Sebuah cerita yang mengandung pesan mengenai hubungan antar manusia yang selalu diliputi berbagai kesalahpahaman dan perselisihan.
 
Tak hanya di kehidupan keluarga kasus seperti di atas terjadi. Dalam kehidupan antar karyawan, pebisnis, pejabat, politisi, artis atau siapapun kesalahpahaman yang menjadi perselisihan dan pertengkaran dapat dan sering terjadi.
 
Pernah terjadi perselisihan antar percetakan dengan penerbit mengenai lamanya waktu mencetak. Pihak percetakan mengatakan sanggup mencetak buku selama 4 hari. Pada hari keempat penerbit menagih janji hasil cetakan. Jawabannya ,” ya, buku sudah selesai dicetak, tinggal dijilid saja, besok dikirim”
 
Rupanya terjadi kesalahpahaman tentang istilah “selesai cetak”. Bagi percetakan selesai cetak adalah selesai dari mesin cetak, belum dijilid. Sedangkan bagi penerbit “selesai cetak” maksudnya adalah sudah selesai sampai dijilid dan diantar ke alamat pemesan.
Acapkali penyelesaian terhadap masalah seperti itu berlarut-larut karena bukan pokok masalahnya yang diselesaikan tetapi dengan bertengkar soal komitmen, atau bahkan fokus pada sifat personal.
 
Ternyata cara penyelesaian semacam ini sangat boros energi dan waktu. Banyak orang menyelesaikan masalah dengan perasaan marah pada satu orang, sehingga inti persoalannya tidak terpecahkan.  Padahal seorang pakar SDM mengatakan, jika anda memfokuskan diri pada solusi, maka terjadi  penghematan energi dan waktu yang sangat banyak.

Fokus pada solusi akan membuat masalah segera terpecahkan. Seandainya tidak, minimal hati jadi lebih tenang. Dalam kasus di atas, pemilik toko obat tahu bahwa masalahnya bukan pada mertua yang kejam, tapi pada cara mereka berhubungan. Solusinya adalah menantu harus berkomunikasi dengan baik dengan sang mertua. Jika itu yang dilakukan  niscaya terjadi perbaikan hubungan.

Maka berbuat baiklah pada ibu mertua, dan juga pada orang lain.***
dikutip dari buku karya Bambang Suharno JANGAN PULANG SEBELUM MENANG.

Dimana Letak Batunya


Alkisah di sebuah negeri, terdapat dua orang pensiunan kaya raya yang dikenal sakti karena dapat berjalan di atas air. Keduanya hidup di sebuah bukit dengan panorama indah, nun jauh dari keramaian kota. Satu orang sahabatnya penasaran akan berita tersebut. Maka, suatu hari pergilah ia ke puncak bukit untuk bersilaturahmi ke dua orang sahabatnya. Ia disambut dengan gembira oleh dua sahabatnya, sang pensiunan sakti.

”Apa saja yang kau kerjakan di puncak bukit ini kawan?” tanya pensiunan kota.

“Hidup saya diisi dengan kegiatan rekreasi setiap hari di bukit yang indah ini. Tiap hari saya mancing di danau sana,” kata pensiunan sakti sembari menunjukkan sebuah danau tak jauh dari rumahnya.

“Kalau begitu saya boleh ikut mancing?”

“Dengan senang hati, silakan. Kalau mau ikut, besok bangun jam 5 pagi. Kita sama-sama mancing di atas perahu.”

Begitulah, hari berikutnya mereka bertiga jam 5 pagi sudah berada di atas perahu di pinggiran danau sambil memancing.

Hari mulai siang. Satu orang pensiunan mengatakan, ”Saya sudah lapar, sarapan dulu ah !”.

”Silakan jalan kaki aja, perahu tetap di sini agar saya bisa terus mancing”.

Saat itulah pensiunan kota melihat keajaiban. Sahabatnya langsung menyingsingkan celana dan melangkah di atas air dengan mudahnya.

”Wah ternyata itu benar, sahabat saya sudah bisa berjalan di atas air. Punya ilmu sakti darimana ya?”katanya dalam batin.

Beberapa menit kemudian kawannya balik lagi ke perahu, dengan berjalan di atas air juga.

Jam 9 giliran teman yang satunya mau sarapan. Sama seperti teman yang sebelumnya, pensiunan sakti itu memperlihatkan kehebatannya dengan berjalan di atas air tanpa mempedulikan pensiunan kota.

Jam 10, pensiunan dari kota sudah tak bisa menahan lapar.

 "Kawan kawan, perutku juga mulai lapar,nih?"katanya pada kedua temannya.
Kedua teman pensiunannya serempak menoleh, pada temannya yang dari kota ini. Sebelum mereka mengatakan apa apa, teman yang dari kota itu berkata,
"Oke,oke,saya tahu, melompat-lompat,kan?"
"Kalau sudah tahu, ya silakan,"kata mereka.
Pensiunan yang dari kota itu segera melipat celananya keatas dan melompat ke atas air. Sudah bisa ditebak, pensiunan kota itu tidak dapat seperti pensiuan sakti. Ia langsung gelagapan dan hampir tenggelam. Sambil berenang sebisanya, dia berusaha meraih perahu untuk berpegangan. Kedua temannya segera menarik tangannya, dan mengangkat keatas perahu. Akhirnya perahu dibawa ketepi, untuk memberi pertolongan pada teman yang dari kota ini.
"Salah kamu juga, sih!" kata pensiunan pertama.
"Salah kamu!" kata pensiunan kedua tak mau kalah.
"Oke, salah kita berdua, kenapa tadi kita tidak beri tahu dia di mana letak batunya,” kata pensiunan pertama.
Ya, itulah rahasianya. Kisah yang sangat menarik dari Tung Desem Waringin, pelatih sukses nomor satu Indonesia versi majalah Marketing.
Di danau itu ada batu batu rahasia untuk pijakan kaki mereka, sehingga kalau sedang memancing di tengah danau dan mereka lapar, bisa memudahkan mereka untuk pulang ke rumah tanpa membawa perahu ke tepian. Bukan mereka sakti, atau punya ilmu silat tingkat tinggi seperti anggapan temannya yang dari kota itu. Karena dia tidak tahu di mana letak batu batunya, dia beranggapan temannya punya ilmu magic.
Dalam kehidupan nyata, kita sering melihat fenomena magic ini. Ada salesman yang bisa menjual pada seorang klien yang sulit, sementara yang lain ditolak mentah-mentah meskipun sudah memberi kunjungan sepuluh kali!Atau ada seseorang yang sangat ahli di bidang tertentu, sehingga bisa melakukan sesuatu yang rumit menjadi kelihatan sederhana dan mudah, sehingga bagi orang lain kelihatan seperti memiliki ilmu magic.

Para pesulap adalah mereka yang pintar menggunakan taktik tertentu sehingga kita terkagum-kagum. Namun jika kita sudah mengetahui prosesnya, kita akan menngatakan, tak ada yang istimewa. Ini terjadi karena kita sudah tahu ”dimana letak batunya”.

Mengetahui ”dimana letak batunya” menjadi penting buat kita yang ingin menjadi hebat. Letak batu yang dimaksud adalah inti dari masalah yang kita hadapi. Di kantor, mungkin kita mungkin terbiasa mengadakan rapat berjam-jam untuk membahas masalah tertentu, padahal jika sudah mengetahui inti masalahnya, kita dapat segera mengetahui ”dimana letak batunya”.
Mengetahui letak batunya, adalah kunci pembuka pintu kesulitan. Boleh jadi kita tergagap-gagap memasuki tugas baru, menduduki jabatan baru, pindah ke lingkungan baru, namun ketika sudah mengetahui letak batunya, kita dapat lebih cepat menyesuaikan dengan lingkungan baru.

Janganlah terburu-buru heran dan terkagum-kagum dengan kehebatan orang lain, siapa tahu anda pun bisa seperti mereka. Bolehlah anda kagum dengan seseorang, namun jika kekaguman itu membuat anda berada pada posisi sekedar sebagai pengamat saja, mungkin hal itu malah mengkerdilkan anda.*** dikutip dari buku Bambang Suharno: Jangan Pulang Sebelum Menang.


Rahasia Di Balik Kesulitan

Di sebuah kota di Timur Tengah, hiduplah seorang gadis bernama Fatimah.
Ayahnya seorang pemintal yang sukses. Suatu hari ayahnya akan mengadakan
perjalanan jauh untuk memasarkan hasil pintalannya sekaligus membawa misi berlayar sambil "mencari" pendamping hidup Fatimah.

Mereka berlayar melalui pulau-pulau. Namun di tengah perjalanan, kapalnya diterjang badai hingga hancur. Fatimah tidak sadarkan diri. Saat tersadar, Fatimah sudah terbaring di pantai Alexandria. Sang Ayah dan semua awak kapal tewas. Ia menjadi miskin dan hidup seorang diri.

Tatkala Fatimah berjalan menelusuri pantai, sebuah keluarga pembuat kain menemukannya. Diajaknya Fatimah ke rumah dan diajarinya ia membuat kain. Itulah kehidupan kedua yang dijalani Fatimah. Lama-kelamaan Fatimah menjadi betah dan bahagia. Ia menjadi mahir untuk membuat kain. Dan dia pun melupakan penderitaannya.

Namun suatu hari, saat Fatimah sedang berada di pantai, sekelompok pedagang budak
mendarat dan membawa Fatimah pergi bersama tawanan-tawanan yang lain. Fatimah
dibawa untuk dijual sebagai budak. Dunia seakan  runtuh untuk kedua kalinya. Beberapa pembeli telah berkumpul untuk memilih budak-budak. Untunglah ada orang baik yang membawa Fatimah untuk membantu istrinya di rumah, bukan sebagai budak. Orang itu sebenarnya sedang mencari budak untuk dipekerjakan membuat tiang-tiang kapal, namun ketika melihat Fatimah, dia merasa iba dan mencoba untuk menolongnya.

Malang tak dapat ditolak, di perjalanan menuju rumah, Fatimah beserta majikannya bertemu dengan rombongan perompak. Semua harta milik majikan Fatimah dirampas. Mereka jatuh miskin. Fatimah terpaksa membantu belajar membuat tiang-tiang kapal, sebuah pekerjaan yang kasar untuk ukuran seorang gadis cantik dan lembut seperti Fatimah. Namun ia jalani kehidupan itu, hingga akhirnya ia mahir membuat tiang-tiang kapal.

Walau begitu, Fatimah berterima kasih pada majikannya, karena telah menyelamatkannya dari gerombolan penjual budak. Dan karena ketekunan dan kerajinannya, sang majikan memberi kepercayaan besar pada Fatimah,
sehingga Fatimah sangat bahagia untuk yang ketiga kalinya.

Suatu hari, majikannya berkata, "Fatimah, aku ingin kamu pergi dengan kargo
berisi tiang-tiang kapal ke Pulau Jawa, dan pastikan kau menjualnya dengan harga yang menguntungkan”. Fatimah pun mengiyakannya dan dengan langkah mantap ia berangkat.

Ketika melewati Laut Cina, kapalnya dihantam topan besar. Lagi-lagi Fatimah terdampar di sebuah pantai yang asing baginya. Fatimah kembali meratapi nasibnya yang bertubi-tubi ditimpa kemalangan. Dengan sisa-sisa tenaganya, Fatimah melangkah ke Pedalaman.

Waktu itu ada legenda yang beredar, bahwa suatu hari akan datang seorang perempuan asing yang mampu membuat tenda istimewa untuk sang Kaisar. Tak seorang pun di Cina yang mampu membuat tenda, maka mereka berharap hal ini akan terwujud.

Ketika Fatimah memasuki sebuah kota di Pantai Cina, seorang tentara kerajaan mengajaknya menghadap sang Kaisar ke Istana. "Bisakah kamu membuat tenda?" tanya Kaisar kepada Fatimah. "Ya, saya bisa Tuan," jawab Fatimah lembut.

Fatimah meminta seutas tali, namun tak seorang pun memilikinya. Ia pun segera
mengumpulkan batang rami, dan memintalnya menjadi untaian tali. Ia teringat saat
membantu ayahnya sebagai pemintal tali. Lalu Fatimah meminta kain, namun tak seorang pun yang mengenal kain. Maka Fatimah dengan pengalamannya di Alexandria, pada sebuah keluarga yang menolongnya, ia menyiapkan diri untuk membuat kain.

Fatimah kemudian meminta tiang, namun tidak ada sebuah tiangpun di negeri Cina. Fatimah dengan pengalamannya bekerja dengan tukang pembuat tiang kapal di Istambul, mulai mencari batang kayu dan menyiapkannya menjadi tiang.

Dan ketika semuanya telah siap, Fatimah memutar kembali pengalamannya selama
dalam perjalanan, tentang tenda-tenda yang pernah dilihatnya, sejauh perjalanannya menjelajahi manis pahitnya dunia. Akhirnya, dengan ketekunan, keuletan, kesabaran dan ketelitiannya jadilah sebuah tenda yang kuat dan sangat indah.

Ketika melihat tenda buatan Fatimah, semua orang terkagum-kagum. Sang Kaisar
yang tampan menawarkan akan memberi apa saja yang diinginkan Fatimah. Fatimah
akhirnya memilih untuk tinggal di Negeri Cina dan menikah dengan Pangeran. Mereka hidup bahagia bersama anak-anak. (Dikutip dari buku Time To Change, Hari Subagya)

Di balik kesulitan, pasti ada kemudahan. Begitulah gambaran dari kisah di atas. Dalam kehidupan sehari-hari terkadang kesulitan begitu nyata mendekati kita, hingga kita tidak tahu lagi harus berbuat apa. Namun apapun kesulitan itu, kita percaya di baliknya ada kemudahan.

Seorang yang bercita-cita menjadi pengusaha peternakan mencoba memprtaktekan petuah itu ketika wabah Avian Influenza (AI) alias Flu Burung melanda Indonesia. Tahun 2004-2005 bisnis perunggasan mengalami ujian berat berupa wabah AI. Ujian itu datang bukan hanya karena banyak ayam mati, melainkan juga karena banyak orang ”istirahat” makan daging dan telur ayam. Permintaan menurun, harga langsung jatuh. Rentetannya, peternak juga tak berani melakukan peremajaan ayamnya.

Ibarat sedang perang, hampir semua pelaku bisnis ayam tiarap, sambil menunggu situasi aman. Nah, di sinilah bedanya dengan Suparwo, pemilik SJF Farm di Maros, Sulawesi Selatan. Waktu itu tahun 2004, ia melihat begitu sulitnya masalah yang dihadapi peternak. Harga pullet (ayam remaja siap bertelur) sangat murah.

Di balik kesulitan, ada kemudahan. Di balik tantangan pasti ada peluang. Karena hampir semua peternak tiarap, Suparwo justru berani memulai usaha. Modalnya jauh lebih murah dibanding memulai usaha di masa normal. Ia mendapatkan harga pullet sangat murah dan ketika ia mulai panen telur, harga sudah mulai membaik.

Suparwo telah membuktikan bahwa di balik kesulitan ada kemudahan. Apapun kesulitan yang kita hadapi, pasti ada cara mudah untuk menyelesaikannya. Sama halnya ketika saya mengerjakan test matematika dan fisika di sekolah yang waktu itu saya berpikir, ini soal sulitnya minta ampun. Rupanya setelah diajari cara menyelesaikannya, saya berubah pikiran. Soal test ini mudah. Karena sejatinya kemudahan itu ada, hanya saja saya belum menemukannya.

Petuah ”di balik kesulitan ada kemudahan” setidaknya mengandung dua pengertian. Pertama, dalam kisah fatimah, kesulitan-kesulitan yang dihadapi fatimah dikemudian hari menjadi senjata ampuh dalam meraih kemudana. Dalam hal ini, maknanya adalah hadapilah kesulitan sebesar apapun dengan ikhlas, kelak engkau akan mendapatkan kemudahan.

Makna kedua, kesulitan yang kita hadapi belum tentu sulit bagi orang lain yang sudah tahu cara menghadapinya.  Itulah sebabnya setiap ada kesulitan, bertanyalah kepada orang yang tepat, yakni yang berpengalaman menghadapi kesulitan serupa. Hasilnya, anda akan mendapatkan solusi atas kesulitan yang dihadapi, Menghadapi kesulitan juga perlu ketegaran. Jangan berhenti melangkah hanya gara-gara hambatan. Teruslah berusaha. Karena Tuhan menyediakan hadiah bagi manusia yang kuat menghadapi cobaan. Kata pak Ustad, jika kita sanggup mengatasi satu kesulitan, hadiahnya adalah dua kemudahan. Semoga.***


Rahasia Meraih Keberuntungan


Ingin tahu bagaimana rahasia meraih keberuntungan? Cobalah buka mesin pencari google di internet, dan ketiklah kata keberuntungan. Bukan main, ada begitu banyak informasi mengenai keberuntungan. Ini pertanda bahwa banyak orang mencari informasi keberuntungan, baik yang logis maupun tidak logis. 

Di internet ada informasi yang menawarkan perhitungan angka keberuntungan melalui primbon, banyak pula juga petuah bijak perihal keberuntungan, ada diskusi keberuntungan VS kesialan. Dan di antara semua itu, yang paling populer adalah kegiatan Prof  Richard Wiseman dari University of Hertfordshire Inggris. Dia adalah pakar yang sangat terkenal atas karyanya mengenai keberuntungan. Salah satu bukunya berjudul Luck Factor.

Professor ini rupanya menyadari bahwa masyarakat haus akan informasi mengenai keberuntungan. Dan hebatnya, dia memberanikan diri untuk meneliti bagaimana perbedaan orang yang beruntung dan orang sial alias malang. Dari penelitian ini, kemudian ia mendirikan sekolah keberuntungan (luck school). Muridnya adalah orang-orang yang sering merasa dirinya sial dalam hidup. Ada-ada saja profesor yang satu ini!

Di Indonesia, hasil karya Wiseman menjadi referensi penting oleh penulis-penulis motivasi Indonesia, antara lain Bong Chandra, Ahmad Faiz dan Fauzirahmanto. Penelitian Wiseman yang terkenal adalah ketika dia merekrut sekelompok orang yang merasa hidupnya selalu untung (si untung), dan sekelompok lain yang hidupnya selalu sial (si malang). Dari sini dia dapat menyimpulkan bahwa ternyata dalam kehidupan sehari-hari si untung melakukan respon yang berbeda dengan si malang terhadap segala sesuatu yang dialaminya. Respon itulah yang menyebabkan dia beruntung atau sebaliknya.

Misalnya, dalam salah satu penelitian, Wiseman memberikan tugas untuk menghitung berapa jumlah foto dalam koran yang dibagikan kepada dua kelompok tadi. Orang-orang dari kelompok si Malang memerlukan waktu rata-rata 2 menit untuk menyelesaikan tugas ini. Sementara kelompok si Untung hanya perlu beberapa detik saja!

Ya, karena pada halaman ke dua Wiseman telah meletakkan tulisan yang tidak kecil berbunyi “berhenti menghitung sekarang! ada 43 gambar di koran ini”. Kelompok si Malang melewatkan tulisan ini ketika asyik menghitung gambar, bahkan tak percaya dengan kalimat itu. Memang benar-benar sial.  

Singkat kata, selanjutnya Wiseman menemukan 4 faktor yang membedakan si untung dan si malang.

Pertama, lebih terbuka terhadap peluang. Si Untung lebih peka terhadap adanya peluang, pandai menciptakan peluang, dan bertindak ketika peluang datang. Si Untung juga memiliki sikap yang lebih rileks dan terbuka terhadap pengalaman-pengalaman baru. Mereka lebih terbuka terhadap interaksi dengan orang-orang yang baru dikenal. Si Malang lebih tegang sehingga tertutup terhadap kemungkinan-kemungkinan baru.

Sebagai contoh, ketika Barnett Helzberg seorang pemilik toko permata di New York hendak menjual toko permatanya, tanpa disengaja sewaktu berjalan di depan Plaza Hotel, dia mendengar seorang wanita memanggil pria di sebelahnya: “Mr. Buffet!”

Ini hanya kejadian sekilas yang mungkin akan dilewatkan kebanyakan orang yang kurang beruntung. Tapi Helzber secara reflek berpikir,  mungkin pria di sebelahnya adalah Warren Buffet, salah seorang investor terbesar di Amerika. Maka Helzberg langsung menyapa pria itu, siapa tahu ia memang Warren Buffet. Ternyata betul! Perkenalan pun terjadi dan setahun kemudian Buffet membeli jaringan toko permata milik Helzberg. Oh, Barnett betul-betul beruntung!

Kedua, Si Untung bisa mengambil keputusan yang baik tanpa berpikir panjang. Mereka pandai menggunakan intuisi, sepertinya tahu kapan mengambil keputusan yang baik dan kepada siapa ia harus percaya atau tidak percaya. Sementara sebaliknya, si Malang justru cenderung berpikir rumit dan ragu mengambil keputusan.

Bagi si Untung, analisa angka-angka sangat membantu, tapi final decision umumnya berasal dari intuisi yang baik. Yang barangkali sulit bagi si Malang adalah bisikan hati nurani tadi akan kurang bisa didengar jika otak pusing dengan penalaran yang tak berkesudahan. Makanya Si Untung umumnya memiliki metoda untuk mempertajam intuisi mereka, misalnya melalui meditasi yang teratur. Pada kondisi mental yang tenang, dan pikiran yang jernih, intuisi akan lebih mudah diakses. Dan makin sering digunakan, intuisi akan semakin tajam.

Ketiga, selalu berpikiran baik bahwa kebaikan pasti datang. Si Untung selalu ge-er terhadap kehidupan. Mereka berprasangka baik bahwa kebaikan akan datang kepadanya. Dengan sikap mental demikian, mereka lebih tahan terhadap ujian, dan lebih positif dalam berinteraksi dengan orang lain. Coba saja kita tanya ke si Untung, bagaimana prospek bisnis tahun depan. Seberapa beratpun situasinya, si Untung akan menceritakan optimisme dan harapan. Hal sebaliknya kalau kita tanya ke si Malang. Ia akan bicara tentang kesulitan dan ancaman kesengsaraan. Yah, namanya juga si Malang.

Keempat, mengubah hal yang buruk menjadi baik. Si Untung selalu bijak dalam menghadapi situasi buruk, lantas merubahnya menjadi kebaikan. Bagi mereka setiap situasi selalu ada sisi baiknya. Dalam salah satu tes nya Prof Wiseman meminta peserta untuk membayangkan sedang pergi ke bank dan tiba-tiba bank tersebut diserbu kawanan perampok bersenjata. Dan peserta diminta mengutarakan reaksi mereka. Reaksi si Malang adalah: “wah sial bener ada di tengah-tengah perampokan begitu”. Sementara reaksi Si Untung, misalnya adalah, “ini sejarah hidup yang tak terlupakan, saya bisa menuliskan pengalaman saya untuk media”. Apapun situasinya si Untung pokoknya untung terus.

Sementara si malang hanya bisa menggerutu dan meratap ketika menghadapi sebuah kejadian buruk.

Ada cara untuk merubah si Malang menjadi si Untung, yaitu dengan menjadi murid Prof Wiseman di Luck School. Di sekolah ini Wiseman memberikan tugas ke si Malang untuk membuat Luck Diary, buku harian keberuntungan. Setiap hari, si Malang harus mencatat hal-hal positif atau keberuntungan yang terjadi.

Mereka dilarang keras menuliskan kesialan mereka. Awalnya terjadi kesulitan, tapi begitu mereka bisa menuliskan satu keberuntungan, hari berikutnya semakin mudah dan semakin banyak keberuntungan yg mereka tuliskan.

Ya, seperti juga kata motivator dunia Anthony Robbin, kita adalah sutradara bagi kehidupan kita sendiri. Semakin positif kita bereaksi, semakin baik pula jalan kehidupan kita. Demikian halnya dengan hukum pikiran Law of Attraction (Rhonda Byrne), bahwa segala hal yang terjadi berawal dari pikiran kita.  Tak jauh beda pula dengan kata pak Ustad, semakin kita pandai menyukuri nikmat yang kita terima, Tuhan akan menambah (keberuntungan) lebih banyak lagi.

Tinggal pilih, Anda mau jadi Si Untung atau Si Malang?***


Bambang Suharno