Sikapmu Menentukan Kesuksesanmu
Teruslah belajar, bukan hanya untuk meningkatkan kemampuan teknis, tapi agar bisa memiliki sikap yang lebih baik.
Jalan-jalan di kota Teknologi Shenzen, China
Perjalanan ke kota Teknologi Shenzen, China, 1 Mei 2019 dalam rangka Shenzen International Pet Fair.
Launching buku Menggali Berlian di Surabaya
Buku Menggali Berlian di Kebun Sendiri karya Bambang Suharno diluncurkan di acara Grand City Convex Surabaya, di tengah acara pameran internasional Indolivestock Expo.
Meraih sukses
Jika sukses harus diraih dengan kerja keras banting tulang siang malam, itu namanya sukses dengan mesin manual. Anda perlu belajar meraih sukses dengan mekanisme sukses otomatis (Suksesmatic.com).
Pengalaman Naik Kereta TGV di Perancis
Perjalanan ke Rennes Perancis dalam rangka menghadiri pameran internasional, naik kereta TGV dari Paris ke Rennes.
Memecahkan Kebuntuan
By Bambang Suharno Sabtu, Juni 18, 2016
artikel Motivasi, bambang suharno, berpikir kreatif, berpikir lateral No comments
Ketika
menghadapi masalah terasa sangat rumit, pikiran terasa buntu. Sepertinya tak
ada jalan keluar. Cobalah untuk berpikir secara lateral
Edward De Bono |
Lintah darat yang dikenal licik itu mengajukan
usulan, ia akan menaruh dua buah kerikil ke dalam kantong uang yang kosong,
yang satu berwarna hitam dan yang satunya lagi berwarna putih. Anak gadis
tersebut harus mengambil salah satu kerikil di dalam kantung. Bila dia mendapat
kerikil yang hitam, maka ia harus bersedia menjadi istrinya dan hutang ayahnya
dibebaskan. Sedangkan apabila ia mendapat yang putih, maka sang gadis dan utang
ayahnya akan dibebaskan. Namun seandainya ia menolak tawaran tersebut maka
ayahnya akan dijebloskan kedalam penjara. Apa boleh buat sang saudagar itu
terpaksa menyetujui tawaran tersebut.
Resiko Sebuah Keputusan
By Bambang Suharno Minggu, April 10, 2016
bambang suharno, cara mengambil keputusan, resiko keputusan No comments
Apa yang kita alami hari ini adalah hasil keputusan masa lalu. Keputusan Anda hari ini yang akan menentukan masa depan Anda.
Kenapa Anda sekarang menjadi dokter hewan? Kenapa
Anda bisa menjadi sarjana peternakan? Kenapa Anda kini menjadi pengusaha?
Kenapa Anda jadi eksekutif perusahaan? Kenapa Anda jadi birokrat? Semua
pertanyaan itu dapat Anda jawab, “itulah keputusan saya di masa lalu”.
Hidup adalah tentang bagaimana kita mengambil
keputusan. Apa yang Anda nikmati hari ini adalah hasil keputusan masa lalu.
Jika saat ini Anda setiap hari dipusingkan untuk mengambil keputusan-keputusan
besar, besar kemungkinan posisi Anda hari ini adalah seorang pemimpin yang
penting.
Efek Kupu-Kupu
By Bambang Suharno Senin, Februari 29, 2016
bambang suharno, Edward Norton Lorenz, efek kupu-kupu, inspirasi, teori chaos No comments
Satu kepakan kupu-kupu di Brasil
dapat menghasilkan angin tornado di Texas.
(Edward Norton Lorenz)
Edward Norton Lorenz adalah seorang ahli matematika dan
metereologi Amerika Serikat yang menjadi terkenal karena teori efek kupu-kupu.
Teori ini ia temukan tahun 1961 saat ia
secara tidak sengaja yang menemukan sebuah perbedaan kecil dari sebuah
kejadian yang dapat menimbulkan kejadian besar di kemudian hari.
Ceritanya begini. Dalam usahanya melakukan peramalan cuaca,
Lorenz menyelesaikan 12 persamaan diferensial non-linear dengan komputer yang
digambarkan dalam grafik. Pada awalnya dia mencetak hasil perhitungannya di
atas sehelai kertas dengan format enam angka di belakang koma (...,506127).
Kemudian, untuk menghemat waktu dan kertas, ia memasukkan hanya tiga angka di
belakang koma (...,506). Asumsinya perbedaan desimal 6 angka di belakang koma
dengan 3 angka di belakang koma, tidaklah akan berpengaruh pada sistem yang
sedang ia teliti.
Ia mencetak satu per satu grafik pada kertas sama yang sudah
berisi hasil cetakan tadi. Satu jam kemudian, ia dikagetkan dengan hasil yang
sangat berbeda dengan yang diharapkan. Pada awalnya kedua kurva tersebut memang
berimpitan, tetapi sedikit demi sedikit bergeser sampai membentuk corak yang
lain sama sekali.
Berdasarkan penemuan itu ia menyimpulkan bahwa satu kepakan
sayap burung camar laut (seagull) dapat mengubah jalannya cuaca untuk
selamanya. Atas anjuran rekan-rekan sejawatnya, dalam kuliah-kuliah dan
publikasi selanjutnya, Lorenz menggunakan contoh yang lebih puitis, yaitu
kepakan kecil kupu-kupu di Brasil dapat menimpulkan angin tornado di Texas.
Ketika Lorenz akan melakukan ceramah pada pertemuan ke-139
American Association for the Advancement of Science tahun 1972, rekan Lorenz,
Philip Merilees, mengusulkan judul "Does the flap of a butterfly’s wings
in Brazil set off a tornado in Texas?" ("Apakah kepakan sayap
kupu-kupu di Brasil menyulut angin tornado di Texas?"). Meskipun kepakan
sayap kupu-kupu tetap konstan dalam konsep ini, lokasi kupu-kupu, dampaknya dan
lokasi dari dampak-dampak selanjutnya dapat bervariasi luas.
Kepakan sayap kupu-kupu secara teori menyebabkan
perubahan-perubahan sangat kecil dalam atmosfir bumi yang akhirnya mengubah
jalur angin ribut (tornado) atau menunda, mempercepat bahkan mencegah
terjadinya tornado di tempat lain. Kepakan sayap ini merujuk kepada perubahan
kecil dari kondisi awal suatu sistem, yang mengakibatkan rangkaian peristiwa
menuju kepada perubahan skala besar .
Penemuan Lorenz kini tidak hanya dipakai untuk urusan cuaca.
Kalimat itu belakangan menjadi terkenal dan berperan sebagai sebuah peribahasa
dan kata-kata motivasi. Jika hal kecil seperti kepakan kupu-kupu yang berjalan
konsisten terus menerus dapat menimbulkan angin Tornado, demikian pula dalam
kehidupan ini. Pekerjaan sederhana yang dilakukan sungguh-sungguh kelak dapat
menimbulkan dampak besar. Sebaliknya kekeliruan kecil yang dilakukan terus
menerus dapat menimbulkan kerugian besar di kemudian hari.
Dalam kehidupan, tanpa kita sadari bahwa banyak hal-hal
besar yang terjadi berawal dari keputusan dan tindakan yang kecil. Sebuah
langkah perubahan kecil, bisa menjadi awal perubahan besar dalam kehidupan
seseorang, Hal kecil yang baik dan buruk bisa berefek besar. Seperti mereka
yang memutuskan untuk berhenti merokok, dengan memulai mengurangi sebatang
sehari itu sudah bentuk perubahan kecil menuju ke perubahan yang besar.
Begitu pula kebiasaan kecil yang buruk juga akan berdampak
buruk yang besar. Misalnya kebiasaan menunda pekerjaan, kebiasaan terlambat
dalam menghadiri pertemuan. Telah banyak bukti hal ini membuat reputasi buruk
bagi orang, bahkan perusahaan.
Efek kupu-kupu ada kaitannya dengan Teori Chaos, teori yang
berkenaan dengan sistem yang tidak teratur seperti awan, pohon, garis pantai,
ombak dan lain-lain yang sifatnya random, tidak beraturan. Namun bila dilakukan
pembagian (fraksi) atas bagian-bagian yang kecil, maka sistem yang besar yang
tidak teratur ini didapati sebagai pengulangan dari bagian-bagian yang teratur.
Begitupun dengan hidup ini. Satu kejadian sepertinya tidak terkait dengan
kejadian lain, namun kerapkali jika dirunut akan ketemu simpulnya.
Maka jangan sepelekan kebiasaan-kebiasaan kecil.***
Bambang Suharno
Kebijakan itu Sudahkah Bijak?
By Bambang Suharno Kamis, Februari 04, 2016
bambang suharno, ekonomi bisnis, kebijakan menteri pertanian 1 comment
Setelah protes bertubi-tubi datang dari kalangan pengusaha
dan peternak, akhirnya pemerintah membatalkan aturan pengenaan Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) 10 persen bagi semua ternak baik impor maupun di dalam
negeri. Dengan demikian, semua ternak dipastikan bebas dari pungutan pajak
tersebut.
"Untuk mensinergikan kebijakan pangan, khususnya barang strategis di bidang pangan, maka untuk ternak tidak akan dikenakan PPN," tegas Staf Ahli Kebijakan Penerimaan Negara Badan kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, Astera Primanto Bhakti di Jakarta, Jumat (22/1/2016).
"Untuk mensinergikan kebijakan pangan, khususnya barang strategis di bidang pangan, maka untuk ternak tidak akan dikenakan PPN," tegas Staf Ahli Kebijakan Penerimaan Negara Badan kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, Astera Primanto Bhakti di Jakarta, Jumat (22/1/2016).
Ini adalah kejadian aktual pertengahan januari 2016. Sebuah
kebijakan tentang pungutan PPN yang dalam waktu beberapa hari langsung dicabut.
“Sebuah drama yang tidak lucu,” kata seorang pengamat.
Sebelumnya, polemik tentang kecukupan jagung menjadi perdebatan
keras antara pemerintah dengan peternak dan produsen pakan. Pasalnya,
Pemerintah menganggap jagung dalam negeri masih cukup untuk memenuhi kebutuhan
pakan, sebaliknya apa yang dirasakan oleh peternak dan pabrik pakan justru
sebaliknya. Jagung sulit didapat dan harganya melambung tinggi. Melalui
negosiasi yang alot akhirnya pemerintah mengizinkan kembali impor jagung.
Proses ini menguras waktu dan energi yang sangat besar. Dampak lanjutannya,
biaya produksi pakan menjadi naik drastis.
Soal kebijakan impor jumlah sapi bakalan di era sebelumnya juga
sempat membingungkan publik. Kementerian Pertanian menyatakan sapi lokal cukup sehingga impor
sapi diturunkan drastis. Akibatnya harga daging sapi melambung tinggi dan
terjadi pengurasan sapi lokal. Bahkan sapi perah dijual sebagai sapi potong
karena peternak tergiur harga sapi yang mahal.
Kebijakan “menghambat” impor kemungkinkan didasari semangat
untuk secepatnya mencapai titik swasembada sekaligus membela peternak dalam
negeri. Namun jika semangat itu tidak didasari data lapangan yang akurat, dapat
terjadi dampak negatif yang jauh lebih besar.
Ambil contoh, karena pabrik pakan dan peternak (selfmixing farm) kekurangan pasokan
jagung , maka para formulator pakan harus bekerja ekstra keras mencari formula
baru yang mengurangi jagung. Hasilnya biaya pembuatan pakan menjadi lebih
tinggi, karena ketersediaan bahan baku alternatif juga minim. Pada saat yang bersamaan pemerintah melakukan
kesepakatan afkir dini parent stock agar harga ayam di tingkat peternak bisa
terdongkrak naik dan memberi laba bagi peternak.
Alhasil, ketika pasokan ayam dan telur di lapangan
berkurang, harga ayam terdongkrak naik dan selanjutnya harga ayam di konsumen
juga ikut melonjak. Bisa dibayangkan,
jika PPN untuk ternak diberlakukan baik untuk ayam maupun sapi, maka harga
daging ayam dan daging sapi akan lebih melonjak lagi.
Pengenaan PPN ini bisa jadi dapat menambah pendapatan pajak
bagi negara, namun akibat negatifnya jauh lebih besar, yakni konsumen level
bawah tidak mampu membeli sumber gizi protein hewani yang merupakan sumber
kesehatan dan kecerdasan.
Pelajaran yang bisa kita ambil dari peristiwa ini adalah,
pertama, semua pengambil kebijakan perlu memahami secara komprehensif dampak
setiap kebijakan yang akan diambil. Kebijakan Menteri Pertanian bukan hanya
untuk petani pagi, jagung dan kedelai, tapi juga peternak sapi peternak ayam,
dan berujung pada konsumen. Bahkan lebih jauh lebih berujung pada kecerdasan
dan kesehatan anak bangsa.
Kedua, sangat diperlukan data yang akurat dan cepat bagi
para pengambil kebijakan. Indonesia begitu luas dan beragam, sementara data
yang dipakai pemerintah mungkin saja data nasional, bukan per wilayah. Data per
provinsi pun bisa saja kurang tepat diimplementasikan. Seperti yang biasa
dilakukan oleh pelaku bisnis. Data mereka dipecah berdasarkan sentra bisnis
komoditas, bukan per wilayah pemerintahan. Misalnya untuk peternakan ayam ada
data priangan timur, Jawa Tengah bagian selatan plus Jogja, Jabodetabeksuci
(Jakarta, Bogor, Depok ,Tangerang,Sukabumi, Cianjur) dan sebagainya yang bukan berbasis provinsi maupun kabupaten.
Kecepatan data juga ikut menentukan kualitas data itu
sendiri. Tak kalah pentingnya, adalah bagaimana pengambil kebijakan dapat mendalami
data itu untuk mengambil kebijakan tanpa diiringi tujuan pencitraan “telah
berhasil” mencapai target.
Kita paham, para pejabat dikejar target seperti supir bus
kota mengejar setoran. Menteri Pertanian perlu membela petani, tapi jangan
sampai menguras sapi lokal, apalagi sapi betina produktif. Menteri membela
petani, tapi juga harus membuat harga pangan wajar. Menteri ingin sepat
swasembada jagung, namun jika faktanya jagung belum mencukupi kebutuhan
peternak, janganlah dipaksakan menyetop impor jagung. Yang perlu dilakukan
adalah melakukan kajian ulang terhadap produksi jagung di berbagai wilayah.
Maka, yang ketiga, para pengambil kebijakan semestinya
berpikir komprehensif dan meninggalkan ego sektoral. Ini adalah pesan berulang
kali dari Presiden Jokowi kepada para pembantunya. Presiden paham betul, jika
para pembantunya memelihara ego sektoralnya, pembangunan tidak dapat berjalan
secara optimal.
Intinya pengambil kebijakan itu memang harus bijak, Namanya juga
kebijakan, semestinya bijak di mata publik.***
SERIBU CERMIN
Seekor anjing kecil yang selalu bermuka muram sedang berjalan-jalan sambil cemberut.
Tiba-tiba ia tertarik untuk masuk ke suatu rumah yang pintunya terbuka. Ia tidak tahu bahwa di dalam rumah itu terpasang 100 cermin. Begitu anjing masuk ke dalam rumah, betapa kagetnya ia! Ternyata di dalam rumah itu ada 100 anjing dengan ekspresi terkejut memandang ke arahnya! Karena merasa terancam, ia pun menyalak ke arah 100 anjing tersebut. Rupanya salakan tersebut dibalas dengan salakan juga oleh 100 anjing yang tidak lain adalah pantulan dirinya sendiri di 100 cermin. Karena takut, anjing kecil itu pun lari keluar dari rumah tersebut.
Hati kecilnya berkata, "Rumah itu sungguh mengerikan!".
Selang beberapa lama, seekor anjing yang selalu berhati riang berjalan-jalan di sekitar tempat itu. Ia melihat rumah 100 cermin yang pintunya terbuka, dan sambil tersenyum kecil ia pun mengendap masuk. Betapa senangnya ia, begitu masuk, ia melihat ada 100 anjing yang juga sedang tersenyum kecil menatap dirinya!
Ia pun mengibas-ngibaskan ekornya dan melompat dengan riang. Rupanya, 100 anjing di hadapannya juga ikut-ikutan mengibaskan ekornya dan melompat. Ketika ia mencoba berjoget, di depannya terlihat 100 ekor anjing ikut berjoget riang gembira.
Dalam hatinya ia berkata, "Wah..., menyenangkan sekali rumah ini ..... "
Tiba-tiba ia tertarik untuk masuk ke suatu rumah yang pintunya terbuka. Ia tidak tahu bahwa di dalam rumah itu terpasang 100 cermin. Begitu anjing masuk ke dalam rumah, betapa kagetnya ia! Ternyata di dalam rumah itu ada 100 anjing dengan ekspresi terkejut memandang ke arahnya! Karena merasa terancam, ia pun menyalak ke arah 100 anjing tersebut. Rupanya salakan tersebut dibalas dengan salakan juga oleh 100 anjing yang tidak lain adalah pantulan dirinya sendiri di 100 cermin. Karena takut, anjing kecil itu pun lari keluar dari rumah tersebut.
Hati kecilnya berkata, "Rumah itu sungguh mengerikan!".
Selang beberapa lama, seekor anjing yang selalu berhati riang berjalan-jalan di sekitar tempat itu. Ia melihat rumah 100 cermin yang pintunya terbuka, dan sambil tersenyum kecil ia pun mengendap masuk. Betapa senangnya ia, begitu masuk, ia melihat ada 100 anjing yang juga sedang tersenyum kecil menatap dirinya!
Ia pun mengibas-ngibaskan ekornya dan melompat dengan riang. Rupanya, 100 anjing di hadapannya juga ikut-ikutan mengibaskan ekornya dan melompat. Ketika ia mencoba berjoget, di depannya terlihat 100 ekor anjing ikut berjoget riang gembira.
Dalam hatinya ia berkata, "Wah..., menyenangkan sekali rumah ini ..... "
******
Apa yang tampak dalam kehidupan ini adalah cermin dari apa yang ada di
dalam pikiran kita. Apakah Anda saat ini
sedang mengeluh terhadap situasi ekonomi yang bergejolak, atau sebaliknya Anda tengah melihat
peluang-peluang baru untuk berkembang lebih baik karena para pesaing sedang
tiarap, kedua-duanya benar karena itulah cermin yang Anda lihat. Apakah Anda
sedang melihat situasi politik nasional sebagai kelanjutan dari situasi negara yang
makin terpuruk, atau sebaliknya Anda melihat sebagai situasi menuju perbaikan,
dua-duanya benar. Karena jika sebagian masyarakat Indonesia berpikir Indonesia
akan makin terpuruk karena skandal korupsi dan hukum yang bisa dibeli, maka
sebagian masyarakat akan tidak peduli lagi akan perbaikan taat hukum, sebagian besar akan menganggap percuma
melakukan perbaikan, sebagian akan menganggap menyogok pejabat adalah hal
lumrah, dan begitu seterusnya. Dengan
pola pikir seperti itu, maka persepsi bahwa negara makin terpuruk akan menjadi
kenyataan. Dari satu pikiran buruk akan
memantul situasi buruk para seratus atau seribu cermin.
Begitupun sebaliknya, jika masyarakat berpikir bahwa semua proses yang terjadi adalah proses
menuju sesuatu yang lebih baik, maka sebagian masyarakat akan berupaya
melakukan perbaikan. Akan ada dan terus bertambah pemimpin birokrasi yang
memberi teladan dalam melayani masyarakat. Akan muncul cara-cara baru untuk
mengontrol pelanggaran pejabat maupun pelanggaran oleh masyarakat. Akan muncul
perbaikan yang menular ke masyarakat lainnya. Pikiran baik menghasilkan
tindakan yang baik dan memantulkan kebaikan pada lingkungannya, seakan ada
seribu cermin di depan sana.
Ketika
berpikir bahwa kehidupan itu sulit, maka akan bertambah
susahlah kita. Kita akan melihat orang jahat menjadi banyak. Realita seperti itulah yang akan ditemukan.
Tahun 2015 ini Indonesia mengalami ujian ekonomi yang berat dengan melemahnya nilai tukar rupiah, sementara itu
terjadi anomali cuaca akibat El Nino berupa musim kemarau yang lebih lama dari
biasanya. Di beberapa daerah terjadi bencana asap yang ternyata tidak mudah penanganannya.
Di bidang perunggasan terjadi kelebihan pasokan DOC yang menyebabkan
kelebihan pasokan ayam. Sementara itu akibat melemahnya nilai tukar rupiah,
barang impor menjadi lebih mahal, bahan baku pakan impor lebih mahal, dan harga
pakan mengalami kenaikan, di saat peternak belum mendapat keuntungan.
Di usaha peternakan sapi, diwarnai dengan kisruh harga daging sapi yang
melambung tinggi dan berujung pada pemeriksaan Bareksrim terhadap beberapa
pengusaha penggemukan sapi yang dituduh “menimbun” sapi yang sejatinya sedang
dalam proses penggemukan. Pemeriksaan
Bareskrim yang sangat menyita waktu dan tenaga menimbulkan frustasi para pelaku
penggemukan sapi yang selama ini telah menjalankan usaha secara normal.
Kini kita mengakhiri tahun 2015 sekaligus mengawali tahun baru dengan
memasuki era baru berupa MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN). Mungkin bisnis semakin
sulit. Tapi semua itu tidaklah tepat menjadikan kita murung, cemberut, sering komplain, mengeluh dan pesimis. Karena di depan kita ada seribu cermin yang siap
memantulkan wajah kita.
Yang paling bagus adalah memasang wajah optimis , berusaha memperbaiki mental dan sikap, berpikir positif, bersyukur dan selalu menebar kebaikan. Seribu cermin siap memantulkan sikap optimis kita. Dan hidup menjadi lebih dinamis dan indah.
Yang paling bagus adalah memasang wajah optimis , berusaha memperbaiki mental dan sikap, berpikir positif, bersyukur dan selalu menebar kebaikan. Seribu cermin siap memantulkan sikap optimis kita. Dan hidup menjadi lebih dinamis dan indah.
Selamat bercermin dan Selamat tahun baru 2016.***
Artikel karya Bambang Suharno ini telah dimuat di majalah Infovet edisi Desember 2015
Berpikir Kritis
By Bambang Suharno Rabu, Oktober 14, 2015
bambang suharno, berpikir kritis, inspirasi, MANAJEMEN No comments
Prof. David Beng,
seorang peneliti dari Boston University USA, telah melakukan riset selama 5 tahun untuk
mengetahui khasiat berbagai macam daun tanaman tropis. Hasil risetnya telah
dipublikasikan di Journal of Human Medicine yang terbit awal tahun 2015 ini,
dan artikel hasil risetnya itu cukup menghebohkan dunia pengobatan khususnya
pengobatan penyakit kanker.
Dalam laporan risetnya, David Beng mengemukakan bahwa daun
singkong asal negara tropis memiliki kandungan zat yang mampu meredam proliferasi sel kanker. Itu sebabnya ia
kemudian menyimpulkan bahwa masyarakat negara tropis yang suka makan daun
singkong, jarang yang terkena penyakit kanker. Ia menyarankan daun singkong
sebaiknya cukup direbus saja lalu dimakan, tidak perlu dibuat sayur, agar
khasiat anti kankernya lebih optimal. Makan daun singkong dua hari sekali akan
mampu menghambat tumbuhnya sel kanker dalam tubuh.
Percayakah
Anda dengan tulisan di atas? Itu adalah tulisan saya yang ngawur. Hanya
imajinasi saja. Jadi jangan percaya, karena saya tulis hanya sebagai contoh
tentang mudahnya membuat berita bohong di ruang publik, dalam hal ini melalui
media sosial.
Saat ini
kita hidup di era keterbukaan informasi. Setiap hari hari kita mendapatkan
berbagai macam informasi melalui broadcast
Blackberry, whatsapp, facebook, twitter
dan sebagainya. Broadcast itu pada
bagian akhirnya biasanya ada semacam “kata bijak” agar kita segera meneruskan
informasi yang belum tentu benar tersebut ke teman-teman kita. Ada yang di
akhir cerita ditulis "meneruskan info ini berarti menyelamatkan ribuan orang".
ada yang tertulis "indahnya berbagi" dan sebagainya. Jika broadcast
itu ada unsur religiusnya, di bagian akhir biasanya ada petuah untuk segera
bertindak menyebarluaskan informasi sebagai amal ibadah.
Padahal apabila
disikapi secara kritis, banyak sekali informasi yang beredar itu adalah berita
bohong alias Hoax. Bahkan sebagian berupa fitnah terhadap tokoh, industri
ataupun institusi. Bisa dibayangkan betapa bahayanya ikut menyebarkan berita
bohon, apalagi fitnah. Belum lama ini saya menerima broadcast yang terkesan sangat meyakinkan tentang dialog seorang
pasien dengan dokter. Dokter bilang ke pasien, penyakitnya yang berupa kista di
rahim adalah akibat suka makan sayap dan
leher ayam , dimana di leher ayam biasa disuntikan hormon yang berbahaya. Sangat mungkin sudah ratusan ribu orang
percaya dengan informasi menyesatkan ini.
Di era
keterbukaan informasi, kita perlu lebih kritis menangkap informasi. Ibarat makan,
informasi yang beredar itu ada yang berupa makanan bergizi, ada yang tidak
bergizi dan ada juga yang berupa sampah dan racun. Karena informasi adalah
makanan bagi otak kita, maka kita perlu memilih dan melakukan crosscheck, apakah makanan itu cukup bergizi
buat otak kita atau tidak.
Menuntut
ilmu hingga perguruan tinggi adalah melatih berpikir kritis. Berpikir kritis
mengandung aktivitas mental dalam hal memecahkan masalah, menganalisis asumsi, menguji
rasionalitas, mengevaluasi, melakukan penyelidikan, dan mengambil keputusan.
Dalam proses pengambilan keputusan, kemampuan mencari,
menganalisis dan mengevaluasi informasi sangatlah penting. Ciri orang yang berpikir kritis akan selalu mencari
dan memaparkan hubungan antara masalah yang didiskusikan dengan masalah atau
pengalaman lain yang relevan.
Menurut
Prof. Potter, ada tiga alasan pentingnya keterampilan berpikir kritis dimasa sekarang. Pertama, adanya ledakan
informasi. Saat ini terjadi ledakan informasi yang datangnya dari broadcast informasi dan puluhan
ribu website mesin pencari di internet. Informasi dari berbagai sumber
tersebut bisa jadi banyak yang ketinggalan zaman, tidak lengkap, atau tidak
kredibel. Untuk
dapat menggunakan informasi ini dengan baik, perlu dilakukan evaluasi terhadap
data dan sumber informasi tersebut. Kemampuan untuk mengevalusi dan kemudian
memutuskan untuk menggunakan informasi yang benar memerlukan keterampilan
berpikir kritis. Oleh karena itu, maka keterampilan berpikir kritis sangat
perlu dikembangkan masyarakat.
Ketidak mampuan berpikir kritis, menyebabkan banyak orang
percaya pada berita bohong. Kita lihat , banyak orang seenaknya menuduh seorang
tokoh sebagai antek komunis, antek liberalisme ataupun penjahat perang.
Kedua, adanya tantangan global. Saat ini terjadi krisis global yang serius. Untuk
mengatasi kondisi yang krisis ini diperlukan penelitian dan pengembangan
keterampilan-keterampilan berpikir kritis. Berpikir kritis bukanlah
berpikir negatif, justru sebaliknya, berpikir kritis dapat menggali informasi
lebih dalam. Ketiga, adanya perbedaan pengetahan warga negara. Sejauh ini
mayoritas orang di bawah 25 tahun sudah bisa meng-online-kan berita
mereka. Beberapa informasi yang tidak dapat diandalkan dan bahkan mungkin
sengaja menyesatkan, termuat di internet.
Berpikir kritis bukan hanya untuk informasi di dunia
maya. Berulangnya kasus penipuan investasi yang jelas-jelas tidak masuk
akal, beredarnya berita tahayul,
penipuan berkedok undian berhadiah adalah sedikit contoh akibat masyarakat kita
belum bersikap kritis terhadap informasi. (Bambang Suharno)***