Tahun 1980-an, film Rambo yang
dibintangi oleh Sylvester Stalone sangat terkenal dan laris manis di berbagai
negara. Karena laris, film ini dibuat sekuel, Rambo 1,2 ,3, kalau nggak salah
sampai 4. Tokoh ini digambarkan sebagai veteran perang Vietnam yang kecewa
dengan negerinya sendiri yang tidak menghargai para prajurit yang telah
menyabung nyawa di belantara perang Vietnam yang kejam. Di perang ini, AS boleh
dibilang dipermalukan oleh musuh bebuyutannya saat itu yakni Uni Soviet.
Sikapmu Menentukan Kesuksesanmu
Teruslah belajar, bukan hanya untuk meningkatkan kemampuan teknis, tapi agar bisa memiliki sikap yang lebih baik.
Jalan-jalan di kota Teknologi Shenzen, China
Perjalanan ke kota Teknologi Shenzen, China, 1 Mei 2019 dalam rangka Shenzen International Pet Fair.
Launching buku Menggali Berlian di Surabaya
Buku Menggali Berlian di Kebun Sendiri karya Bambang Suharno diluncurkan di acara Grand City Convex Surabaya, di tengah acara pameran internasional Indolivestock Expo.
Meraih sukses
Jika sukses harus diraih dengan kerja keras banting tulang siang malam, itu namanya sukses dengan mesin manual. Anda perlu belajar meraih sukses dengan mekanisme sukses otomatis (Suksesmatic.com).
Pengalaman Naik Kereta TGV di Perancis
Perjalanan ke Rennes Perancis dalam rangka menghadiri pameran internasional, naik kereta TGV dari Paris ke Rennes.
Antara Rambo dan Jenderal Soedirman
By Bambang Suharno Kamis, November 17, 2016
film rambo, jenderal soedirman, leadership, rambo, soedirman No comments
Soempah Pemoeda. Satu Bahasa, Bahasa Indonesia
By Bambang Suharno Kamis, Oktober 27, 2016
bambang suharno, inspirasi, leadership, SOEMPAH PEMOEDA, SUMPAH PEMUDA No comments
Hari ini 27 Oktober adalah Hari Blogger Nasional. Besok 28 Oktober adalah Hari Soempah Pemoeda.
Saya ingat satu hal tentang sumpah pemuda. Pada tahun 2003 di pameran International Poultry Expo (IPE) di Atlanta Georgia USA, saya bertemu seorang wartawan Poultry International yang pernah ke beberapa kali berkunjung ke kota penting di Indonesia antara lain Jakarta, Surabaya, Makasar, Jogya, Bali.
Dia mengaku sangat terkesan dengan Indonesia
. Dia bilang begini:
"Negara Anda sangat luar biasa. Sangat luas, berpulau-pulau, punya aneka ragam budaya, memiliki ratusan Bahasa Daerah , tapi mampu menyepakati satu Bahasa, Bahasa Indonesia. Banyak negara harus perang saudara karena ribut soal Bahasa. Tapi Indonesia bisa menyepakati satu bahasa."
Sebelumnya saya ingat sumpah pemuda tapi merasa bahwa sumpah yang ketiga itu kurang keren, biasa saja. yang hebat adalah yang pertama dan kedua, Berbangsa satu, Bangsa Indonesia, bertanah air satu Tanah air Indonesia. Sedangkan yang ketiga, "Menjunjung tinggi Bahasa Persatuan, Bahasa Indonesia", sepertinya biasa saja.
Saya ingat satu hal tentang sumpah pemuda. Pada tahun 2003 di pameran International Poultry Expo (IPE) di Atlanta Georgia USA, saya bertemu seorang wartawan Poultry International yang pernah ke beberapa kali berkunjung ke kota penting di Indonesia antara lain Jakarta, Surabaya, Makasar, Jogya, Bali.
Dia mengaku sangat terkesan dengan Indonesia
. Dia bilang begini:
"Negara Anda sangat luar biasa. Sangat luas, berpulau-pulau, punya aneka ragam budaya, memiliki ratusan Bahasa Daerah , tapi mampu menyepakati satu Bahasa, Bahasa Indonesia. Banyak negara harus perang saudara karena ribut soal Bahasa. Tapi Indonesia bisa menyepakati satu bahasa."
Sebelumnya saya ingat sumpah pemuda tapi merasa bahwa sumpah yang ketiga itu kurang keren, biasa saja. yang hebat adalah yang pertama dan kedua, Berbangsa satu, Bangsa Indonesia, bertanah air satu Tanah air Indonesia. Sedangkan yang ketiga, "Menjunjung tinggi Bahasa Persatuan, Bahasa Indonesia", sepertinya biasa saja.
Sungguh Aneh Dr Marwah Daud Ibrahim
By Bambang Suharno Rabu, Oktober 26, 2016
dimas kanjeng, dimas kanjeng taat pribadi, leadership, marwah daud ibrahim No comments
Saya pernah ketemu di kantor ICMI daerah Warung Buncit Jakarta Selatan beberapa tahun lalu secara tidak sengaja, dan berkenalan. Ia waktu itu sedang sibuk dengan kegiatan training untuk generasi muda masa depan, sebuah kegiatan yang patut diacungi jempol.
Tapi tentang Yayasan Dimas Kanjeng? Hmmm sungguh bertolak belakang dengan citra yang selama ini terbentuk di publik.
Dalam beberapa wawancara di TV ia berusaha mengaitkan kepintaran Dimas kanjeng dengan ilmu lintas dimensi yang konon kini menjadi kajian ilmiah di berbagai negara. Sayangnya penjelasan itu sangat kurang memuaskan. Publik tetap melihat Dimas Kanjeng bukanlah orang yang layak dibela oleh orang sekelas Marwah Daud Ibrahim. Mudah-mudahan Bu Marwah segera menyadarinya.
Beruntung dengan Ilmu Langit
By Bambang Suharno Minggu, September 18, 2016
artikel Motivasi, inspirasi, keberuntungan, kiat meraih keberuntungan 1 comment
Segala
sesuatu di dunia ini terjadi karena keberuntungan “atas izin Tuhan”
Jika kita bekerja keras dan berhasil
meraih target, kita mengatakan bahwa kita berhasil alias sukses. Jika kita bekerja
biasa saja tapi mendapatkan suatu prestasi yang luar biasa, kita mengatakan itu
faktor keberuntungan. Jika kita lahir keluarga kaya raya, itu disebut
keberuntungan.
Apakah yang anda capai hari itu
sebuah keberhasilan atau keberuntungan? Percayakah Anda pada faktor
keberuntungan? Arvan Pradhiansyah , penulis buku The 7 Law of Happiness, baru-baru ini mendiskusikan perihal
keberuntungan dan kesuksesan di radio Smart FM Jakarta, dengan kajian yang
cukup menarik.
Ia mengatakan, ada tiga cara pandang
(paradigma) manusia mengenai
keberuntungan. Ketiga paradigma ini dapat menggambarkan evolusi pemikiran
manusia mengenai keberuntungan itu sendiri.
Paradigma tingkat pertama mengatakan,
semua terjadi karena keberuntungan. Orang yang menganut paradigma ini percaya
bahwa yang membuat sukses bukanlah usaha tetapi keberuntungan. Bukankah ada
banyak sekali orang yang yang mendapatkan kekayaan karena terlahir sebagai anak
orang kaya? Bukankah banyak orang yang sukses karena mereka cantik, tampan,
pandai, terkenal dan termasyhur? Bukankah kepopuleran seringkali membuat orang
lupa pada kualitas individu yang sesungguhnya?
Intinya adalah semua hal di dunia
ini terjadi karena keberuntungan. “Paradigma ini tidak sepenuhnya salah, namun
mengandung bahaya yang cukup besar. Orang yang percaya pada paradigma ini pasti
tidak suka bekerja keras. Ini pada gilirannya hanya akan memperburuk pencapaian
mereka,” kata Arvan.
Paradigma kedua adalah paradigma
yang tidak percaya pada keberuntungan. Ini terbalik dari paradigma pertama. Penganut
paradigma ini percaya bahwa keberuntungan itu berada di tangan mereka sendiri
dan bisa diciptakan dengan usaha dan kerja keras.
Paradigma kedua percaya bahwa di
dunia ini berlaku hukum sebab akibat. Mereka yang rajin dan bekerja keras akan beroleh
kesuksesan, sebaliknya orang-orang yang malas akan menemui kegagalan. Orang
Amerika mengatakan, jika Anda miskin, itu salah Anda sendiri, pasti Anda malas
bekerja. Ini pertanda bahwa mereka menganut paradigma kedua. Kepercayaan ini
tentu saja membuat orang-orang ini berjuang keras untuk mencapai keberhasilan.
Tak heran kalau mereka benar-benar mencapai apa yang mereka perjuangkan. Mereka
percaya keberuntungan sepenuhnya ada di tangan mereka sendiri.
Apakah ini adalah paradigma yang
terbaik yang dapat membuat kita benar-benar sukses? Sukses sejati, menurut
Arvan, bukanlah karena paradigma ini. Ada paradigma yang lebih tinggi dan lebih
indah lagi daripada ini. Yaitu paradigma ketiga yang berbunyi: segala sesuatu
di dunia ini terjadi karena keberuntungan “atas izin Tuhan”. Saya sengaja pakai
tanda kutip karena kalimat aslinya yang disusun Arvan sama persis dengan
paradigma yang pertama.
Saya menyebut paradigma ketiga ini
sebagai evolusi pemikiran dari paradigma pertama.Mereka yang menganut paradigma
ketiga adalah orang-orang yang berusaha dan bekerja keras untuk mencapai
keberhasilan. Tetapi mereka juga percaya bahwa “sebab” tidak selalu berkorelasi
langsung dengan “akibat”. Antara sebab dan akibat ada satu kekuatan yang
sungguh dahsyat. Kekuatan inilah yang disebut dengan: izin Tuhan.
Bukankah segala sesuatu di dunia ini
terjadi karena izin Tuhan? Bukankah banyak upaya yang keras mengalami kegagalan
– bukan karena kurangnya usaha – tetapi karena Tuhan memang belum mengizinkannya?
Bukankah bahkan tidak ada jaminan bahwa kue yang sedang kita pegang bisa masuk
ke dalam mulut kita dengan selamat tanpa izin Tuhan?
Orang yang memiliki cara pandang kelompok ketiga inilah yang terbaik dalam
menyikapi kehidupan. Bekerja dan berusaha sebaik mungkin adalah kewajiban manusia,
jika sudah berhasil namun Tuhan mengambilnya, itu kehendakNya yang mungkin
menjadi rahasia yang akan terbuka di kemudian hari.
Dengan paradigma ketiga ini kita
akan terus bekerja keras untuk mencapai keberhasilan, tetapi kita terhindar
dari rasa angkuh, sombong dan membanggakan diri. Kita akan sadar bahwa segala
sesuatu terjadi karena rahmat Tuhan .
Sebagaimana pembukaan UUD 1945 yang
menyebutkan Kemerdekaan Republik Indonesia itu “Atas Berkat Rakhmat Allah yang
Maha Kuasa”. Ini menunjukkan bahwa para pendiri negeri ini tidak angkuh dengan
mengatakan kemerdekaan hanya semata-mata karena kerja keras para pejuang
kemerdekaan.
Jadi, paradigma ketiga ini adalah paradigma keberuntungan yang benar, yang
tidak hanya berdasar pada ilmu logika, tapi juga berdasarkan pada “ilmu
langit”. Dengan cara berpikir seperti ini maka hidup manusia akan menjadi lebih
bahagia. Sementara paradigma kedua bisa membuat orang sukses sekaligus mudah
membuat orang frustasi, karena mereka memandang segala hal adalah semata-mata
karena manusia.Bekerja keras adalah kewajiban kita , hasilnya adalah atas izin Tuhan. Apapun keputusan Tuhan, itulah yang terbaik.***
Berkunjung ke Pameran Agribisnis di Bangkok
By Bambang Suharno Minggu, September 11, 2016
ekonomi bisnis, inspirasi, jalan-jalan ke Bangkok. pameran di bangkok, MANAJEMEN, pameran sima asean No comments
deretan orang VIP di opening ceremony Sima ASEAN |
di salah satu sudut kota |
Saya diundang untuk berkunjung ke pameran SIMA ASEAN mewakili majalah Infovet . Pameran berlangsung Kamis sampai Sabtu 8-10 September 2016. Ini adalah ketiga kalinya saya ke Bangkok untuk mengunjungi pameran. Pertama, saya pernah mengunjungi pameran peternakan terbesar se asia yang namanya VIV (penyelenggaranya adalah event organizer asal Belanda bekerjasama dengan Thailand). Kedua, saya berkunjung ke pameran ILDEX (International Livestock and Dairy Industry Expo) tahun 2012 . Penyelenggara ILDEX masih satu group dengan VIV, namun skala pamerannya tidak sebesar VIV. Kedua pameran tersebut sudah cukup dikenal oleh masyarakat peternakan di Indonesia, sehingga saat pameran berlangsung saya banyak bertemu dengan orang Indonesia.
Sementara itu SIMA ASEAN yang berlangsung tahun ini adalah baru yang kedua kalinya diselenggarakan. Tak heran jika masyarakat Indonesia belum begitu banyak yang tahu. Di negara asalnya Perancis, SIMA adalah salah satu pameran agribisnis terbesar di dunia.
Berbeda dengan VIV dan Ildex yang menampilkan industri peternakan, Sima ASEAN lebih memfokuskan ke Industri peralatan dan mesin pertanian, mulai dari traktor, peralatan pembenihan, peralatan budidaya, peralatan breeding, alat ransportasi pertanian, alat pemerah susu, teknologi laboratorium serta sejumlah penemuan baru di bidang pertanian.